Waspada! Teknologi AI Dapat Memudahkan Peretas Mencuri Password Anda
Perbankan

Peran Besar AI di Industri Perbankan, Mulai dari Peningkatan Kualitas Kredit hingga Deteksi Fraud

  • Bank saat ini mulai memperluas penggunaan AI untuk meningkatkan pengalaman nasabah dan proses back office. Misalnya, AI dimanfaatkan untuk pemindaian wajah dalam rangka kebutuhan bertransaksi; teknologi biometrik suara, wajah, dan sidik jari untuk proses autentikasi dan otorisasi; serta teknologi machine learning untuk melacak pola penipuan dan serangan siber.
Perbankan
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yang belakangan ini sudah banyak diadopsi dalam berbagai aspek kehidupan, memiliki peran yang besar pula di industri perbankan. 

Data dari IBM Global Adoption Index 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 35% perusahaan global telah mengadopsi AI, sementara 42% perusahaan lainnya sedang dalam proses untuk melakukannya. 

Pemanfaatan AI dalam konteks bisnis global mencakup berbagai bidang seperti pelayanan pelanggan, keamanan siber, pemasaran, penjualan, manajemen rantai pasok, dan sumber daya manusia.

Di Indonesia, potensi adopsi AI juga cukup tinggi. Menurut data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional pada tahun 2023, sekitar 62% perusahaan di Indonesia berpotensi untuk mengadopsi teknologi AI. 

Salah satu contoh penerapannya terlihat dalam sektor pertanian, yang mana teknologi drone dan sensor digunakan untuk meningkatkan produktivitas dengan memantau penggunaan pupuk, tingkat kesuburan tanah, dan pertumbuhan tanaman.

Sektor perbankan Indonesia juga tidak ketinggalan dalam mengadopsi teknologi AI. Dalam sebuah diskusi panel yang diselenggarakan sebagai bagian dari acara AI for Business Leaders Summit oleh IBM dan Infobank di Jakarta pada Maret 2024, Direktur Utama Superbank, Tigor M. Siahaan, menjelaskan bagaimana AI telah mengubah sektor keuangan. 

Dikatakan oleh Tigor, AI membantu dalam mendeteksi penipuan, menganalisis transaksi, serta meningkatkan kualitas penilaian kredit, pelayanan pelanggan, dan otomatisasi.

Menurut Tigor, bank saat ini mulai memperluas penggunaan AI untuk meningkatkan pengalaman nasabah dan proses back office. Misalnya, AI dimanfaatkan untuk pemindaian wajah dalam rangka kebutuhan bertransaksi; teknologi biometrik suara, wajah, dan sidik jari untuk proses autentikasi dan otorisasi; serta teknologi machine learning untuk melacak pola penipuan dan serangan siber.

Tigor pun mengatakan, jika dimanfaatkan dengan baik, AI dapat mendorong peningkatan inklusi keuangan dengan menghadirkan layanan perbankan digital yang lebih mudah diakses. 

“Ini penting mengingat Indonesia memiliki populasi underbanked 1 terbesar di Asia Tenggara. Segmen ini membutuhkan akses ke layanan keuangan, namun belum banyak tersentuh oleh industri perbankan saat ini,” ungkap Tigor diskusi panel bertajuk 'AI-Driven Insights: Navigating the Future of Banking' di AI for Business Leaders Summit yang digelar IBM dan Infobank di Jakarta beberapa waktu lalu.

Tigor pun menyampaikan bahwa Superbank terus berinovasi dengan memanfaatkan teknologi terkini untuk menyediakan solusi finansial yang aman, terpercaya, dan mudah diakses. 

Dukungan dari ekosistem yang terdiri dari perusahaan seperti Grab, Singtel, Emtek, dan KakaoBank memberikan kekuatan tambahan bagi Superbank dalam meningkatkan inklusi keuangan dan mengembangkan industri perbankan digital di Indonesia.

Tentu saja, untuk menghadapi tantangan dan peluang yang dibawa oleh teknologi AI, penting untuk memiliki talenta digital yang berkualitas. 

Tigor menekankan bahwa bank perlu menyesuaikan pendekatan mereka dalam hal teknologi, struktur pembiayaan, dan pengelolaan sumber daya manusia. Kebutuhan akan tenaga kerja di industri perbankan pun berkembang, tidak hanya fokus pada latar belakang perbankan tradisional.

Pertumbuhan pesat teknologi AI menunjukkan pentingnya untuk mengembangkan talenta digital yang dapat memenuhi kebutuhan perbankan. 

Baik itu melalui pendidikan formal maupun pelatihan, penting untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. 

Selain itu, kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan teknologi seperti Grab dan KakaoBank dapat menjadi sumber wawasan dan talenta digital tambahan.