Asap membumbung di atas Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas (Reuters/Susana Vera)
Dunia

Perang di Timur Tengah Terus Goyang Bisnis Penerbangan

  • Tercatat sejak akhir Juli 2024 sudah lebih dari 20 maskapai penerbangan membatalkan penerbangan menuju Tel-Aviv. British Airways juga mengumumkan pembatalan penerbangan keluar dan masuk dari Tel-Aviv.
Dunia
Ilyas Maulana Firdaus

Ilyas Maulana Firdaus

Author

JAKARTA — Sepuluh maskapai batalkan penerbangan menuju Israel. Itu setelah kelompok Hizbullah luncurkan roket ke Israel untuk balas dendam kematian Fuad Shukur pada 30 Juli 2024. Maskapai besar seperti Air France dan Dutch Transavia juga membatalkan penerbangan. 

Tercatat sejak akhir Juli 2024 sudah lebih dari 20 maskapai penerbangan membatalkan penerbangan menuju Tel-Aviv. British Airways juga mengumumkan pembatalan penerbangan keluar dan masuk dari Tel-Aviv. 

Perkataan senada dari Wizz Air yang merupakan maskapai penerbangan asal Hungaria, Wizz Air menyatakan pembatalan penerbangan pada laman resmi maskapai tersebut. "Mengingat situasi yang memanas di kawasan tersebut, Wizz Air untuk sementara menangguhkan penerbangan dari dan ke Israel pada 25 Agustus," dikutip pada Senin, 26 Agustus 2024.

Pemimpin kelompok Hizbullah, Sayyid Hassan Nasrullah, mengatakan pembalasan untuk kematian mantan komandan mereka telah sukses dilaksanakan sesuai dengan rencana. Kelompok Hizbullah menyatakan mengincar sebelas titik penyerangan pada lokasi militer, seperti pangkalan Meron, Al-Sahl, Zaatoun, Yarden, Nafah, Zeitin Eim, kamp Kela, UF, Ramot Naftali, Neve Zif, dan Zarura yang semuanya berlokasi di Israel bagian Utara.

Situs Militer Israel jadi Target

Kelompok tersebut mengatakan bahwa serangan roket ditargetkan untuk situs militer Israel seperti pertahanan rudal Iron Dome di daerah Palestina bagian utara, yang berisikan roket dengan jumlah yang besar. 

Kelompok Hizbullah dan Israel sudah bertukar peluru sejak 8 Oktober 2023 hingga hari ini di Garis Biru. Aksi saling tembak antara Hizbullah dan Israel di sepanjang Garis Biru telah menelan banyak korban, yang sebagian besar korban berasal dari Hizbullah Lebanon.

Israel sudah melakukan penyerangan kepada Hizbullah dan menyebutkan serangan tersebut merupakan tindakan preventif, serangan yang dianggap Netanyahu sebagai tindakan preventif itu dinilai telah menggagalkan serangan Hizbullah yang lebih besar. 

Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Sean Savett, mengatakan Amerika akan terus mendukung hak Israel untuk melindungi negaranya dari ancaman, dan terus bekerja untuk kestabilan regional. Kami akan tetap mendukung Israel serta bekerja untuk stabilitas regional,” ujar Sean.

Baca Juga: Di Tengah Tuduhan Pelanggaran HAM Berat, AS Kembali Bantu Senjata Senilai Rp56 Triliun ke Israel

Amerika Serikat juga tidak terlibat dalam penyerangan Israel ke Lebanon pada hari Minggu. Namun Amerika memberikan informasi kepada Israel mengenai penyerangan yang akan dilakukan oleh kelompok Hizbullah melalui informasi intelijen.

Sementara itu ketegangan yang terjadi di Gaza masih berlanjut, serangan udara yang dilakukan pihak Israel pada hari senin memakan lima korban jiwa. Disebutkan tidak ada persetujuan yang terjadi pada rapat perjanjian gencatan senjata di Kairo, meskipun pihak mediator mengatakan pembahasan mengenai gencatan senjata berlangsung dengan konstruktif. 

Beberapa negara mediator seperti Amerika Serikat dan Mesir, akan merencanakan pembahasan mengenai gencatan senjata di lain hari dan tempat. Data terbaru dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB mencatat kerugian Palestina akibat agresi militer terjadi sejak 7 Oktober 2023 hingga 18 Agustus 2024.

Lebih dari separuh rumah di Gaza hancur atau rusak, 80% fasilitas komersial, 85% gedung sekolah, 16 dari 36 rumah sakit berfungsi sebagian, 65% jaringan jalan, serta 65% lahan pertanian mengalami kerusakan dan kehancuran.

 

Tulisan ini kontribusi wartawan magang TrenAsia, Ilyas Maulana Firdaus.