Penjualan Mobil 2020 Dipreksi Jeblok Hanya 300.000 Unit
JAKARTA – Meski suku bunga dipangkas dan stimulus dikeluarkan oleh pemerintah, penjualan mobil sepanjang tahun ini diproyeksi anjlok 63% akibat tekanan COVID-19. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Erwin Aksa menyebutkan bahwa proyeksi penjualan mobil 2020 hanya mencapai 300.000 unit. Proyeksi itu sudah memasukkan dampak pandemi COVID-19 terhadap usaha otomotif. Dari laporan […]
Industri
JAKARTA – Meski suku bunga dipangkas dan stimulus dikeluarkan oleh pemerintah, penjualan mobil sepanjang tahun ini diproyeksi anjlok 63% akibat tekanan COVID-19.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Erwin Aksa menyebutkan bahwa proyeksi penjualan mobil 2020 hanya mencapai 300.000 unit. Proyeksi itu sudah memasukkan dampak pandemi COVID-19 terhadap usaha otomotif.
Dari laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo), kata Erwin, penjualan mobil jeblok hingga 63% dari keadaan normal yang mencapai 1,1 juta unit mobil per tahun. Jika biasanya Indonesia menjual 1 juta mobil per tahun, kemungkinan besar tahun ini penjualan mobil hanya mencapai 300.000-400.000 unit.
“Penjualan mobil maupun motor menjadi indikator bahwa masyarakat kita memiliki daya beli tinggal 5%-10%,” kata Erwin dalam webinar bertajuk “Ketahanan Sosial Ekonomi dalam Tatanan Normal Baru” di Jakarta, Kamis, 18 Juni 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Dalam kondisi normal, kata pemilik Grup Bosowa ini, penjualan mobil rata-rata mencapai 100.000-120.000 unit per hari. Tapi dengan adanya wabah corona, penjualan menurun menjadi tinggal 5% saja atau sekitar 6.000 unit per hari.
Oleh karena itu, manufaktur dan otomotif menjadi sektor yang masuk dalam kategori loser atau yang paling terdampak di masa pandemi. Selain otomotif, sektor perhotelan juga terdampak dengan tingkat keterisian hotel anjlok tinggal 10%.
Sebanyak 430.000 karyawan di sektor perhotelan pun terpaksa dirumahkan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Dari catatan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), lebih dari 1.700 hotel melaporkan menutup usahanya.
Erwin juga menyebutkan industri lainnya yang mengalami penurunan omzet penjualan yakni industri elektronik hingga 60%. Ada juga industri makanan dan minuman yang jeblok omzetnya hingga 50%.
Sementara industril retail, kata Erwin, Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia menyebutkan hanya 50% dari tenant mal yang bisa membuka kembali setelah tutup 3 bulan.
Di sisi lain, ada sektor yang tidak terdampak (winner) atau justru mengalami pertumbuhan, yakni farmasi, makanan dan sembako, alat kesehatan dan telekomunikasi. Oleh karena itu, pelaku usaha diharapkan dapat melakukan transformasi usaha di era normal baru.
Terkait hal itu, Erwin menyebutkan, para pelaku usaha harus segera melakukan tranformasi usaha ke sektor winner. “Di sektor kesehatan, sudah banyak pelaku usaha melakukan diversifikasi usaha masuk ke sektor alat kesehatan dan lainnya,” katanya. (SKO)