Penyumbang Tinggi Emisi, Dekarbonisasi Sektor Transportasi Darat Digenjot
- Upaya pembentukan Gugus Tugas pun telah membuahkan hasil yang cukup baik. Pasalnya, hingga sekarang telah teridentifikasi 400 proyek prioritas di sektor ketenagalistrikan yang siap didanai.
Transportasi dan Logistik
JAKARTA - Global tengah berjuang untuk mengurangi emisi karbon dengan memanfaatkan energi bersih, tak terkecuali Indonesia. Salah satu penyumbang utama emisi karbon global dan di Indonesia adalah transportasi darat.
Bahkan sektor transportasi darat disebut menyumbang 75% dari total emisi di sektor transportasi atau 15 hingga 20% dari emisi karbon global berasal dari sektor ini. Mengurangi emisi dalam sektor ini menjadi prioritas mendesak, perlu didorong oleh berbagai inisiatif global seperti elektrifikasi, biofuel, dan pengembangan transportasi perkotaan yang inovatif.
- Sea Group, Korporasi Global yang Mesra dengan Keluarga Jokowi
- Menilik Relasi Industrial Ojek Online dan Pebisnis di Indonesia
- Bos Saratoga Menang Lawan Proyek Ratusan Miliar Kedubes India
Executive Director International Council on Clean Transportation, Drew Kodjak mengungkapkan bahwa kendaraan listrik (EV) saat ini sudah memberikan manfaat signifikan dibandingkan kendaraan konvensional, bahkan ketika mempertimbangkan emisi dari pembangkit listrik.
"Manfaat ini akan terus meningkat seiring pembersihan jaringan listrik. Kendaraan listrik juga lebih murah dioperasikan, berkinerja tinggi, dan banyak pihak di industri otomotif melihat EV sebagai masa depan," jelas Kodjak dalam Sesi Plenari Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 dengan tema Future of Energy Transition in Emerging Economies di Jakarta, Kamis 5 September 2024.
Kodjak mencatat bahwa pasar global, termasuk di China, Eropa, dan AS, telah mencatat pertumbuhan signifikan dalam adopsi EV, dengan lonjakan dari 3-5% pada 2019 menjadi 40% di China, 20% di Eropa, dan 10% di AS pada 2023.
Tantangan
Dalam kesempatan yang sama Henry Tanoto, Vice President Toyota Astra Motor, ada tiga tantangan utama dalam mendorong dekarbonisasi transportasi
"Pertama, teknologi dan infrastruktur. Kami harus menyediakan teknologi yang sesuai untuk beragam kebutuhan. Di Indonesia, 62% penjualan mobil baru berada di bawah harga 300 juta rupiah, dan sekitar 60% kendaraan berada di luar kota besar di mana infrastruktur belum siap. Teknologi seperti hybrid dan biofuel menjadi solusi di sini," jelas dia.
Adapun tantangan sumber energi perihal bagaimana mendapatkan pasokan energi yang berkelanjutan dan terjangkau. Ketiga, pentingnya kolaborasi antara penyedia mobilitas, penyedia energi, dan regulator untuk menyusun roadmap yang tepat bagi dekarbonisasi.
Kejar 400 Proyek
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan sebagai upaya transisi energi, pemerintah telah membentuk Gugus Tugas Transisi Energi Nasional untuk mendorong inisiatif transisi energi di berbagai sektor.
Upaya pembentukan Gugus Tugas pun telah membuahkan hasil yang cukup baik. Pasalnya, hingga sekarang telah teridentifikasi 400 proyek prioritas di sektor ketenagalistrikan yang siap didanai.
Menurutnya, proyek-proyek transisi energi di antaranya dengan melakukan penghentian operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan. Dengan potensi alam yang begitu melimpah, seperti pembangkit listrik tenaga air dan angi, jika berjalan lancar maka target dekarbonisasi bisa didapatkan lebih cepat.
Kata Luhut, PT PLN (Persero) telah menerbitkan program Percepatan Penerapan Energi Terbarukan (ARED), yang bertujuan untuk memiliki sekitar 480GW kapasitas energi terbarukan pada tahun 2060.
Melalui kemitraan Indonesia dengan Singapura telah mengembangkan industri fotovoltaik surya dan Sistem Penyimpanan Energi Baterai (Battery Energy Storage System/BESS), yang memungkinkan Indonesia untuk mengekspor listrik hijau ke Singapura, yang dihasilkan oleh panel surya yang diproduksi di Indonesia.
Adapun di sektor transportasi, pemerintah sudah memperkenalkan program insentif dan investasi untuk mempercepat adopsi electric vehicle (EV) dan pengembangan industrinya. Luhut mengeklaim kebijakan ini berjalan dengan optimal yang meningkatkan penggunaan EV di Indonesia.