Perdana Menteri Australia Anthony Albanese (Reuters/BAGUS INDAHONO)
Dunia

Perbaiki Hubungan Dagang, PM Australia Kunjungi Beijing

  • China menjadi mitra dagang terbesar Negeri Kanguru dengan pembelian makanan dan sumber daya alam Australia. Namun, hubungan memburuk setelah Australia pada 2017 menuduh China ikut campur dalam politiknya.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese mampir ke Kuil Surga Beijing, Senin, 6 November 2023. Kunjungan itu menjadikannya sebagai pemimpin Australia pertama yang mengunjungi China sejak tahun 2016. 

Albanese memang berharap dapat memperbaiki hubungan dagang dengan China. Hal itu setelah ketegangan dalam beberapa tahun terakhir atas masalah-masalah mulai dari kekhawatiran keamanan hingga asal-usul COVID-19 yang memicu pemblokiran China terhadap produk-produk Australia termasuk anggur, barley dan daging sapi.

Albanese dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping pada hari Senin. Itu bakal menjadi pertemuan langsung kedua mereka dalam setahun, dilansir dari Reuters, Senin. 

Di Kuil Surga, Albanese berpose untuk sebuah foto di dekat Dinding Echo yang berbentuk lingkaran, di tempat yang sama di mana mantan perdana menteri Australia, Gough Whitlam, berdiri pada tahun 1973, setahun setelah kedua negara tersebut menjalin hubungan diplomatik.

“Sejak dia mengunjungi Kuil Surga di Beijing, banyak yang telah berubah. Tapi yang konstan adalah keterlibatan antara kedua negara kita tetap penting,” kata Albanese dalam sebuah unggahan di X.

China dan Australia selama beberapa dekade membangun hubungan perdagangan. China sendiri menjadi mitra dagang terbesar Negeri Kanguru dengan pembelian makanan dan sumber daya alam Australia.

Namun, hubungan memburuk setelah Australia pada 2017 menuduh China ikut campur dalam politiknya. Tahun berikutnya, Australia melarang peralatan dari raksasa teknologi China Huawei Technologies Co (HWT.UL) untuk jaringan 5G-nya karena kekhawatiran keamanan nasional.

Seruan Australia pada tahun 2020 untuk penyelidikan internasional tentang asal-usul pandemi COVID, yang muncul di kota Wuhan di China pada akhir 2019, membuat marah Beijing, yang menanggapi dengan memblokir berbagai impor Australia.

Ketika hubungan memburuk, China memperingatkan mahasiswanya agar tidak belajar di Australia, dengan alasan insiden rasis, yang mengancam pasar pendidikan bernilai miliaran dolar.

Tanda-Tanda yang Menjanjikan

Tetapi Albanse mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan hubungan setelah ia menjadi perdana menteri pada Mei tahun lalu dan bertemu Xi di sela-sela KTT G20 di Indonesia pada November.

China segera mulai menurunkan hambatan perdagangan, mengizinkan impor batu bara pada bulan Januari dan mengakhiri tarif gandum pada bulan Agustus. Bulan lalu, Beijing setuju untuk meninjau tarif dumping sebesar 218% untuk anggur Australia. “Saya pikir ada tanda-tanda yang menjanjikan,” kata Albanese.

“Kami telah melihat sejumlah hambatan untuk perdagangan antara kedua negara kami dihilangkan dan peningkatan, peningkatan substansial, dalam perdagangan antara kedua negara kami dalam isu-isu seperti jelai yang sudah dimulai kembali.”

Impor China Januari-September dari Australia meningkat 8,1% dari tahun sebelumnya menjadi US$116,9 miliar, menurut data bea cukai China. Pada tahun 2022, impor anjlok 12,7% menjadi US$142,1 miliar.

Tetapi hambatan tetap ada dengan proyeksi kekuatan Beijing di antara negara-negara kepulauan Pasifik yang mengkhawatirkan Australia, sementara aliansi keamanannya dengan Amerika Serikat dan Inggris di Indo-Pasifik telah memicu kekhawatiran China tentang penahanan.

Dukungan Australia terhadap keputusan PBB yang menolak klaim teritorial China di Laut China Selatan juga membuat marah China, yang mengatakan kepada Australia bahwa masalah tersebut bukan urusannya.

Australia mengatakan Laut China Selatan merupakan jalur penting untuk perdagangannya dengan Jepang dan Korea Selatan. “Apa yang saya katakan adalah kita perlu bekerja sama dengan China di mana kita bisa, tidak setuju di mana kita harus dan terlibat dalam kepentingan nasional kita,” kata Albanese.