<p>Semen Tiga Roda milik PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. / Facebook @harmoni3roda</p>
Industri

Penjualan Semen Merosot, Laba Indocement Turut Melorot 26,6%

  • Tahun ini, perseroan membagikan seluruh laba untuk pemegang saham sebagai dividen Rp1,84 triliun atau Rp500 per lembar saham.

Industri

wahyudatun nisa

JAKARTA – Kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) merosot sepanjang semester I-2020. Laba bersih perseroan tercatat menurun 26,6% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Pada paruh pertama tahun ini, produsen semen milik konglomerat Anthoni Salim tersebut membukukan laba bersih sebesar Rp470 miliar. Sedangkan pada semester pertama tahun lalu, laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp640 miliar.

Merosotnya laba Indocement terjadi karena surutnya penjulan semen domestik. Akibatnya, pendapatan perseroan pun ikut melorot 11,6%, dari yang semula sebesar Rp7 triliun menjadi Rp6,2 triliun dalam enam bulan pertama 2020.

Volume penjualan semen domestik lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Tercatat, volume penjualan semen domestik sebesar 7,3 juta ton di semester I-2020 turun 11,9% dari 8,29 juta ton di semester I-2019.

Permintaan Semen Anjlok

Turunnya pemintaan semen domestik nasional pun ikut berkontribusi terhadap kinerja perseroan tahun ini. Pada semester pertama 2020 permintaan semen domestik nasional turun sebesar 7,7% yoy. Hal ini mengakibatkan penurunan pangsa pasar perseroan dari 26,2% menjadi 26% pada semester I-2020.

“Namun, pangsa pasar utama kami di Jawa Barat tetap kuat dan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dari 45,1 persen menjadi 46,2 persen. Untuk keseluruhan Pulau Jawa, pangsa pasar kami meningkat dari 34,2 persen menjadi 34,8 persen dan Sumatera dari 11,6 persen menjadi 12,5 persen,” kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Oey Marcos dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat, 7 Agustus 2020.

Di sisi biaya, beban pokok pendapatan turun 11,3% yoy menjadi sebesar Rp4,29 triliun. Turunnya beban tersebut merupakan dampak dari penurunan volume penjualan disertai dengan harga batu bara yang lebih rendah dan upaya efisiensi berkelanjutan pada biaya produksi.

Perusahaan bersandi saham INTP ini juga mencatat marjin EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) menurun 150 bps dari 16,9% menjadi 15,5%. Hal yang sama pun terjadi pada marjin laba usaha, turun 240 bps dari 8,5% menjadi 6,1%.

Per akhir Juni 2020, perseroan membukukan kas dan setara kas sebesar Rp7,8 triliun. “Arus kas yang kuat yang dihasilkan dari operasional dan upaya manajemen yang berkesinambungan untuk meningkatkan modal kerja merupakan kunci untuk mempertahankan neraca yang kuat tersebut,” sebut perseroan.

Tahun ini, perseroan membagikan seluruh laba untuk pemegang saham sebagai dividen Rp1,84 triliun atau Rp500 per lembar saham. Hal ini diumumkan perseroan pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tanggal 28 Juli 2020. (SKO)