Penyerapan ke Platform Online Meningkat, Luhut Berharap Ada 30 Juta Unit UMKM Masuk ke Ekosistem Digital pada 2023 Mendatang
- Penyerapan ke Platform Online Meningkat, Luhut Berharap Ada 30 Juta Unit UMKM Masuk ke Ekosistem Digital pada 2023.
Nasional
Jakarta - Angka penyerapan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ke platform digital kini semakin meningkat. Ini menandakan semakin banyak pelaku UMKM yang sadar akan pentingnya ekosistem digital untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis mereka.
Tercatat, menurut data nasional yang dihimpun dari Indonesia.go.id, dari bulan Mei 2020 hingga Juni 2021, telah terjadi penambahan sebanyak 6,5 juta unit UMKM online yang telah go digital. Sebelumnya, menurut data per Februari 2021 sendiri, penyerapan UMKM go digital mencapai 12 juta lebih. Hingga kini telah tercatat 14,5 juta UMKM online yang memanfaatkan platform digital.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi , Luhut Binsar Panjaitan, capaian ini merupakan keberhasilan dari Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) yang dicanangkannya pada 11 Januari 2021 lalu. Lewat Gernas BBI ini, Luhut berupaya untuk mengoptimalkan penyerapan UMKM, menuju platform digital.
- Mirip Hanoman, Sosok Monyet Putih Muncul di Bali
- Perpanjangan Restrukturisasi Kredit akan Dilakukan OJK hingga Maret 2022
- Perkuat Solidaritas Negara IMT-GT, Pemerintah Kebut Rancangan Cetak Biru untuk Tanggulangi Dampak Pandemi Covid-19 Bersama
Luhut berharap pada 2023 nanti ada sekitar 30 juta unit UMKM yang masuk ke ekosistem digital Indonesia. Untuk mencapai target ini, pemerintah akan terus mendorong UMKM agar mendaftarkan usaha mereka ke Gernas BBI.
Gernas BBI bertujuan untuk mendorong national branding produk lokal unggulan, sehingga menciptakan industri baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Gerakan ini merupakan bagian dari program percepatan transformasi digital dan industri kreatif nasional.
“Semangat buatan indonesia harus hadir di UMKM.” kata Luhut pada Minggu, 8 Agustus 2021.
Peran UMKM di sektor digital juga cukup menjanjikan. Pada 2018 misalnya, UMKM tercatat memberikan kontribusi 57,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dengan nilai Rp8.573,9 triliun, lalu pada 2019 menyumbang 60 persen PDB dan 14 persen dari total ekspor nasional. Wajar jika pemerintah pun optimis langkah digitalisasi UMKM membuahkan hasil positif.
"Ini momentum sangat bagus untuk membeli produk dalam negeri, karena ekonomi kita lebih banyak digerakkan konsumsi rumah tangga. Jadi kalau kita maksimalkan belanja domestik dengan mengkonsumsi produk lokal UMKM ini sangat positif bagi pondasi ekonomi kita," kata Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki.
Bila terwujud, gerakan tersebut akan sangat berarti dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab, sejauh ini faktor utama penggerak ekonomi nasional adalah konsumsi rumah tangga yang kontribusinya di atas 50 persen. Sementara investasi hanya berhasil menyumbang sekitar 30 persen dan belanja pemerintah sekitar 10 persen terhadap struktur pembentuk pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara mendorong para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia agar memanfaatkan platform online dalam memasarkan produk-produk mereka. Dengan memanfaatkan platform online, menurutnya pelaku UMKM bisa menjangkau konsumen yang lebih luas, sehingga pendapatannya akan meningkat.
Dalam hasil survei yang dipaparkan Kemkominfo, berjualan online dapat meningkatkan pendapatan UMKM hingga 26%, serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang berimbas pada peningkatan ekonomi nasional secara berkala dan bertahap.
"Adanya platform online seperti marketplace telah membuka peluang bagi lebih banyak masyarakat untuk berbisnis. Contohnya saja di Tokopedia, dari sekitar 2,5 juta merchant yang dimiliki, 80% atau sekitar 2 juta merchant-nya merupakan orang-orang yang tadinya tidak pernah berbisnis. Artinya platform semacam ini banyak menumbuhkan entrepreneur-entrepreneur baru," kata Rudiantara.