Petani memanen gabah padi di area persawahan kawasan Jonggol, Jawa Barat, Rabu, 15 September 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Dunia

Perang di Ukraina Akan Mengakibatkan Lonjakan Harga Terbesar dalam 50 Tahun Terakhir

  • Bank Dunia memperkirakan bahwa gangguan yang disebabkan oleh konflik di Ukraina akan berpengaruh pada kenaikan harga yang sangat tinggi.
Dunia
Fadel Surur

Fadel Surur

Author

WASHINGTON - Bank Dunia memperkirakan bahwa gangguan yang disebabkan oleh konflik di Ukraina akan berpengaruh pada kenaikan harga yang sangat tinggi. 

Menurut ekonom senior Bank Dunia Peter Nagle, kenaikan harga telah mulai memiliki dampak terhadap ekonomi dan kemanusiaan. 

“Kami sangat khawatir terhadap rumah tangga termiskin karena mereka menghabiskan pendapatan pada makanan dan energi, sehingga mereka sangat rentan terhadap lonjakan harga ini,” kata Peter pada BBC.

Harga energi akan mengalami peningkatan lebih dari 50% yang akan semakin menambah tagihan bagi rumah tangga dan bisnis. 

Bank Dunia memprediksi lonjakan terbesar akan terjadi pada harga gas alam di Eropa dengan kenaikan mencapai dua kali lipat. 

Harga-harga diperkirakan akan turun dalam dua tahun ke depan, meski begitu harga tersebut akan tetap 15% lebih tinggi daripada tahun lalu.

Ini berarti bahwa harga terendah pada April 2020 hingga yang tertinggi pada Maret tahun ini terjadi peningkatan 23 bulan terbesar dalam harga energi sejak tahun 1973. Saat itu, harga minyak mengalami lonjakan akibat ketegangan yang terjadi di Timur Tengah.

Harga minyak juga diperkirakan akan terus meningkat sampai 2024. Rusia yang merupakan produsen sekitar 11% dari minyak dunia dianggap bertanggung jawab atas invasi dengan.dampak negatif yang akan bertahan lama.  

Keadaan ini ditambah dengan proyeksi rata-rata Brent Crude tahun ini sebesar US$100 dan akan menyebabkan inflasi yang meluas. 

Saat ini Rusia menyediakan 40% gas dan 27% minyak pada Uni Eropa. Namun, sanksi yang diterapkan oleh negara-negara di Eropa telah berakibat pada meningkatnya harga secara global. 

Prospek komoditas Bank Dunia juga memperingatkan kenaikan tajam dalam pangan. Indeks harga pangan PBB bahkan sudah menunjukkan bahwa harga sekarang adalah yang tertinggi sejak dimulainya pencatatan 60 tahun lalu. 

Gandum diprediksi akan mengalami peningkatan sebesar 42,7% dan mencapai rekor tertinggi baru dalam dolar. Menurut JP Morgan, Ukraina dan Rusia menyumbang 28,9 dari ekspor gandum global. 

Menurut penelitian Bank of America, gandum adalah salah satu bahan ekspor pertanian yang paling sulit digantikan.

Rusia dan Ukraina juga bertanggung jawab atas 60% pasokan bunga matahari global yang merupakan bahan utama pada makanan olahan, menurut S&P Global.

Kenaikan lainnya akan terjadi pada barley sebesar 33,3%, kedelai sebesar 20%, minyak sebesar 29,8%, dan ayam sebesar 41,8%. 

Harga bahan baku lain seperti pupuk, logam, dan mineral juga diprediksi akan meningkat. Sementara itu, harga kayu, teh, dan beras justru diperkirakan akan mengalamin penurunan.

Kenaikan di berbagai sektor disebabkan oleh penurunan drastis pada ekspor oleh kedua negara yang sedang berkonflik. 

Sementara itu, Peter Nagle menyarankan negara lain untuk membantu mengatasi kekurangan pasokan untuk sementara. Namun, kenaikan yang juga terjadi pada harga pupuk dapat berdampak pada petani dan hasil pertanian.

“Dengan harga yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2022, komoditas secara keseluruhan akan tetap jauh lebih tinggi daripada perkiraan,” bunyi laporan Bank Dunia. 

Menurut laporan itu, prospek pasar komoditas sangat bergantung pada durasi perang di Ukraina dan gangguan yang dihasilkan terhadap rantai pasokan.