Ilustrasi ESG
Industri

Pentingnya Integrasi GRC dalam Penerapan ESG Untuk Bisnis Berkelanjutan

  • Tanpa adanya penerapan konsep GRC dalam menjalankan prinsip ESG, maka pengaplikasian skema bisnis berkelanjutan pun berpotensi untuk memberikan hasil yang tidak maksimal.
Industri
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Anggota Dewan Pakar Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) Mas Achmad Daniri menjelaskan pentingnya integrasi konsep tata kelola (governance), manajemen risiko (risk management), dan kepatuhan (compliance) dalam penerapan prinsip ESG agar aktivitas bisnis berkelanjutan.

Untuk diketahui, ESG sendiri merupakan istilah yang merujuk kepada prinsip lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola (governance). Dewasa ini, prinsip ESG tengah menjadi tren yang dalam perkembangannya saat ini dapat mempengaruhi keputusan para pelaku pasar dalam berinvestasi.

Pasalnya, penerapan prinsip ESG kini sudah menjadi tolok ukur suatu perusahaan dalam mengupayakan aktivitas bisnis yang berkelanjutan dengan memperhatikan tiga aspek yang tercakup dalam prinsip tersebut, yakni lingkungan, sosial, dan tata kelola.

Menurut Mas Achmad Daniri, GRC adalah himpunan semua kemampuan yang diperlukan dalam mendukung kinerja berprinsip pada setiap level organisasi.

Tanpa adanya penerapan konsep GRC dalam menjalankan prinsip ESG, maka pengaplikasian skema bisnis berkelanjutan pun berpotensi untuk memberikan hasil yang tidak maksimal.

Tata kelola (governance) dalam kacamata GRC berkaitan dengan dorongan eksternal yang berfungsi untuk mengarahkan, mengendalikan, dan mengevaluasi suatu entitas, proses, atau sumber daya.

Sementara itu, manajemen risiko (risk management) dalam konsep GRC berhubungan dengan kegiatan yang mengarahkan, mengendalikan, dan mengevaluasi secara internal suatu entitas, proses, atau sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi.

Kemudian, kepatuhan (compliance) dalam GRC berkaitan dengan evaluasi secara konsisten dan kompeten untuk memberikan penilaian objektif yang diyakini bahwa capaian yang diraih sudah tepat sasaran.

"Diperlukan proses yang efisien dan program GRC terintegrasi untuk membuat dan mencapai keluaran ESG, yaitu laporan yang perlu untuk dibawa ke regulator dan lembaga pengawas yang berbeda," ujar Achmad kepada TrenAsia, Sabtu, 1 Oktober 2022.

Daniri menambahkan, saat suatu perusahaan mengevaluasi kembali strategi ESG, mereka dihadapkan pada beberapa tantangan, misalnya terlalu fokus pada aspek lingkungan/environmental dan mengabaikan aspek sosial/social serta tata kelola/governance.

Konsep GRC, dikatakan oleh Achmad, dapat diaplikasikan untuk menjadi instrumen pemantau penerapan prinsip ESG agar aktivitas bisnis berkelanjutan yang diupayakan dapat berlangsung secara efektif.

Integrasi GRC pada konsep ESG pada gilirannya melahirkan prinsip ES-GRC yang memungkinkan pendekatan yang disederhanakan untuk menangani semua persyaratan terkait dalam bisnis berkelanjutan dan tidak hanya berhubungan dengan persolan lingkungan, sosial dan tata kelola, melainkan juga bertalian dengan persoalan pengelolaan risiko dan kepatuhan.

"Tujuannya adalah menjadi organisasi yang berintegritas untuk memastikan bahwa nilai, etika, pernyataan, komitmen, hubungan, dan transaksi menjadi kenyataan dalam praktik, proses, hubungan, dan transaksi," tambah Daniri.

Daniri pun menyampaikan strategi integrasi GRC dalam penerapan ESG di suatu bisnis berkelanjutan, yaitu:

1. Memahami kedudukan dan visi perusahaan dalam menjalankan bisnis berkelanjutan, dimulai dari penilaian yang jujur terkait proses ES-GRC dalam organisasi.

2. Identifikasi anggota tim inti dan penunjang yang tepat dalam menjalankan ES-GRC.

3. Memilih fondasi teknologi yang tepat karena perlunya membangun strategi di atas landasan informasi dan teknologi yang dapat mewujudkan kondisi ES-GRC di masa depan.

Perangkat lunak dan teknologi ES-GRC harus sepenuhnya mendukung visi dan mampu memberikan efisiensi, efektivitas, dan kelincahan pada rencana serta proses strategis.

4. Memecah kegiatan menjadi beberapa tahap. Diperlukan skala prioritas dan pemecahan kegiatan untuk menjadi tahapan-tahapan yang dapat dicapai oleh organisasi.

5. Utamakan fleksibilitas untuk dapat mengatasi perubahan risiko, peraturan, dan lingkungan bisnis.