Ilustrasi penerbitan surat utang korporasi atau obligasi di pasar saham. Ilustrator: Deva Satria/TrenAsia
Obligasi

Penjualan SBR013 Tembus Rp19,08 Triliun, Apa Selanjutnya?

  • Setelah penawaran SBR013 berakhir, investor perlu bersiap-siap menunggu penerbitan SBN ritel seri selanjutnya, yaitu Sukuk Ritel seri SR021 yang diperkirakan akan terbit pada Agustus 2024.

Obligasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel Savings Bond Ritel seri SBR013 resmi berakhir hari ini, Kamis, 4 Juli 2024, pukul 10.00 WIB, setelah dibuka sejak 10 Juni 2024. Total penjualan SBR013 mencapai Rp19,08 triliun dari kedua seri.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan meluncurkan obligasi SBR013 dengan dua tenor, yaitu SBR013-T2 dengan tenor 2 tahun dan kupon 6,45%, serta SBR013-T4 dengan tenor 4 tahun dan kupon 6,60% per tahun. Tenor pendek SBR013 paling diminati oleh investor.

Menurut data dari salah satu mitra distribusi Kementerian Keuangan, PT Bareksa Marketplace Indonesia, beberapa jam menjelang penutupan, SBR013 telah dibeli oleh investor sebesar Rp19,08 triliun dari kedua seri. Namun, angka final penjualan akan diumumkan oleh DJPPR Kemenkeu.

Dari total penjualan tersebut, sebagian besar didominasi oleh pemesanan SBR013-T2 dengan tenor dua tahun, senilai Rp14,19 triliun. Sementara itu, nilai pemesanan SBR013-T4 dengan tenor empat tahun mencapai Rp4,86 triliun.

DJPPR Kemenkeu beberapa kali menambah kuota penerbitan SBR013 dari awalnya Rp15 triliun menjadi Rp20 triliun untuk mengakomodasi tingginya minat investor ritel terhadap SBR013.

Pencapaian penjualan ini sesuai dengan prediksi Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu, Deni Ridwan, yang menyatakan bahwa prospek permintaan SBR013 akan disambut positif oleh masyarakat. Hal ini tercermin dari total pesanan yang melebihi target awal.

Lewati Target

Pada awal penerbitan SBR013, Deni Ridwan mengatakan bahwa pemerintah menetapkan target penjualan sebesar Rp15 triliun. Namun, jika minat masyarakat tinggi, pemerintah akan mempertimbangkan untuk menambah kuota SBR013.

"Kami akan memperhatikan minat masyarakat. Jika minatnya tinggi, kami punya alokasi cadangan untuk bisa meningkatkan kuota hingga Rp20 triliun. Jadi targetnya mungkin antara Rp15 triliun hingga Rp20 triliun," ujar Deni kepada wartawan dalam acara Peluncuran SBR013 di Jakarta, Senin, 10 Juni 2024.

Namun, dia juga mengungkapkan tantangan dalam penerbitan SBN ritel. Faktor global, seperti potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, dapat mempengaruhi kemampuan investasi masyarakat.

"Perlambatan ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia, meskipun ekonomi Indonesia masih diprediksi bisa tumbuh di atas 5%, tetap menjadi perhatian kami karena dapat mempengaruhi alokasi investasi masyarakat," kata Deni.

Saat ini, Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), masih menahan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5% pada pertemuan FOMC Juni 2024. Sementara itu, suku bunga Bank Indonesia (BI) berada di level 6,25% menjelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19-20 Juni 2024.

Kupon SBR013 bersifat floating with floor, yang artinya jika suku bunga acuan BI naik, maka kupon SBR013 berpotensi ikut naik. Namun, jika suku bunga BI turun, kupon SBR013 tidak akan turun lebih rendah dari batas minimal.

Setelah penawaran SBR013 berakhir, investor perlu bersiap-siap menunggu penerbitan SBN ritel seri selanjutnya, yaitu Sukuk Ritel seri SR021 yang diperkirakan akan terbit pada Agustus 2024.