<p>Gedung Krakatau Steel di kawasan Gatot Subroto Kuningan. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia</p>
Korporasi

Penuhi Kebutuhan Baja, Krakatau Steel Gandeng PPA Pasok 15.000 Ton Baja

  • JAKARTA – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menggandeng PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA dalam pemenuhan kebutuhan produk baja nasional. Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat industri manufaktur dan infrastruktur yang membutuhkan produk baja maupun produk turunannya. Nantinya, PPA akan menjadi center of procurement yang menjamin ketersediaan bahan baku baja […]

Korporasi
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk menggandeng PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA dalam pemenuhan kebutuhan produk baja nasional.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat industri manufaktur dan infrastruktur yang membutuhkan produk baja maupun produk turunannya.

Nantinya, PPA akan menjadi center of procurement yang menjamin ketersediaan bahan baku baja kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor manufaktur. Pada tahap awal, volume kebutuhan baja dari BUMN manufaktur di PPA mencapai 15.000 ton.

“Kebutuhan ini bisa bertambah,” ungkapnya dalam siaran resmi yang diterima Jumat, 18 Juni 2021.

Menurutnya, kolaborasi ini berpeluang untuk memberikan kesempatan kepada BUMN klaster manufaktur dalam menjamin kebutuhan baja, baik untuk kepentingan bisnis maupun proyek infrastruktur.

“Kemitraan dengan PPA merupakan salah satu enabler dalam pengembangan bisnis baja di Krakatau Steel,” tambahnya.

Bidik Pendapatan Rp28 Triliun

Sebagai informasi, pada tahun ini emiten pelat merah bersandi KRAS ini membidik target pendapatan hingga Rp28 triliun. Target ini lebih tinggi 43% dibandingkan dengan realisasi pendapatan pada tahun buku 2020.

Silmy pun optimistis, perusahaan bakal berupaya melanjutkan tren laba bersih yang diraup pada 2020.

Jumlah laba yang berhasil diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$23,6 juta atau setara Rp332,8 miliar (asumsi kurs Rp14.105 per dolar Amerika Serikat).

Capaian ini berhasil diperoleh setelah sebelumnya perseroan merugi hingga Rp7,1 triliun pada periode yang sama 2019.

Perbaikan kinerja KRAS tidak lepas dari adanya suntikan dana investasi pemerintah dalam skema program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada 2020. KRAS menerima dana hingga Rp2,2 triliun dari pemerintah untuk memperbaiki bisnis perusahaan yang terdampak pandemi COVID-19.

Selain itu, raihan laba bersih yang diperoleh perusahaan tidak lepas dari upaya efisiensi yang dilakukan pada tahun lalu. Bisnis perusahaan dinilai semakin menunjukan pemulihan mulai akhir 2020.

Penurunan biaya operasional sepanjang 2020 mencapai 41%, dari Rp4,8 triliun pada 2019 menjadi Rp2,8 triliun pada 2020.  Penurunan ini terjadi pada biaya energi yang susut 46% menjadi Rp295 miliar, penurunan biaya utility sebesar 27% menjadi Rp564 miliar.

Sementara itu, biaya consumable dan sparepart masing-masing turun 61% dan 59% menjadi Rp230 miliar dan Rp65 miliar pada 2020

Adapun total aset KRAS masih tumbuh meski tipis, yakni Rp49 triliun atau meningkat 6,06% dibandingkan dengan Rp46,2 triliun pada 2019.