Penurunan Harga Gas dan Pembatasan Impor Dongkrak Kinerja Industri Keramik
Industri

Penurunan Harga Gas dan Pembatasan Impor Dongkrak Kinerja Industri Keramik

  • JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto menyampaikan stimulus penurunan harga gas sebesar US$6 per MMBTU dan pemberlakuan safeguard untuk produk impor China, India dan Vietnam sangat mendongkrak pemulihan kinerja industri. Alhasil, utilisasi produksi nasional mulai melonjak hingga 65% pada November 2020. Angka ini bahkan menyamai tingkat utilisasi pada Januari 2020 alias kembali […]

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto menyampaikan stimulus penurunan harga gas sebesar US$6 per MMBTU dan pemberlakuan safeguard untuk produk impor China, India dan Vietnam sangat mendongkrak pemulihan kinerja industri.

Alhasil, utilisasi produksi nasional mulai melonjak hingga 65% pada November 2020. Angka ini bahkan menyamai tingkat utilisasi pada Januari 2020 alias kembali ke tingkat sebelum adanya COVID-19.

“Upaya tersebut mendorong peningkatan daya saing industri keramik terhadap ancaman produk impor.  Jadi, kebijakan pemerintah sangat dirasakan manfaatnya karena tepat sasaran dan tepat waktu,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa, 1 Desember 2020. 

Asaki berharap, pemerintah juga terus berupaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Salah satunya melalui kebijakan pemulihan ekonomi nasional (PEN) dan percepatan penyerapan APBN/APBD.

“Apabila kebijakan itu berjalan baik, kami optimistis utilisasi kapasitas produksi industri keramik nasional di akhir tahun 2020 bisa meningkat ke angka 70%, yang merupakan angka tertinggi sejak lima tahun terakhir,” imbuh dia.

Edy menambahkan, pemulihan industri keramik tercemin pula dari kinerja ekspor sepanjang Januari-September 2020 sebesar US$49,8 juta atau meningkat 24% dibanding periode yang sama tahun lalu. Selain itu, secara volume mencapai 12,8 juta m2 atau meningkat 29%.

“Kinerja ekspor pada sembilan bulan di tahun ini merupakan kinerja tertinggi sejak tahun 2016,” sebutnya.

Kinerja positif industri keramik tercermin dalam perbaikan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur. Pada November 2020, menembus level 50,6 atau naik hampir tiga poin dibanding capaian pada Oktober di angka 47,8.

Data Kementerian Perindustrian juga memperlihatkan bahwa pertumbuhan sektor industri nonmigas sepanjang 2020 diperkirakan masih akan terkontraksi. Akan tetapi, dengan perbaikan pertumbuhan di angka -2,22%.

Berdasarkan asumsi pengendalian dan ketersediaan vaksin COVID-19, pertumbuhan sektor manufaktur diproyeksikan mencapai 3,95% pada 2021.