<p>Minuman beralkohol bir Anker milik PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) / Deltajkt.co.id</p>
Industri

Penutupan Bali Bikin Kinerja Produsen Anker Bir Delta Djakarta Anjlok

  • Produsen bir PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) mencatatkan kinerja negatif selama 2020 lalu. Pihak DLTA menyebut anjloknya pariwisata Bali turut berdampak terhadap kinerja perusahaan sepanjang tahun lalu.

Industri

Reza Pahlevi

JAKARTA – Produsen bir PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) mencatatkan kinerja negatif dari sisi penjualan maupun laba bersih selama 2020. Anjloknya pariwisata Bali berdampak besar terhadap kinerja perusahaan yang sahamnya dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut.

Volume penjualan DLTA turun 38,3% dibanding tahun sebelumnya. Penjualan bersih pun anjlok 40% jadi Rp546,3 miliar sepanjang 2020. Pada 2019, penjualan bersih tercatat sebesar Rp827,1 miliar.

DLTA mencatat laba bersih setelah pajak sebesar Rp123,5 miliar pada tahun lalu. Jumlah ini anjlok 61,2% dari 2019 yang tercatat sebesar Rp317,8 miliar.

Akibatnya, volume penjualan DLTA turun 38,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penjualan bersih pun anjlok 40% jadi Rp546,3 miliar sepanjang 2020. Pada 2019, penjualan bersih tercatat sebesar Rp827,1 miliar.

“Secara geografis, perseroan mencatat penurunan penjualan terbesar di Bali, salah satu provinsi yang terdampak paling parah secara ekonomi akibat pembatasan perjalanan domestik dan mancanegara,” ujar manajemen DLTA dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 18 Agustus 2021.

Secara umum, kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diambil pemerintah tahun lalu hingga menutup sektor non-esensial berdampak terhadap kinerja DLTA. Volume bir pun turun drastis di hotel, bar, restoran, kafe, dan tempat rekreasi lainnya.

Selain itu, pembatalan acara-acara seperti even olahraga, musik, dan hari raya turut berkontribusi dalam turunnya permintaan bir tahun lalu.

“Dampak COVID-19 terhadap perseroan paling terasa di kuartal kedua (2020) akibat peraturan pemerintah yang lebih ketat untuk menekan tingkat penularan yang tinggi,” tambah manajemen DLTA.

Pihak DLTA menyebut volume perlahan meningkat pada kuartal III-2021 meski masih tetap lebih rendah dibanding tahun sebelumnya akibat pemulihan pasar yang lambat. Ini karena banyak gerai yang masih banyak ditutup dan penerapan PSBB yang masih diberlakukan di banyak daerah.

“Meskipun jauh lebih rendah dari pencapaian tahun lalu, kami masih mampu mencetak laba berkat kekuatan produk kami, terutama Anker Bir yang menjadi merek andalan kami,” ujar manajemen.

Strategi DLTA Semasa Pandemi

Untuk menyiasati kondisi pandemi, DLTA pun mengalihkan fokus penjualan pada program off-premise dan sektor tradisional. Selain itu, perusahaan juga menyiapkan beberapa strategi penjualan.

Pertama, DLTA meningkatkan ketersediaan produk di hypermarket dan supermarket, serta mempertahankan program insentif untuk mendukung pedagang grosir.

Selanjutnya, DLTA juga masuk platform online lewat kerja sama dengan platform e-groceries HappyFresh yang berhasil meningkatkan pendapatan online hingga 400% pada tahun lalu.

Selain itu, DLTA juga telah mendirikan official store di platform marketplace seperti Shopee dan Blibli untuk menjajakan produk mereka serta menjalankan kampanye pengiriman online secara taktis.

Sebagai informasi, DLTA menjual bir bermerek dagang Anker, Carlsberg, dan San Miguel. Untuk nama terakhir, San Miguel Malaysia (L) Pte. Ltd. juga tercatat sebagai pengendali DLTA dengan kepemilikan saham 58,33%.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga tercatat sebagai pemilik saham DLTA. Pemprov DKI memiliki 210,2 juta lembar saham atau setara dengan 26,25% kepemilikan.