Pejalan kaki melintas depan logo BRI di Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Jl Jend Sudirman Jakarta Pusat. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Perbankan

Perbaiki Kualitas Aset di Tengah Pengetatan Likuiditas, BRI Fokus ke Kredit Korporasi Konservatif

  • BBRI telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kualitas asetnya. Bank ini lebih memfokuskan kredit pada segmen korporasi yang lebih konservatif

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) terus menunjukkan ketangguhan di tengah tantangan likuiditas yang ketat. Pada semester pertama tahun 2024 (1H24), BBRI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp29,90 triliun. 

Namun kinerja kuartalan menunjukkan adanya penurunan signifikan, dengan laba bersih yang tercatat sebesar Rp13,91 triliun pada kuartal kedua 2024, turun 12,9% secara kuartalan dibandingkan dengan kuartal pertama yang mencatat laba sebesar Rp15,98 triliun. 

Pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih 

Menurut Leonardo Lijuwardi, Equity Research Analyst NH Korindo Sekuritas, meskipun terjadi penurunan laba, ada sejumlah faktor positif yang patut diperhatikan. 

Salah satunya adalah pertumbuhan Net Interest Income (NII) BBRI yang naik sebesar 6,7% secara tahunan (year-on-year/you) menjadi Rp69,93 triliun pada semester-I 2024. Selain itu, laba operasi sebelum pencadangan atau Pre-Provision Operating Profit (PPOP) juga mengalami peningkatan sebesar 11,7% yoy menjadi Rp57,04 triliun. 

Tantangan dalam Kualitas Aset 

Leonardo mengatakan, dari pengamatannya, ia melihat adanya tantangan yang cukup serius terkait kualitas aset BBRI. 

"Biaya provisi BBRI naik signifikan sebesar 33,8% yoy menjadi Rp18,5 triliun pada 1H24. Meski begitu, biaya provisi mulai menunjukkan pelandaian secara kuartalan, turun 27,3% menjadi Rp7,78 triliun pada kuartal II-2024 dibandingkan Rp10,71 triliun di kuartal I-2024," katanya. 

Kontraksi NIM dan Kebijakan Likuiditas Ketat 

Penurunan laba kuartalan juga dipengaruhi oleh kontraksi Net Interest Margin (NIM) BBRI yang turun sebesar 28 basis poin (Bps) yoy menjadi 7,64% pada 1H24, dibandingkan 7,92% pada 1H23. Menurut Leonardo, kontraksi ini disebabkan oleh kebijakan likuiditas yang ketat, yang berdampak pada peningkatan Cost of Fund (CoF) sehingga menggerus asset yield BBRI. 

Fokus pada Kredit Korporasi yang Konservatif 

Meski demikian, Leonardo menilai bahwa BBRI telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kualitas asetnya. Bank ini lebih memfokuskan kredit pada segmen korporasi yang lebih konservatif, sebuah langkah yang dianggap Leonardo sebagai strategi yang baik dalam menghadapi tantangan likuiditas yang ada. 

"Kami melihat peralihan fokus BBRI ke kredit korporasi yang lebih konservatif serta upaya perbaikan kualitas aset yang terlihat dari pelandaian Cost of Credit (CoC) sebagai langkah awal yang baik untuk pemulihan," tambahnya. 

Prospek Masa Depan BBRI 

Selain itu, Leonardo juga menilai bahwa BRI menunjukkan pertumbuhan aset yang stabil meskipun di tengah tekanan likuiditas. Menurut laporan keuangan yang dirilis, meskipun laba bersih BBRI pada 1H24 sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu (1H23) yang sebesar Rp29,56 triliun, kinerja keuangan di kuartal kedua 2024 tetap menunjukkan penurunan yang perlu menjadi perhatian. 

Di tengah kondisi pasar yang penuh tantangan, BBRI tampaknya tetap fokus pada penguatan fundamental keuangan dan perbaikan kualitas aset. Langkah ini diharapkan dapat memberikan landasan yang lebih kuat bagi bank untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa mendatang. 

Dengan demikian, meskipun menghadapi penurunan laba kuartalan, BBRI terus berupaya memperbaiki kinerjanya melalui fokus pada kualitas aset dan pengelolaan kredit yang lebih hati-hati. Upaya ini diharapkan dapat mengembalikan BBRI ke jalur pertumbuhan yang lebih stabil di masa depan.