Perang Ukraina Menuju Hari Penentuan, Gelombang Besar Pasukan Rusia Mendekati Kiev
- Perundingan antara Rusia dan Ukraina gagal menyepakati gencatan senjata dari perang yang sudah memasuki hari keenam tersebut.
Nasional
JAKARTA-Perundingan antara Rusia dan Ukraina gagal menyepakati gencatan senjata dari perang yang sudah memasuki hari keenam tersebut. Kini Amerika mengingatkan ada gelombang besar pasukan Rusia yang bergerak untuk masuk ke medan perang.
Pejabat pemerintah Amerika memperingatkan anggota parlemen dalam briefing rahasia pada Senin 28 Februari 2022 bahwa gelombang kedua pasukan Rusia kemungkinan akan mengkonsolidasikan posisi negara itu di Ukraina. Dengan kekuatan baru ini Rusia kemungkinan dapat mengatasi perlawanan Ukraina.
CNN mengutip sumber yang mengetahui tentang brefing tersebut melaporkan para pejabat juga mengatakan Rusia kemungkinan akan mengepung ibu kota Ukraina Kyiv dan meramalkan aka nada perang kota yang buruk.
- Mobiltas Turun, BPS Catat Deflasi Februari 2022 Sebesar 0,02 Persen
- 29 Peserta Lolos Seleksi Tahap III Pemilihan Calon Anggota DK OJK 2022-2027
- Terhubung Langsung LRT, Adhi Commuter Properti (ADCP) Genjot Proyek Hunian di Jatibening dan Bekasi
Dalam brefing tersebut anggota parlemen juga sempat menanyakan tentang kondisi mental Putin. Tetapi sumber tersebut tidak menjelaskan jawaban dari pemerintah.
Senator Chuck Grassley yang menghadiri briefing Senat juga mengkonfirmasi bahwa kondisi mental Putin muncul, tetapi dia menolak untuk menguraikan apa yang dikatakan.
Namun pejabat pemerintahan Biden kini lebih optimistis tentang persatuan yang muncul dari negara-negara Barat, baik dalam hal sanksi maupun senjata yang datang dari negara-negara seperti Jerman .
Gedung Putih juga memantau dengan cermat konvoi militer Rusia yang menurut citra satelit telah mencapai pinggiran Kyiv dan tampaknya panjangnya lebih dari 40 mil.
Beberapa pejabat mengatakan kepada CNN bahwa mereka tidak hanya prihatin dengan ukuran konvoi, tetapi juga dengan meningkatnya kekerasan, korban sipil dan pembunuhan tanpa pandang bulu dalam beberapa hari terakhir.
Para pejabat yang terkejut dengan perlawanan sengit Ukraina ketika Rusia sekarang takut situasinya menjadi "jauh lebih menantang" bagi mereka.
Pergerakan lambat
Pergerakan pasukan besar ini terjadi setelah dalam lima hari perang, Rusia mengalami kelambatan dalam kemajuan pasukannya. Mereka gagal memenuhi rencana untuk merebut Kiev dengan cepat dan mengambil alih kendali pemerintahan.
Lambatnya gerak maju pasukan ini salah satunya karena muncul perlawanan dari rakyat yang cukup sengit. Bahkan produksi Molotov secara besar-besaran terus terjadi di sejumlah kota. Warga dengan berani juga mengadang tank di tengah jalan.
Intelijen Rusia sepertinya gagal mengantisipasi hal tersebut sebelum serangan terjadi. Mereka tidak menduga mendapat perlawanan rakyat. Bahkan di Kharkiv yang sebenarnya didominasi warga dengan bahasa Rusia//
Lambatnya pencapaian Rusia juga karena negara itu gagal membangun superioritas udara di Ukraina. Akibatnya jalur pasokan logistik dari udara menjadi sangat lambat. Sejumlah video yang menunjukkan banyak tank Rusia yang ditinggalkan begitu saja karena kehabisan bahan bakar. Bukti bahwa Rusia juga tidak berhasil menciptakan jalur pasokan yang sangat penting.
- Cara Mudah Menabung Seperti Orang Korea dengan Kalender Saku
- 3 Jalan Tol Unik di Indonesia, Ada yang Bisa Nyanyi
- Anggota Direksi Maybank David Formula Mengundurkan Diri
Belum terbangunnya superiotas udara juga dibuktikan dengan masih bebasnya drone Bayraktar TB2 terbang dan menghancurkan sejumlah senjata Rusia. Terakhir Ukraina merilis serangan drone buatan Turki tersebut ke sebuah kereta bahan bakar yang akan digunakan untuk memasok pasukan.
Serangan pembuka Rusia dengan menggunakan hampir 100 rudal jelajah dan balistik ternyata belum mampu memusnahkan sisstem pertahanan udara Ukraina. Saat ini hampir tidak ada video yang menunjukkan aktivitas jet tempur Rusia yang terbang di sekitar medan perang. Sistem pertahanan udara S-300 milik Ukraina kemungkinan masih aktif.
Yang menarik, sebenarnya dalam kondisi ini perang jet tempur Su-57 akan menjadi vital. Kemampuan silumannya akan bisa diandalkan untuk menyusup tanpa dideteksi radar untuk mencari keberadaan sistem senjata Ukraina dan menghancurkan. Tetapi sepertinya strategi itu juga tidak digunakan. Selama sistem pertahanan udara Ukraina masih aktif, superioritas udara tidak akan bisa dibangun.
Rusia kini berpacu dengan waktu. Karena semakin lama dia gagal menaklukkan Ukraina, maka efeknya akan semakin berat. Sanksi internasional terus diperberat yang sudah secara jelas memukul ekonomi negara tersebut. Nilai rubel telah jatuh hingga 30 persen dan suku bunga bank terpaksa dinaikkan menjadi 20 persen dari semula 9 persen.
Sementara bagi Ukraina ini membawa keuntungan karena menjadikan mereka semakin percaya diri. Selain itu juga bantuan militer semakin banyak diterima dari berbagai negara. Finlandia yang juga merupakan negara netral seperti Swedia pun telah menyatakan akan mengirim bantuan senjata. Terakhir Australia juga akan mengirim rudal antitank ke Ukraina.
Akhirnya, gelombang kedua pasukan Rusia ini mungkin akan menjadi penentu. Apakah Rusia akan benar-benar berhasil, atau harus menelan pil pahit dari medan perang. Ini berarti akan menjadi hari-hari penentuan bagi Ukraina.