Penjualan Nikel Melonjak, MDKA Raup Pendapatan Rp16,5 Triliun di Semester I-2024
- Emiten pertambangan emas, tembaga dan nikel, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) berhasil memperoleh kenaikan pendapatan di semester I-2024.
Bursa Saham
JAKARTA – Emiten pertambangan emas, tembaga dan nikel, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) berhasil memperoleh kenaikan pendapatan di semester I-2024. Hal ini didorong oleh penjualan komoditas barang tambang perseroan yang melambung signifikan.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (BEI), MDKA yang merupakan perusahaan kongsi Garibaldi ‘Boy’ Thohir dan Grup Saratoga sukses membukukan pendapatan usaha sebesar US$1,09 miliar atau sekitar Rp16,55 triliun.
Angka ini melesat 110,33% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana perseroan mengantongi pendapatan sebesar US$520,03 juta atau sekitar Rp7,87 triliun. Lantas, apa penyebabnya?
- Harga Emas Hari Ini Jeblok Rp12.000 per Gram
- Pembukaan LQ45 Hari Ini Dipimpin MBMA dan GOTO
- IHSG Dibuka Menguat ke Arah 7.578,44
Pendapatan didukung oleh penjualan emas, perak, katoda tembaga, serta produk turunan nikel seperti NPI, nikel matte, dan limonit kepada pihak ketiga. Rinciannya, penjualan domestik mencapai US$665,85 juta, sementara ekspor sebesar US$430 juta.
Yang menarik, penjualan domestik dan ekspor pada paruh pertama tahun ini meningkat drastis dibandingkan catatan periode yang sama tahun lalu, masing-masing sebesar US$166,78 juta dan US$354,63 juta.
Analis Mandiri Sekuritas, Ariyanto Kurniawan, Farah Rahmi Oktaviani, dan Vanessa Taslim mengatakan kenaikan pendapatan ini didorong oleh kontribusi pendapatan yang lebih tinggi dari bisnis nikel akibat harga jual rata-rata (ASP) yang lebih tinggi selama kuartal tersebut.
Namun, seiring peningkatan pendapatan, beban pokok MDKA juga mengalami lonjakan sebesar 112,06%, mencapai US$1 miliar atau setara Rp15,21 triliun, dibandingkan dengan US$473,89 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Beban terbesar berasal dari biaya pengolahan, yang mencapai US$750,15 juta, diikuti oleh biaya pertambangan sebesar US$74,08 juta, biaya penyusutan US$65,52 juta, biaya amortisasi US$20,82 juta, dan biaya pemurnian sebesar US$611,05 ribu.
Dengan demikian, laba kotor tercatat sebesar US$88,7 juta atau setara Rp1,34 triliun, naik 92,2% dari US$46,13 juta pada tahun sebelumnya. Nah, setelah memperhitungkan berbagai beban yang dapat dioptimalkan, MDKA masih mencatat kerugian sebesar US$12,5 juta atau sekitar Rp189,21 miliar pada semester I-2024.
Dari sudut pandang neraca keuangan, liabilitas MDKA per 30 Juni 2024 tercatat sebesar US$2,11 miliar, mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$2,20 miliar.
Rincian liabilitas MDKA menunjukkan liabilitas jangka panjang mencapai US$1,22 miliar, sedangkan liabilitas jangka pendek tercatat sebesar US$892,49 juta. Alhasil, jumlah ekuitas perseroan meningkat menjadi US$2,81 miliar, naik dari US$2,76 pada akhir tahun lalu.
Namun, total aset MDKA mengalami penurunan menjadi US$4,92 miliar dibandingkan posisi pada 31 Desember 2023 yang tercatat sebesar US$4,96 miliar. Sementara itu, pada perdagangan berjalan Selasa, 1 Oktober 2024, saham MDKA terpantau melemah 2,94% ke level Rp2.640 per saham.
Kendati begitu, Mandiri Sekuritas memberikan rekomendasi buy untuk saham MDKA dengan target saham Rp3.700 per saham. Dengan demikian, masih ada peluang bagi investor memperoleh return sebesar 40% dalam dua belas ke depan.