Peran Vital Lembaga Pembiayaan untuk Akselerasi Adopsi Kendaraan Listrik
- Pengamat Energi dan Kendaraan Listrik, Eko Adji Buwono, menyatakan bahwa lembaga pembiayaan dan perbankan memainkan peran kunci dalam pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia.
Perbankan
JAKARTA - Kerja sama yang erat antara berbagai sektor, khususnya lembaga pendanaan dan perbankan nasional, memiliki potensi besar dalam mempercepat perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Pengamat Energi dan Kendaraan Listrik, Eko Adji Buwono, menyatakan bahwa lembaga pembiayaan dan perbankan memainkan peran kunci dalam pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia.
Menurut Eko, skema pendanaan untuk kendaraan sebagian besar masih berbentuk kredit ringan dari perbankan. Ini terlihat dari kenyataan bahwa hampir semua pemilik kendaraan konvensional saat ini memperoleh motor atau mobil mereka melalui kredit perbankan.
"Hal ini membuat lembaga pembiayaan punya pendekatan yang berbeda beda. Saat ini pembiayaan khususnya untuk kendaraan listrik pun mengikuti perkembangan jumlah kendaraan listrik di pasar," kata Eko dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 4 Juli 2024.
- Ambisi Hilirisasi Nikel: Realistis atau Salah Strategi?
- Mobil Listrik akan Kalah Laku, Ada Energi yang Lebih Murah
- Top 3 Saham Tambang LQ45 Paling Moncer dalam 6 Bulan Terakhir
Eko juga mencatat bahwa saat ini banyak perbankan yang menawarkan paket pembiayaan untuk kendaraan listrik, baik motor maupun mobil. Berbagai potongan bunga dan potongan provisi juga sudah disediakan.
Pemerintah pun mendukung perkembangan ini dengan memberikan insentif dan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses kendaraan listrik.
Laporan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pembiayaan untuk kendaraan listrik terus mengalami pertumbuhan. Hingga April 2024, total pembiayaan kendaraan listrik oleh perusahaan multifinance mencapai Rp4,39 triliun.
Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, menyatakan bahwa total pembiayaan untuk kendaraan listrik ini baru sekitar 1% dari total pembiayaan yang disalurkan.
Secara keseluruhan, industri multifinance mencatat total pembiayaan sebesar Rp486,35 triliun hingga April 2024. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 10,82% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan dukungan dari lembaga pendanaan dan perbankan serta kebijakan pemerintah yang proaktif, ekosistem kendaraan listrik di Indonesia diharapkan dapat berkembang lebih pesat. Upaya kolaboratif ini tidak hanya akan meningkatkan adopsi kendaraan listrik, tetapi juga mempercepat peralihan menuju transportasi yang lebih ramah lingkungan.
Dukungan dari sektor pendanaan dan perbankan, bersama dengan insentif pemerintah, sangat penting untuk memperluas akses masyarakat terhadap kendaraan listrik. Dengan demikian, masyarakat akan semakin mudah beralih dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Dengan kolaborasi semua sektor, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu negara terdepan dalam pengembangan dan penggunaan kendaraan listrik. Ini tidak hanya berdampak positif pada lingkungan, tetapi juga pada ekonomi nasional melalui peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja di sektor terkait.
Baca Juga: Dukung Bisnis Kendaraan Listrik, Indika Energy (INDY) Kucurkan Pinjaman Rp72 M
Ketidakpastian Ekonomi Jadi Peluang untuk Kendaraan Listrik
Tidak melihatnya sebagai hambatan, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) memandang bahwa ketidakpastian yang tengah menjerat perekonomian global justru adalah peluang besar untuk menyalurkan pembiayaan mobil listrik.
Presiden Direktur CNAF Ristiawan mengatakan, di tengah kondisi suku bunga tinggi yang diperkirakan akan berlangsung dalam waktu yang lebih lama dari perkiraan (higher for longer), inflasi yang masih menekan khususnya di segmen pangan, dan tensi geopolitik yang masih panas, permintaan untuk kendaraan listrik masih berpotensi untuk meningkat.
Pasalnya, mobil listrik adalah jenis kendaraan yang dapat meminimalisasi biaya transportasi sehari-hari karena menggunakan energi ramah lingkungan yang cenderung lebih murah.
“Terkait dengan suku bunga tinggi, tekanan ekonomi, dsb, justru kalau saya melihat itu sebagai opportunity karena pengendara mobil listrik itu bisa mendapatkan biaya yang lebih efisien dibandingkan mereka yang menggunakan bensin dan solar,” papar Ristiawan saat konferensi pers public expose di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dengan demikian, saat ekonomi tengah menekan, kemungkinan besar akan selalu ada kebutuhan di masyarakat untuk memilih jenis kendaraan yang memungkinkan mereka untuk menekan biaya transportasi sehari-hari.
“CNAF melihatnya (tekanan ekonomi) dari angle yang lain, jadi kebutuhannya (mobil listrik) akan tetap ada, ekonomi tekanannya akan tetap berat. Jadi, kalau nasabah yang memang mempunyai analisis dan perhitungan yang sangat logis, memakai kendaraan listrik akan lebih efisien bagi mereka untuk melakukan mobilisasi,” kata Ristiawan.
- Fantastis, Kupu-Kupu Ini Terbang Non-Stop Sejauh 4.200 Km Melintasi Samudera Atlantik
- Rugi Kimia Farma (KAEF) Capai Rp102 Miliar, Liabilitas Kuartal I-2024 Naik Tipis
- Anak Buah Sri Mulyani Ungkap Cara Atasi Gempuran Impor di Industri Tekstil
Risiko Rendah dari Debitur Kendaraan Listrik
Ristiawan pun mengatakan, para pembeli mobil listrik ini didominasi oleh nasabah dengan profil risiko yang cenderung minim. Bahkan, nonperforming financing (NPF) di segmen kendaraan listrik hanya setengah dari NPF pembiayaan secara keseluruhan yang berada di angka 1,1% per-Mei 2024.
Dengan profil risiko yang lebih rendah dibanding konvensional, CNAF pun melihat adanya peluang untuk meminimalisasi cost of credit (CoC) dalam menyalurkan pembiayaan.
Bisa dikatakan bahwa saat ini, nasabah yang mengajukan pembiayaan kendaraan listrik berada di segmen masyarakat berpenghasilan tinggi sehingga risiko kredit macet semakin kecil.
“Apalagi market share-nya masih sangat kecil sekali, di Indonesia masih 4%. Nah, kita tidak mau menghilangkan kesempatan, dan data di sini kendaraan listrik itu dari sisi NPF berada di bawah konvensional,” tegas Ristiawan.
Bahkan, Ristiawan menyebutkan bahwa pembeli mobil listrik saat ini adalah orang-orang yang pada umumnya sudah memiliki mobil konvensional dan membeli mobil listrik untuk kebutuhan efisiensi biaya sekaligus juga mengikuti tren ramah lingkungan yang saat ini tengah berkembang.
“Sekarang ini, nasabah pembiayaan kendaraan listrik adalah crème de la crème (yang terbaik dari yang terbaik). Profil nasabah yang sangat bagus,” katanya.