pilkada 2024.jpeg
Kolom

Peran Elektabilitas dan Survei dalam Pilkada 2024

  • Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 yang akan digelar pada 27 November mendatang, sorotan publik semakin tertuju pada hasil-hasil survei terkait elektabilitas calon-calon kepala daerah. Di berbagai media sosial, hasil survei elektabilitas ini telah banyak beredar dan menjadi salah satu topik utama dalam perbincangan politik.

Kolom

Ilyas Maulana Firdaus

Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 yang akan digelar pada 27 November mendatang, sorotan publik semakin tertuju pada hasil-hasil survei terkait elektabilitas calon-calon kepala daerah. Di berbagai media sosial, hasil survei elektabilitas ini telah banyak beredar dan menjadi salah satu topik utama dalam perbincangan politik. 

Namun, muncul pertanyaan mendasar seperti “apakah elektabilitas mampu mengubah preferensi pemilih dalam menentukan pilihan mereka di Pilkada?”. Elektabilitas, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), didefinisikan sebagai "kemampuan atau kecakapan seseorang untuk dapat terpilih dan mengisi posisi tertentu dalam pemerintahan." 

Dengan kata lain, elektabilitas adalah ukuran potensi keterpilihan seorang kandidat dalam konteks politik. Sedangkan menurut laman Political Dictionary, istilah ini lebih mengacu pada penilaian akan peluang seorang kandidat untuk menang dalam pemilihan, berdasarkan pandangan pengamat politik, partai, serta media.

Hasil survei elektabilitas ini biasanya diterbitkan oleh berbagai lembaga survei, berfungsi untuk menyediakan informasi bagi publik mengenai siapa saja kandidat yang memiliki peluang besar memenangkan kontestasi. 

Dari kacamata publik, hasil survei ini kerap dianggap sebagai gambaran terkini mengenai popularitas calon, sehingga banyak di antaranya menjadi bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan politik individu.

Namun, apakah hasil survei elektabilitas benar-benar diperlukan atau sekadar menghasilkan informasi yang belum tentu mempengaruhi keputusan akhir pemilih? Menurut laman The Indonesian Institute, hasil survei ini merupakan produk ilmiah yang memiliki legitimasi, artinya metode dan hasil yang dihasilkan oleh survei dapat dipercaya, selama dilakukan dengan standar metodologi yang tepat. 

Kredibilitas ini membuat survei menjadi sumber informasi yang dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat luas. Di sisi lain, hasil survei elektabilitas juga menciptakan efek yang disebut bandwagon effect, di mana individu cenderung memilih kandidat yang dianggap memiliki peluang menang lebih besar berdasarkan survei. 

Dalam konteks ini, survei dapat menjadi alat untuk mengkondisikan opini publik, sekaligus mengarahkan persepsi masyarakat mengenai kandidat tertentu. Bandwagon effect ini terutama relevan dalam masyarakat yang memiliki kecenderungan mengikuti arus. Mereka berpandangan bahwa mendukung kandidat dengan elektabilitas tinggi adalah pilihan aman yang sejalan dengan mayoritas.

Selain itu, survei memiliki fungsi penting dalam menjamin transparansi dan keterbukaan dalam proses demokrasi. Dengan adanya survei, pemilih bisa mendapatkan gambaran yang lebih objektif mengenai kekuatan masing-masing kandidat, yang didasarkan pada data dan fakta daripada sekadar spekulasi atau klaim sepihak. 

Lembaga survei independen, khususnya, berperan penting dalam menghadirkan informasi yang akurat dan menghindari manipulasi data yang berpotensi mempengaruhi opini publik dengan cara yang tidak sehat.

Namun, di tengah arus informasi yang membanjir, penting bagi publik untuk bersikap bijaksana dan kritis terhadap hasil survei yang beredar. Sebab, tidak semua survei dilakukan oleh lembaga yang memiliki reputasi baik atau menggunakan metode yang valid. 

Survei yang dipublikasikan oleh lembaga dengan kredibilitas rendah bisa saja memiliki data yang tidak akurat atau berpihak pada pihak tertentu. Selain itu, hasil survei hanya merupakan gambaran popularitas kandidat pada waktu tertentu dan dapat berubah sewaktu-waktu.

Hal itu tergantung pada perkembangan situasi dan strategi yang dijalankan masing-masing kandidat. Pengaruh media sosial, berita, serta peristiwa besar yang terjadi di masyarakat juga turut mempengaruhi hasil survei secara signifikan. 

Sehingga, hasil survei ini sebaiknya tidak dilihat sebagai prediksi mutlak, melainkan sebagai alat ukur sementara yang membantu publik memahami dinamika politik yang sedang terjadi.

Pada akhirnya, elektabilitas memang memainkan peran penting dalam menentukan peluang kandidat di mata publik. Namun keputusan akhir tetap berada di tangan pemilih pada saat mereka berada di bilik suara. 

Pemahaman yang komprehensif terhadap elektabilitas dan peran survei dapat membantu pemilih membuat keputusan yang lebih baik dan berdasarkan pertimbangan matang, bukan sekadar mengikuti arus atau tren. 

Dengan demikian, hasil survei elektabilitas menjadi alat yang berguna dalam memahami preferensi publik, tetapi pemilih tetap diingatkan untuk tidak menjadikannya sebagai satu-satunya acuan dalam memilih, melainkan melibatkan kajian lebih luas terhadap rekam jejak, visi, dan misi kandidat yang akan memimpin daerah mereka selama lima tahun ke depan.