Jet Tempur F-35
Dunia

Penjualan Senjata AS Booming, Indonesia Salah Satu Kontributor Terbesar

  • Penjualan senjata Amerika pada tahun 2022 melonjak tajam.
Dunia
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

WASHINGTON- Penjualan senjata Amerika Serikat (AS) pada tahun 2022  melonjak tajam. Indonesia menjadi salah satu negara yang berkontribusi besar.

Sebagai buntut dari invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022, negara-negara Eropa bergegas mempersenjatai diri. Ini  memberikan penjualan senjata Amerika peningkatan 49 persen dari penjualan tahun 2021 yang mencapai US$34,8 miliar . Itu artinya penjualan senjata meningkat menjadi lebih dari US$51,9 miliar atau sekitar Rp776 triliun (kurs Rp14.960)

Data terbaru yang dirilis Kementerian Luar Negeri Amerika dan dikutip The Hill Kamis 26 Januari 2023 menyebutkan penjualan komersial langsung juga tumbuh. Kontraktor pertahanan Amerika menjual sekitar US$153,7 miliar atau sekitar Rp 2.300 trilin senjata dan peralatan militer langsung ke pemerintah asing pada tahun 2022. Naik dari US$103,4 miliar pada tahun sebelumnya.

Departemen Luar Negeri Amerika mengaitkan lonjakan tersebut dengan otorisasi yang diputuskan untuk mendukung upaya Ukraina guna mempertahankan diri dari agresi Rusia yang mereka sebut tidak beralasan.

Transfer senjata dan perdagangan pertahanan yang diawasi oleh Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan Pentagon dan Departemen Luar Negeri dipandang sebagai alat penting dari kebijakan luar negeri dan keamanan nasional Amerika.

Dalam prosesnya Departemen Luar Negeri pertama-tama meninjau kesepakatan yang dicari oleh negara lain. Ini untuk memastikan mereka sejalan dengan tujuan Amerika. Dan jika disetujui pemerintah akan memberi tahu Kongres tentang penjualan tersebut. Kongres kemudian memiliki opsi untuk menolak potensi penjualan. Tetapi jika tidak, pemerintah Amerika akan melanjutkan ke negosiasi.

Angka 2022 yang dirilis adalah potensi kesepakatan senjata yang telah diberitahukan Departemen Luar Negeri kepada anggota parlemen. Dan bukan penjualan akhir.

Di antara pembeli terbesar senjata Amerika di Eropa adalah Jerman yang pada bulan Juli memesan 35 jet tempur F-35 Joint Strike Fighter. Kesepkatan ini berpotensi senilai US$8,4 miliar atau sekitar Rp125 triliun.

Sedangkan Polandia pada bulan Februari mencari 250 tank M1 Abrams dengan harga sekitar US$6 miliar. Dan Inggris pada bulan Maret meminta Radar Pertahanan Rudal Balistik baru dengan perkiraan biaya US$700 juta. Sementara Spanyol pada bulan yang sama meminta Helikopter Multi-Misi MH-60R senilai US$950 juta.

Anggota NATO lainnya Bulgaria,  pada bulan April memesan delapan pesawat F-16 C/D Block 70 dengan harga sekitar US$1,6 miliar.

Asia Pasifik

Peningkatan ketegangan di kawasan Asia-Pasifik juga mendorong peningkatan penjualan pada tahun 2022. Salah salah satu pesanan terbesar datang dari Indonesia. Penjualan yang disetujui itu mencakup 36 pesawat F-15ID dengan harga sekitar US$13,9 miliar atau sekitar Rp208 triliun. Sekali lagi perlu ditekankan ini belum harga akhir. 

Rencana akuisisi F-15  akan memakai skema Foreign Military Sales (FMS). Ini berarti Indonesia akan melakukan kontrak dengan pemerintah amerika. Bukan dengan boeing yang membangun pesawat terseut. Tetapi sampai sekarang rencana itu masih penuh tantangan karena Jakarta harus mencari solusi dalam pembiayaan program tersebut.

Di bagian lain Australia, sekutu setia Amerika akan membeli 40 helikopter UH-60M Black Hawk dengan harga sekitar US$1,95 miliar, di antara kesepakatan lainnya.

Departemen Luar Negeri Amerika juga mengumumkan potensi penjualan senjata besar ke Korea Selatan dan Jepang. Yang terbesar termasuk kesepakatan senilai US$790 juta untuk pesawat F-15K Slam Eagle dan kesepakatan US$588 juta untuk Helikopter S-70.

Untuk Taiwan pemerintahan Biden pada bulan September memberikan lampu hijau untuk paket senjata senilai US$1,1 miliar. Pembelian mencakup 60 rudal anti-kapal Harpoon dan 100 rudal udara taktis Sidewinder.

Juga ada campuran adalah penjualan ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Arab Saudi menginginkan 300 rudal balistik MIM-104E Patriot dengan harga sekitar US$3 miliar. Sementara Uni Emirat Arab mencari 96 rudal sistem THAAD dengan harga lebih dari US$2,2 miliar.