(ki-ka) Peneliti Mitra Center for Indonesia Policy Studies, Chief Marketing & Digital Officer Home Credit Indonesia Sheldom Chuan, CEO FInansialku.com Melvin Mumpuni di acara Media Gathering Home Credit, Jakarta, 27 Oktober 2022.
Industri

Pentingnya Integrasi Layanan dan Literasi dalam Perancangan Produk Keuangan yang Ideal

  • Menurut Ajisatria, produk dan layanan keuangan yang tepat guna idealnya mampu memberikan wawasan lebih, keterampilan, dan keyakinan bagi pelanggan saat menggunakannya.
Industri
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Peneliti Mitra Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Ajisatria Suleiman mengungkapkan bahwa produk keuangan yang ideal harus bisa mengintegrasikan antara layanan dan literasi kepada masyarakat.

Dikatakan olehnya, perusahaan keuangan perlu merancang produk secara khusus agar pelanggan tidak hanya merasakan manfaat dari layanan yang dihadirkan, namun juga meningkatkan literasi finansial pribadinya.

Menurut Ajisatria, produk dan layanan keuangan yang tepat guna idealnya mampu memberikan wawasan lebih, keterampilan, dan keyakinan bagi pelanggan saat menggunakannya.

Penyedia jasa keuangan perlu memastikan bahwa pelanggan, khususnya yang belum melek keuangan, memahami secara menyeluruh terkait suatu produk dan layanan di samping kemudahan akses yang diberikan.

"Di samping itu, semua pihak perlu memastikan efektivitas dari program literasi keuangan yang selama ini sudah dijalankan mengingat tingkat literasi keuangan masih relatif rendah dibandingkan dengan inklusi keuangan," ujar Ajisatria dalam acara Media Gathering Home Credit Indonesia di Hotel Century, Jakarta, Kamis, 27 Oktober 2022.

Dalam kesempatan yang sama, Chief Executive Officer (CEO) Finansialku.com Melvin Mumpuni mengatakan bahwa perencanaan finansial yang ideal bisa dibuat jika seseorang telah memiliki literasi keuangan yang baik.

Tidak hanya bisa membantu masyarakat dalam memaksimalkan layanan keuangan sesuai kebutuhan, literasi finansial juga bisa membantu masyarakat memahami manfaat serta risiko secara bersamaan.

Melvin memberikan salah satu contoh yang berkaitan dengan isu resesi yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2023.

Sebelumnya, mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan bahwa resesi akan benar-benar menghantam Indonesia akibat pesimisme.

Jika masyarakat pesimis bahwa Indonesia akan mengalami resesi, kemungkinan besar tingkat investasi dan konsumsi akan menurun karena banyaknya pihak yang menahan uangnya.

Padahal, perputaran uang lewat investasi dan konsumsi adalah salah satu cara agar suatu negara bisa aman dari resesi.

Melvin pun menyatakan bahwa ia setuju akan pendapat Chatib dan apa yang dikatakan eks Menkeu itu memperkuat alasan untuk terus mendorong literasi finansial masyarakat agar Indonesia lebih tahan banting dari perlambatan ekonomi yang mengancam seluruh dunia tahun depan.

Dalam acara yang sama, pihak PT Home Credit Indonesia selaku penyelenggara Media Gathering pun turut menyoroti kesenjangan antara tingkat inklusi dan literasi keuangan.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Oktober 2022, tingkat inklusi keuangan sudah mencapai 84,2% di tahun ini. Namun, tingkat literasinya baru mencapai 49,9%.

Maka dari itu, Home Credit pun menghadirkan program-program yang mengajak seluruh masyarakat untuk lebih mengenal berbagai produk dan layanan keuangan dari Home Credit yang turut disertai dengan pemberian informasi keuangan secara menyeluruh.

"Home Credit senantiasa membantu pelanggan dalam mewujudkan berbagai rencana dalam hidup, sekaligus memberdayakan masyarakat untuk menjalani kehidupan yang mereka inginkan," ujar Chief Marketing & Digital Officer Home Credit Indonesia Sheldom Chuan.

Sheldon menjelaskan bahwa program yang dimaksud adalah rangkaian pameran belanja multiproduk dan edukasi keuangan bernama PESTA diiringi konten-konten digital untuk tingkatkan literasi keuangan masyarakat luas. Gelaran PESTA diadakan di kota Bandung (23-29 Oktober), Medan (31 Oktober – 6 November), dan Manado (22-28 November).