<p>Proyek LRT Jabodetabek Lintas Cawang-Dukuh Atas / Dok. PT Adhi Karya (Persero) Tbk.</p>
Korporasi

Perbandingan Debt to Equity Ratio (DER) WIKA, ADHI, dan PTPP

  • Dapat dikatakan WIKA menggunakan lebih banyak utang dibandingkan dengan ekuitasnya untuk membiayai operasional dan investasinya.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Tiga BUMN karya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), dan PT PP Persero Tbk (PTPP), dikabarkan telah memperoleh lampu hijau dari DPR terkait Penyertaan Modal Negara (PMN) anggaran tahun 2025 senilai Rp5,65 triliun. 

Sementara dari lantai bursa pada perdagangan Kamis, 11 Juli 2024, tiga saham BUMN tersebut masih menunjukkan kinerja positif selama tujuh hari perdagangan terakhir. WIKA mencatat lonjakan harga saham terbesar dengan kenaikan 36,30%, diikuti oleh PTPP yang mengalami kenaikan 16,27% dan ADHI naik 10,71%. 

Pertanyaannya, bagaimana nilai Debt to Equity Ratio (DER) dari ketiga BUMN konstruksi tersebut mengingat pada kuartal I-2024 liabilitas-nya masih jumbo? Perhitungan DER dilakukan dengan membagi jumlah liabilitas dengan jumlah ekuitas perusahaan. 

Melansir British Business Bank, DER yang baik biasanya berkisar antara 0,5 hingga 1,5, tergantung pada industri dan kondisi pasar. Perusahaan dengan DER di bawah 1 dianggap memiliki struktur modal yang sehat, karena artinya utangnya lebih rendah daripada ekuitasnya.

Pasalnya, DER ini mengindikasikan seberapa besar perusahaan menggunakan utang untuk membiayai operasional dan investasi dibandingkan dengan ekuitasnya. Semakin tinggi DER, semakin besar penggunaan utang oleh perusahaan. 

WIKA Paling Besar

Biasanya, investor yang menganut prinsip value investing menggunakan DER sebagai salah satu faktor untuk mengevaluasi potensi investasi. Nah, berikut adalah nilai DER untuk ketiga BUMN konstruksi tersebut berdasarkan data kuartal I-2024:

  1. WIKA:
    • Liabilitas: Rp56,4 triliun
    • Ekuitas: Rp8,3 triliun
    • DER = Liabilitas / Ekuitas = 56,4 / 8,3 = 6,7 kali
  2. ADHI:
    • Liabilitas: Rp30,9 triliun
    • Ekuitas: Rp9,23 triliun
    • DER = Liabilitas / Ekuitas = 30,9 / 9,23 = 3,35 kali
  3. PTPP:
    • Liabilitas: Rp41,3 triliun
    • Ekuitas: Rp15,3 triliun
    • DER = Liabilitas / Ekuitas = 41,3 / 15,3 = 2,6 kali

Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa WIKA menggunakan lebih banyak utang dibandingkan dengan ekuitasnya untuk membiayai operasional dan investasinya. Di sisi lain, PTPP menunjukkan struktur keuangan yang lebih konservatif karena menggunakan lebih sedikit utang dibandingkan kedua perusahaan BUMN konstruksi lainnya.

Lampu Hijau DPR

Sebelumnya, Komisi VI DPR memberikan lampu hijau untuk PMN anggara tahun 2025 kepada tiga BUMN konstruksi, yaitu ADHI, PTPP, dan WIKA, dengan total senilai Rp5,65 triliun. 

Keputusan ini dipertimbangkan setelah rapat dengan Menteri BUMN Erick Thohir untuk memonitor penggunaan modal tersebut dari tahun 2020 hingga 2024. Sebanyak 9 fraksi di Komisi VI DPR mendukung usulan PMN ini, berdasarkan kinerja Kementerian BUMN dan perusahaan-perusahaan BUMN dalam beberapa tahun terakhir.

Secara rinci, ADHI akan menerima PMN sebesar Rp2,09 triliun untuk proyek pembangunan tol Jogja-Bawen dan Solo-Jogja. WIKA akan mendapatkan PMN sebesar Rp2 triliun untuk memperbaiki struktur permodalannya. Sedangkan PTPP akan menerima PMN sebesar Rp1,56 triliun untuk menyelesaikan proyek Jogja-Bawen dan Kawasan Industri Terpadu Subang.