Perang Rusia-Ukraina Bikin Harga CPO Naik, Dharma Satya Nusantara (DSNG) Panen Laba Rp467,03 Miliar
- Laba bersih itu melesat 119% secara year on year (yoy) dari perolehan tahun lalu Rp214,15 miliar
Korporasi
JAKARTA – Emiten perkebunan milik Grup Triputra, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), mencatatkan laba bersih semester I-2022 sebesar Rp467,03 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia, Jumat 29 Juli 2022, laba bersih itu melesat 119% secara year on year (yoy) dari perolehan tahun lalu Rp214,15 miliar.
Laba bersih perseroan ditopang oleh kenaikan pendapatan sebanyak 15% yoy menjadi Rp3,78 triliun per 30 Juni 2022 dari periode yang sama tahun lalu sejumlah Rp3,29 triliun.
Dilihat dari kontributornya, segmen kelapa sawit mendominasi pundi-pundi pendapatan DSNG dengan penjualan senilai Rp3 triliun atau 80% dari total perolehan.
Nilai pendapatan dari kelapa sawit naik 11% yoy yang ditopang oleh kenaikan harga crude palm oil (CPO). Sementara dari aspek volume, penjualan CPO turun 24% yoy dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
- Kurs Dolar Hari Ini: Nilai Rupiah Dibuka Menguat di Level Rp14.866 per USD
- Saratoga Raih Dividen Rp1,4 Triliun, NAV Tembus Rp60 Triliun pada Semester I-2022
- Wow! Investasi Grup Astra di GOTO Bikin Laba ASII Meroket hingga Rp18,17 Triliun
- KPK Resmi Tahan Mardani Maming Tersangka Kasus Korupsi Pemberian Izin Usaha Pertambangan di Tanah Bambu
Selain kelapa sawit, pendapatan dari segmen usaha produk kayu pada semester I-2022 tercatat sebesar Rp782 miliar, meningkat 33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan volume penjualan produk engineered flooring sebesar 22% dan kenaikan harga penjualan rata-rata produk panel sebesar 25% seiring pulihnya permintaan dari pasar Jepang sebagai pasar utama produk panel.
Dari sisi operasional, produksi tandan buah segar (TBS) DSNG pada kuartal kedua tahun ini mulai menunjukkan tren recovery, dengan berakhirnya dampak lanjutan 24 bulan El-Nino di Kalimantan Timur pada kuartal pertama 2022 yang lalu.
Hal ini ditandai dengan peningkatan produksi TBS pada kuartal kedua 2022 yang cukup signifikan dibandingkan kuartal I 2022 sebesar 22% secara kuartalan. Di mana produksi TBS pada Juni 2022 telah melampaui pencapaian produksi Juni tahun sebelumnya.
Pada semester I 2022, DSNG memperoleh pencapaian EBITDA sebesar Rp1,2 triliun, naik 47% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dengan EBITDA margin sebesar 31%, naik dari 25% pada semester I tahun lalu.
Hingga akhir semester I tahun ini, aset DSNG tercatat sebesar Rp14,48 triliun. Nilai aset ini naik dari posisi akhir kuartal IV-2021 sebesar Rp13,71 triliun.
Sementara itu, liabilitas perusahaan juga menguat menjadi Rp7,20 triliun pada akhir Juni 2022 dibandingkan dengan 31 Desember 2021 senilai Rp6,68 triliun. Sedangkan ekuitas perseroan juga bertambah menjadi Rp7,28 triliun dari semula Rp7,02 triliun pada akhir tahun lalu.
Faktor Melambungnya Harga CPO
Sebagaimana diketahui, invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan efek domino ke banyak sektor di hampir seluruh dunia. Dalam konteks harga CPO, DSNG justru mendapat ‘berkah’ dari berkurangnya pasokan minyak nabati global akibat perang.
Alhasil, kelangkaan minyak nabati mengerek harga jual CPO di tingkat internasional. Tercatat, Harga CPO DSNG pada semester I naik 40% menjadi Rp11,8 juta per ton, sedangkan harga PKO juga naik 68% menjadi Rp25,6 juta per ton.
Bergejolaknya harga CPO global tak hanya disebablan oleh konflik geopolitik, tetapi juga sempat disumbang oleh kebijakan penutupan keran ekspor. Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo Jokowi resmi menerapkan kebijakan larangan ekspor untuk komoditas minyak sawit mentah atau CPO beserta produk turunannya mulai 28 April 2022.
Hal tersebut dilakukan untuk menstabilkan harga produk minyak goreng yang sempat melonjak tinggi di atas ketentuan HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp14.000 per liter.
Adapun produk yang dilarang untuk diekpor adalah bahan baku minyak goreng beserta turunannya mulai dari CPO, Red Palm Oil (RPO), palm oil mill effluent (POME), refined, bleached, deodorized (RBD) palm olein, hingga produk minyak goreng itu sendiri sebagai produk akhir.
Kebijakan yang diambil Indonesia langsung mendapati reaksi pasar ditandai dengan melonjaknya harga CPO di pasar global, harga CPO global saat itu terbang hingga 9,22% menjadi 6.990 ringgit Malaysia per ton pada (27/4).
Harga tersebut hampir mendekati level harga tertinggi sepanjang masa pada komoditas tersebut yang sebelumnya dicapai pada awal Maret 2022 sebesar 7.268 ringgit Malaysia per ton.