Ayatullah Ali Khamenei
Dunia

Peran Besar Ayatullah di Iran: Kendalikan Politik, Ekonomi, dan Militer

  • Pengaruh Ayatullah mencakup hampir semua aspek pemerintahan, kekuasaan seorang Ayatullah di Iran melampaui batas-batas tradisional seorang kepala negara.

Dunia

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Sejak Republik Islam Iran berdiri pada tahun 1979, jabatan rahbar atau pemimpin tertinggi yang lebih dikenal dengan julukan Ayatullah menjadi pusat kendali negara. Posisi ini pertama kali dipegang oleh Ayatullah Ruhollah Khomeini.

Khomeini tidak hanya menjadi simbol keagamaan tetapi juga memainkan peran sebtral dalam kontestasi politik dan militer Iran. Pengaruh Ayatullah mencakup hampir semua aspek pemerintahan, kekuasaan seorang Ayatullah di Iran melampaui batas-batas tradisional seorang kepala negara.

Kekuasaan Tertinggi di Tangan Ayatullah

Dilansir Ensiklopedia Britanica, Kamis, 3 Oktober 2024, Sebagai pemimpin tertinggi, Ayatullah memiliki kewenangan yang luar biasa. Ayatullah bertanggung jawab atas kebijakan umum negara, memimpin angkatan bersenjata, dan memiliki kendali penuh dalam deklarasi perang serta penunjukan pejabat penting negara, seperti kepala kehakiman dan komandan militer. 

Bahkan, seorang Ayatullah memiliki kekuasaan untuk memberhentikan presiden jika dianggap melanggar prinsip-prinsip negara atau agama. Selain itu, Ayatullah memiliki hak veto dalam kebijakan pemerintah, memberikan arahan politik yang mempengaruhi seluruh kebijakan domestik dan internasional. 

Dalam perannya sebagai pemimpin spiritual, ia juga mengontrol narasi agama yang diizinkan di Iran, dan memastikan setiap unsur keagamaan selaras dengan visi politik negara.

Pemilihan dan Pencopotan Ayatullah

Meskipun kekuasaannya sangat besar, pemilihan Ayatullah melibatkan Majelis Ahli, sebuah badan yang terdiri dari ulama Islam. Majelis ini dipilih oleh rakyat setiap delapan tahun dan bertanggung jawab atas pengawasan serta penunjukan Ayatullah. 

Majelis Ahli juga memiliki kekuatan untuk mencopot Ayatullah jika dianggap tidak memenuhi syarat, meski hal ini belum pernah terjadi dalam sejarah Iran.

Ayatullah Ruhollah Khomeini, pemimpin pertama Iran pascarevolusi, memperkenalkan teori "velāyat-e faqīh" (pemerintahan oleh ulama) yang menegaskan bahwa ulama memiliki hak penuh untuk memimpin negara. Teori ini terus dilanjutkan oleh Ali Khamenei, yang menggantikan Khomeini pada tahun 1989.

Ekspansi Kekuasaan di Bawah Ali Khamenei

Ali Khamenei tidak hanya mempertahankan kekuasaan rahbar, tetapi juga memperluas pengaruhnya. Khamenei menciptakan Bayt-e Rahbārī, sebuah kantor khusus yang membantu mengelola berbagai aspek kekuasaan Ayatullah, termasuk hubungan dengan sektor ekonomi dan militer.

Salah satu alat utama Khamenei dalam mempertahankan pengaruhnya dalam kekuasaan adalah Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), yang selain memiliki peran militer, juga terlibat dalam bisnis dan pengelolaan sumber daya negara.

Khamenei juga memperkuat kontrol terhadap sektor ekonomi melalui yayasan amal raksasa, yang tidak hanya mempengaruhi politik dalam negeri tetapi juga menguasai sektor bisnis penting di Iran. Pengaruh ini memungkinkan Ayatullah memegang cengkeraman kuat terhadap stabilitas ekonomi dan politik.

Intervensi Politik dan Pengendalian Pemilu

Salah satu aspek yang paling mencolok dari kekuasaan seorang Ayatullah adalah kemampuannya untuk mengontrol proses politik di Iran. Ayatullah Ali Khamenei sering kali menggunakan otoritasnya untuk mengintervensi hasil pemilu, terutama jika ada ancaman dari pihak reformis atau oposisi. 

Pemilu presiden 2009 dan 2021 menjadi contoh nyata bagaimana Khamenei berhasil menyingkirkan elemen-elemen reformis dari pemerintahan dan memastikan loyalitas penuh dari pejabat yang terpilih.

Meskipun kekuasaan Ayatullah tampak tak tergoyahkan, peristiwa-peristiwa seperti protes besar tahun 2022 menunjukkan bahwa posisi ini tetap rentan terhadap ketidakpuasan publik. 

Kematian Jina Mahsa Amini di tangan polisi moral memicu gelombang protes yang menyebar di seluruh negeri. Walau pemerintah berhasil menekan protes ini, peristiwa tersebut memperlihatkan bagaimana rakyat Iran, terutama generasi muda, mulai menantang otoritas seorang Ayatullah.

Peran seorang Ayatullah di Iran bukan hanya simbolis, melainkan inti dari seluruh struktur pemerintahan. Dengan dicengkramnya kekuasaan yang meliputi semua aspek negara, Ayatullah Ali Khamenei memainkan peran krusial dalam memastikan keberlanjutan sistem politik Iran.