<p>Chairman PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto. / Garudafood.com</p>
Korporasi

Penjualan Turun, Laba Bersih Garudafood Milik Konglomerat Sudhamek Rontok Jadi Rp259,41 Miliar

  • Kinerja emiten makanan dan minuman, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD), masih terkoreksi sepanjang 2020 lalu. Penjualan perusahaan turun 8,6% menjadi Rp7,71 triliun dari sebelumnya Rp8,44 triliun.
Korporasi
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – Kinerja emiten makanan dan minuman, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD), masih terkoreksi sepanjang 2020 lalu. Penjualan perusahaan turun 8,6% menjadi Rp7,71 triliun dari sebelumnya Rp8,44 triliun.

Mengutip laporan keuangan tahunan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, 24 Mei 2021, beban pokok penjualan hanya bisa ditekan 5,8% menjadi Rp5,57 triliun dari sebelumnya Rp5,91 triliun. Hal ini pun membuat laba kotor turun 15,26% menjadi Rp2,14 triliun dari sebelumnya Rp2,53 triliun.

Setelah dikurangi berbagai beban, laba usaha pun tercatat menjadi Rp451,41 miliar. Laba usaha ini tercatat anjlok 32,9% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp672,66 miliar.

Akhirnya, laba bersih atau laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk anjlok 37,7% menjadi Rp259,41 miliar. Pada tahun sebelumnya, Garudafood berhasil mencetak laba bersih Rp416,86 miliar.

Penghasilan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) pun tercatat turun 15,83% menjadi Rp759 miliar. Tahun sebelumnya, GOOD mencatatkan EBITDA senilai Rp901,78 miliar.

Laba per saham pun tercatat turun 37,69% menjadi Rp35,2 per lembar saham. Sebelumnya, laba per saham GOOD sebesar Rp56,49.

Meski kinerja negatif, GOOD berhasil mencatatkan kenaikan bersih kas dan setara kas sebesar Rp194,46 miliar. Ini pun membuat kas dan setara kas akhir tahun perusahaan tercatat sebesar Rp859,34 miliar dari sebelumnya Rp485,14 miliar.

Di sisi liabilitas, tercatat ada pembengkakan sebesar 60% menjadi Rp3,68 triliun dari sebelumnya Rp2,3 triliun. Bengkaknya liabilitas ini terutama disebabkan oleh liabilitas jangka panjang yang melonjak 137% menjadi Rp2,35 triliun dari sebelumnya Rp993,67 miliar. Utang bank jangka panjang meningkat 147% menjadi Rp2,17 triliun dari sebelumnya Rp880,42 miliar.

Ada pun, liabilitas jangka pendek perusahaan tercatat hanya naik tipis menjadi Rp1,32 triliun dari sebelumnya Rp1,3 triliun. Sementara itu, ekuitas juga tercatat meningkat tipis menjadi Rp2,89 triliun dari sebelumnya Rp2,77 triliun.

Total aset pun tercatat meningkat 29,8% menjadi Rp6,57 triliun dari sebelumnya Rp5,06 triliun. Aset lancar tercatat senilai Rp2,31 triliun dan aset tidak lancar senilai Rp4,26 triliun. (RCS)