Perang Dagang Putin Melawan Ukraina Gagal
- Rusia ingin mengeluarkan Ukraina dari pasar. Sehingga Moskow dapat memperoleh posisi monopoli dan kemudian dapat mempersenjatai atau mempolitisasi Ukraina.
Dunia
JAKARTA-Rusia menggunakan tarif, blokade laut, dan membom pelabuhan untuk menargetkan persaingan pertanian Ukraina. Namun tampaknya belum ada yang berhasil.
Pada 2023 lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan dia menutup Laut Hitam untuk ekspor pertanian Ukraina. Alasannya yang digunakan adalah upaya kedua Ukraina untuk melumpuhkan Jembatan Kerch. Arteri utama Rusia ke Semenanjung Krimea dan kunci logistik amunisinya. Sebuah ledakan besar pada 17 Juli 2023 dini hari menyebabkan sebagian jembatan menggantung miring di atas Laut Hitam.
Sebagai pembalasan, Rusia menarik diri dari perjanjian yang mengizinkan pengiriman biji-bijian Ukraina keluar dari Laut Hitam. Kesepakatan yang ditengahi setahun sebelumnya oleh PBB dan Turki untuk mencegah kelaparan di antara negara-negara termiskin di dunia.
Menandai penarikannya, Moskow melancarkan serangan rudal besar-besaran ke Odesa dan Chernomorsk di Ukraina. Dua dari tiga pelabuhan yang diberi wewenang untuk mengekspor biji-bijian berdasarkan inisiatif tersebut. Serangan menghancurkan silo biji-bijian, bahan bakar minyak, dan peralatan pemuatan.
- Israel Bahas Anggaran Perang 2024, Defisit Lebih Tinggi
- Dilengkapi Prangko Berperekat Pertama, Surat Ini Dilelang Rp38 Miliar
- Manusia Cenderung Prioritaskan Orang yang Dicintainya, Ini Alasannya
Dua hari kemudian, Putin mengungkapkan alasan sebenarnya perubahan strateginya. Dalam percakapan dengan menteri pertaniannya, Dmitry Patrushev, Putin mengatakan para petani Rusia telah kehilangan $1,2 miliar dan produsen pupuk Rusia $1,6 miliar. Ini kira-kira setengah dari margin keuntungan mereka. Penyebabnya karena tingginya biaya pengiriman, suku cadang, dan transaksi keuangan.
Ukraina juga menderita akibat biaya pengiriman yang lebih tinggi akibat perang yang dipimpin Putin. Juga konflik di Gaza. Ini karena memaksa pengiriman komersial memutar ke seluruh Afrika.
Namun Putin dan Patrushev menyalahkan peningkatan tersebut semata-mata karena sanksi Barat. Menurut Putin, Rusia menunjukkan keajaiban ketahanan dan kesabaran dengan harapan barat mau mengubah kebijakannya. Sebaliknya, menurut Putin Rusia menuai kesombongan dan kelancangan, janji-janji dan obrolan kosong.
Barat sebenarnya tidak pernah memberikan sanksi terhadap biji-bijian atau pupuk Rusia. Namun argumen Putin adalah bahwa sanksi terhadap bank dan impor mesin Rusia secara efektif memberikan sanksi terhadap industri pertanian. Dia juga yakin 200.000 ton pupuk Rusia diblokir secara tidak resmi di pelabuhan-pelabuhan Eropa.
Rusia juga berupaya memanfaatkan keamanan Laut Hitam untuk membatalkan sanksi Kyiv. Dia ingin pipa pupuk melalui Odessa dibuka kembali. Ini adalah pipa yang dibangun pada tahun 1981, ketika Ukraina masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Jalur ini untuk mengalirkan amonia dari pabrik Togliatti Azot sejauh 500 km sebelah timur Moskow ke Odessa untuk diekspor.
Sebuah ledakan melumpuhkan pipa yang mati pada bulan Juni 2023 lalu. Dan Rusia menuduh Ukraina melakukan sabotase. Jelas tidak mungkin Kyiv akan membuka kembali segala jenis transit produk Rusia apa pun melalui Ukraina.
“Rusia sedang berperang besar-besaran dengan Ukraina dan mereka ingin berdagang melalui negara yang diserangnya. Ini tidak mungkin,” kata Direktur Sekolah Ekonomi Kyiv Tymofiy Mylovanov kepada Al Jazeera 12 Januari 2023.
Mylovanov juga meyakini alasan utama Rusia menyetujui inisiatif gandum ini adalah untuk memperlambat ekspor Ukraina.
Berdasarkan inisiatif tersebut, Rusia berhak melakukan pemeriksaan terhadap kapal-kapal yang membawa biji-bijian. Namun menurut PBB rata-rata pemeriksaan harian turun dari 11 menjadi lima kali pada awal tahun 2023 lalu. Ini menyebabkan ekspor Ukraina turun dari 4,3 juta ton pada bulan Oktober menjadi 1,3 juta ton pada bulan Mei. “Ini hanyalah taktik terbaru dalam perang dagang yang sudah lama terjadi bahkan sebelum perang darat Rusia,” katanya.
Sejak 2012
Putin mulai menerapkan hambatan perdagangan produk pertanian Ukraina mulai dari biji-bijian hingga susu sejak tahun 2012. Mylovanov menyebut Rusia mengenakan tarif tertentu dan mereka akan mengabaikannya secara sewenang-wenang.
Pembangunan Jembatan Kerch juga merupakan bagian dari perang dagang ini. Jembatan itu pada dasarnya menolak akses kapal tanker bervolume tinggi. Ini menjadikan pelabuhan Laut Azov tidak dapat diakses oleh Ukraina pada tahun 2016-2019. Kyiv harus membangun kembali jalur kereta api untuk melewati Odessa. Ini menjadikan para petani di wilayah timur dirugikan oleh hal ini.
- Saham AMRT, PGEO dan JSMR Layak Diburu Usai Sentimen Positif Dalam Negeri Menguat
- XL Axiata (EXCL) Bidik Imbal Hasil 43,5 Persen dari Diversifikasi Bisnis
- Global Mediacom (BMTR) Borong Saham Bank MNC (BABP) Senilai Rp240 Miliar
Tetapi sejauh ini tidak ada satu pun taktik Putin berhasil. Barang-barang Ukraina, terutama pertanian, menjadi semakin kompetitif dengan barang-barang Rusia. Menurut data Bank Dunia, ekspor meningkat dari US$33,5 miliar pada tahun 2016 menjadi US$63,1 miliar pada tahun 2021.
Hingga kemudian invasi besar-besaran mengubah hal itu. Perang yang dilancarkan Putin merugikan perekonomian Ukraina sebesar 29 persen produk domestik bruto (PDB). Dan ekspor barangnya anjlok hingga US$40,1 miliar.
Namun pertanian Ukraina mencoba bangkit kembali. Bahkan mencapai rekor panen sebesar 80 juta ton. Dari jumlah itu 58 juta ton di antaranya adalah biji-bijian. Rusia memanen gandum dua kali lebih banyak yaitu 123 juta ton. Namun perlu diingat luas daratannya 28 kali lebih besar dari Ukraina. Dan jumlah penduduknya lima kali lebih besar. Dengan membandingkan data itu mak kekuatan Ukraina jauh melampaui kekuatan Rusia.
Hal ini penting karena peningkatan ekspor pertanian kini mungkin merupakan harapan terbaik Ukraina untuk melancarkan perang. Kyiv menghadapi defisit anggaran sebesar US$43 miliar pada tahun 2024 ini.
Situasi yang hanya dapat diatasi sebagian oleh bantuan keuangan dan menghadapi rintangan politik di Brussels dan Washington. Kyiv perlu memaksimalkan pendapatan ekspor. Dan Rusia berusaha untuk membuat negara itu kelaparan.
Editor surat kabar Odesa Oleg Suslov kepada Al Jazeera mengatakan Ukraina tidak bisa hanya mengandalkan hibah dan pinjaman internasional. Kyiv harus mendapatkan uang sendiri.
“Rusia juga memahami hal ini. Keinginannya menghancurkan infrastruktur pelabuhan bertujuan untuk mengurangi aliran pendapatan ekspor ke Ukraina,” katanya kepada Al Jazeera. Harapannya ini akan mengganggu stabilitas ekonomi dalam negeri dan menebarkan kepanikan di kalangan masyarakat.
Strategi Jangka Panjang
Strategi jangka panjangnya adalah geopolitik. Mylovanov mengatakan Rusia ingin mengeluarkan Ukraina dari pasar. Sehingga Moskow dapat memperoleh posisi monopoli dan kemudian dapat mempersenjatai atau mempolitisasi Ukraina.
Rusia kemudian mencoba menerapkan embargonya Selain menyerang pelabuhan Laut Hitam Ukraina, Rusia mengirimkan drone dan rudal untuk menghancurkan derek dan silo di pelabuhan Reni, Izmail dan Vylkove di Danubian Ukraina. Selain itu juga merusak truk di penyeberangan feri Orlivka.
Dengan cara ini, Rusia mencoba menunjukkan bahwa mereka tidak setuju dengan pembukaan koridor gandum baru tanpa partisipasinya.
- Israel Bahas Anggaran Perang 2024, Defisit Lebih Tinggi
- Dilengkapi Prangko Berperekat Pertama, Surat Ini Dilelang Rp38 Miliar
- Manusia Cenderung Prioritaskan Orang yang Dicintainya, Ini Alasannya
Menurut perkiraan pemerintah Ukraina, dari Agustus hingga akhir tahun 2023, Rusia menghancurkan seluruh atau sebagian dari sekitar 180 fasilitas infrastruktur pelabuhan. Dan juga 300.000 ton biji-bijian. Yang lebih parah lagi, menurut Suslov, Rusia mulai menebarkan ranjau dari pelabuhan Ukraina hingga Rumania.
Rusia juga mencoba melakukan pemaksaan. Mereka melepaskan tembakan peringatan ke arah Sukru Okan. Sebuah kapal dagang berbendera Palau ketika mencoba mendekati pelabuhan Sulina di Rumania , pada 14 Agustus 2023. Sulina yang merupakan titik bongkar muat utama barang yang mengapung di sungai Danube. Ketika tidak berhasil, pasukan Rusia naik kapal menggunakan helikopter Ka-29.
Ukraina Melawan
Ketika kelangsungan keuangannya dipertaruhkan Ukraina melawan embargo Rusia. Dan ada keberhasilan yang terlihat. Pada 4 Agustus 2023, drone angkatan lautnya menyerang Olenegorsky Gornyak.
Sebuah kapal pendarat kelas Ropucha, tepat di luar pelabuhan Novorossyisk. Daerah yang sebelumnya diyakini merupakan pelabuhan aman. Ini adalah tempat Rusia merelokasi sebagian besar armadanya yang berbasis di Sevastopol setelah Ukraina menenggelamkan kapal utama mereka Moskva di Laut Hitam pada bulan Mei.
Pada 14 Agustus siang Olenegorsky Gornyak mendapat serangan. Malam berikutnya, Ukraina melubangi ruang mesin kapal tanker bahan bakar Rusia di selatan Jembatan Kerch. Karena kedua serangan ini terjadi di lepas pantai Laut Hitam Rusia, keduanya membuktikan klaim Ukraina bahwa mereka dapat menahan Armada Laut Hitam Rusia. Menolak akses Rusia ke perairan teritorialnya dan menyediakan koridor yang aman untuk pengiriman barang hingga mencapai perairan teritorial NATO.
Kapal kontainer Jerman, Joseph Schulte, bersama empat kapal dagang lainnya melakukan perjalanan dengan selamat dari pelabuhan Ukraina ke Istanbul pada 15-17 Agustus. Dan Ukraina memujinya sebagai bukti keberhasilan operasi angkatan laut.
Pada akhir tahun 2023, Ukraina telah mengekspor 15 juta ton barang melalui koridor tersebut. Dua pertiganya adalah produk pertanian. Ini berarti enam bulan sejak perjanjian dengan Rusia gagal. Sebagai perbandingan sepanjang tahun ketika Rusia masih berada dalam kesepakatan laut hitam, ekspor Ukraina mencapai 33 juta ton. Dengan kata lain, keluarnya Rusia dari inisiatif biji-bijian Laut Hitam hampir tidak menimbulkan dampak apa pun.
Rute Baru
Dan Ukraina tidak hanya bergantung pada Laut Hitam saja. Agustus 2023 lalu mereka membuka perbatasan baru ke Rumania di sepanjang Sungai Tisa. Dan masih banyak lagi yang akan menyusul.
Pada bulan Oktober, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumumkan rute ekspor baru melalui kereta api melalui Moldova dan Rumania. Karena wilayah udara NATO kebal terhadap serangan Rusia, Rumania juga menyarankan untuk menurunkan muatan biji-bijian di pelabuhan Braila dan Galati di Danubia. Dan memindahkan ke kapal tongkang yang akan membawanya ke pelabuhan Constanta di Laut Hitam. Di mana biji-bijian tersebut dapat dimuat kembali ke kapal laut.
Otoritas pelabuhan Constanta mengatakan mereka telah mencapai ekspor gandum tertinggi tahun lalu berkat gandum Ukraina.
- Saham AMRT, PGEO dan JSMR Layak Diburu Usai Sentimen Positif Dalam Negeri Menguat
- XL Axiata (EXCL) Bidik Imbal Hasil 43,5 Persen dari Diversifikasi Bisnis
- Global Mediacom (BMTR) Borong Saham Bank MNC (BABP) Senilai Rp240 Miliar
Rusia belum menyerah. Mereka menyerang kapal-kapal dengan rudal untuk menaikkan tarif angkutan. Salah satu serangan terhadap kapal tanker berbendera Liberia pada November 2023 lalu. Serangan menewaskan seorang pelaut dan menaikkan tarif sebesar US$20 per ton dalam semalam. Inggris kemudian datang dan bernegosiasi dengan 14 perusahaan asuransi pelayaran mengenai mekanisme khusus untuk mengurangi asuransi risiko perang.
Tetapi Ukraina juga belum sepenuhnya lepas dari masalah. Konvoi truk mereka ke pelabuhan-pelabuhan Uni Eropa mendapat tentangan dari para petani dan pengemudi truk lokal. Ini karena mereka menghadapi persaingan dari barang dan jasa Ukraina yang lebih murah. Keberhasilan Ukraina dalam mengekspor biji-bijian telah membuat harga dunia anjlok. Ini juga merugikan Ukraina sendiri. Kementerian Pertanian Ukraina mengatakan petani gandum Ukraina mengalami kerugian sebesar US$36 per ton. Dan permulaan musim dingin dapat menyebabkan masalah mekanis dan cuaca terhadap kapasitas ekspor.
Namun meningkatnya pangsa pasar global Ukraina berarti mereka menang melawan perang dagang Rusia. Meskipun ada embargo. Kementerian Pertanian Ukraina mengatakan nilai ekspor keseluruhan tahun lalu meningkat 7 persen dibandingkan tahun 2022 yakni mencapai US$23 miliar, Dan ekspor biji-bijian meningkat dari 37 juta ton menjadi 43 juta ton.
“Ukraina telah menjadi pemain yang kompetitif. Dan jika melihat evolusi pangsa ekspor global, Ukraina dulunya memiliki 1-2 persen. Sekarang berada di lima negara teratas dengan 5, 8, terkadang 13 persen,” kata Mylovanov