Ilustrasi orang di luar bank. (Freepik/pch.vector)
Perbankan

Perbandingan Kinerja Bank Para Konglomerat di Semester I-2024, Siapa Paling Moncer?

  • PT Bank Central Asia Tbk (BCA), yang dimiliki oleh Robert Budi Hartono dan Michael Hartono, mencatat kinerja yang solid dengan peningkatan laba bersih sebesar 11,1% secara tahunan (yoy) menjadi Rp26,9 triliun.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Semester pertama tahun 2024 menjadi periode yang penuh tantangan bagi bank-bank yang dikendalikan oleh para konglomerat besar Indonesia. 

Kinerja keuangan yang beragam tercermin dari laporan laba rugi yang dirilis oleh sembilan bank besar, mulai dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Mayapada Tbk, hingga PT Bank Mega Tbk Beberapa bank berhasil mencatatkan pertumbuhan positif, sementara yang lain justru mengalami penurunan signifikan dalam laba bersih mereka.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA), yang dimiliki oleh Robert Budi Hartono dan Michael Hartono, mencatat kinerja yang solid dengan peningkatan laba bersih sebesar 11,1% secara tahunan (yoy) menjadi Rp26,9 triliun. 

Di sisi lain, PT Bank Mayapada Tbk, milik Dato Sri Tahir, justru mengalami penurunan laba bersih sebesar 52,74% yoy menjadi Rp24,41 miliar. 

Kesenjangan performa ini juga terlihat pada bank-bank lain, seperti PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) yang mencatat penurunan laba bersih sebesar 25,34%, sementara PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) milik James Riady justru mencatat lonjakan laba bersih hingga 105,37% yoy.

Berbagai faktor seperti peningkatan atau penurunan pendapatan bunga bersih, penyaluran kredit, serta rasio kredit bermasalah (NPL) turut memengaruhi kinerja keuangan bank-bank ini. 

Bank yang mampu menjaga kualitas kredit dan meningkatkan efisiensi operasional cenderung mencatatkan kinerja yang lebih baik, seperti terlihat pada BCA dan Bank Nationalnobu. 

Sebaliknya, bank-bank yang menghadapi peningkatan beban bunga atau penurunan pendapatan dari sektor lain, seperti Bank Mega dan Bank Panin, terpaksa harus menerima penurunan laba yang signifikan.

1. PT Bank Central Asia Tbk (BCA/BBCA) – Robert Budi Hartono & Michael Hartono

PT Bank Central Asia Tbk (BCA/BBCA) laba bersih BCA dan entitas anak meningkat 11,1% yoy menjadi Rp26,9 triliun pada semester pertama 2024. 

Pendapatan bunga bersih BCA mencapai Rp39,89 triliun pada semester I-2024 dengan peningkatan 8,11% yoy dari Rp36,9 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan selain bunga naik 12,1% yoy menjadi Rp12,4 triliun. Total pendapatan operasional meningkat 8,9% yoy menjadi Rp52,4 triliun. 

BCA mencatat kenaikan total kredit sebesar 15,5% secara tahunan yoy menjadi Rp850 triliun per Juni 2024. Pertumbuhan kredit ini berada di atas rata-rata industri perbankan nasional. 

Pertumbuhan kredit yang solid diiringi dengan perbaikan kualitas pinjaman BCA. Rasio loan at risk (LAR) tercatat sebesar 6,4% pada semester pertama 2024, turun dari 9% pada periode yang sama tahun lalu. 

Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) berada di angka 2,2%. Rasio pencadangan NPL dan LAR masing-masing berada pada level yang memadai, yaitu sebesar 190,2% dan 71,2%.

Di sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) meningkat 5% yoy menjadi Rp1.125 triliun. Dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi lebih dari 82% dari total DPK, tumbuh 5,8% mencapai Rp915 triliun. 

2. PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) – Dato Sri Tahir

PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA), perusahaan milik konglomerat Dato' Sri Tahir, melaporkan laba bersih sebesar Rp24,41 miliar pada semester I/2024. 

Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 52,74% yoy dibandingkan dengan laba bersih yang tercatat pada periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp51,67 miliar.

Meskipun Bank Mayapada mencatatkan peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 27,54% yoy menjadi Rp1,08 triliun pada Juni 2024, bank ini juga mengalami kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) sebesar Rp17,59 miliar dalam enam bulan pertama tahun ini.

Selain itu, pendapatan berbasis komisi atau fee based income Bank Mayapada juga mengalami penurunan sebesar 12,71% yoy, menjadi Rp5,28 miliar dari Rp6,05 miliar pada tahun sebelumnya. 

Pendapatan lainnya juga mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 65,11% yoy, menjadi Rp46,28 miliar dibandingkan dengan Rp132,65 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Beban operasional Bank Mayapada juga mengalami peningkatan sebesar 34,35% yoy menjadi Rp1,05 triliun dari Rp784,84 miliar pada semester I/2023. 

Akibatnya, laba operasional bank ini menurun sebesar 57,07% yoy, hanya mencapai Rp27,13 miliar dibandingkan dengan Rp63,19 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga mengalami kenaikan menjadi 99,46% per Juni 2024 dari 98,61% pada Juni 2023. 

Di sisi lain, dari segi intermediasi, Bank Mayapada mencatatkan peningkatan penyaluran kredit sebesar 6,09% yoy menjadi Rp106,59 triliun, naik dari Rp100,47 triliun pada tahun sebelumnya. 

Seiring dengan pertumbuhan kredit, total aset bank ini juga meningkat sebesar 8,45% yoy menjadi Rp148,31 triliun dari Rp136,75 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pertumbuhan kredit tersebut diiringi dengan perbaikan NPL Bank Mayapada, yang mana NPL berada di level 3,66%, turun 20 basis poin (bps) dari 3,86% 

Dari sisi pendanaan, Bank Mayapada berhasil menghimpun dana pihak ketiga sebesar Rp122,83 triliun, meningkat 7,76% yoy dari Rp113,99 triliun pada tahun sebelumnya. Dana murah atau CASA juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,7% menjadi Rp16,37 triliun.

3. PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) – Hary Tanoesoedibjo

PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) mencatatkan laba sebesar Rp29,48 miliar pada semester pertama tahun 2024. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 25,34% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana laba mencapai Rp39,49 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2024, pendapatan bunga MNC Bank meningkat 7,75% yoy menjadi Rp680,53 miliar, naik dari Rp631,55 miliar pada tahun sebelumnya. 

Namun, seiring dengan peningkatan pendapatan tersebut, beban bunga bank ini juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 25% yoy menjadi Rp410,24 miliar, dibandingkan sebelumnya yang tercatat Rp326,9 miliar.

Di fungsi intermediasi, Bank MNC menunjukkan penyaluran kredit meningkat tipis sebesar 3%  menjadi Rp10,61 triliun, naik dari Rp10,26 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Namun, peningkatan penyaluran kredit ini diikuti dengan meningkatnya risiko kredit macet. Hal ini terlihat dari rasio cakupan NPL Nett yang menempati level 3,27%, naik drastis dari 2,2% yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, untuk pendanaan, Bank MNC mencatat pertumbuhan 11,95% yoy menjadi Rp13,78 triliun untuk DPK. Perolehan DPK MNC Bank pada semester I-2024 terdiri dari deposito sebesar Rp10,83 triliun, tabungan Rp1,99 triliun, dan giro Rp958 miliar.

4. PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) – James Riady

PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) membukukan lonjakan laba bersih hingga 105,37% , yang mana pada semester I-2024, bank milik James Riady ini mencatat laba bersih sebesar Rp127,74 miliar, melonjak drastis dari Rp62,2 miliar yang tercatat pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Lonjakan laba bersih tersebut didukung oleh pendapatan bunga bersih yang naik 25% yoy dari Rp362,8 miliar menjadi Rp455,12 miliar. Kemudian, jumlah pendapatan operasional lainnya tercatat sebesar Rp133,44 miliar, naik 115% yoy dari Rp62,01 miliar.

Untuk kinerja intermediasi, NOBU menyalurkan kredit sebanyak Rp17,43 triliun dengan kenaikan sebesar 14% yoy dari Rp15,23 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.  Bank Ina

Seiring dengan kenaikan pada penyaluran kreditnya, pada semester I-2024 Perseroan berhasil memulihkan tingkat kredit bermasalah atau NPL dari 0,59% pada semester I-2023 menjadi 0,51% pada akhir paruh pertama tahun ini. 

Pada akhir semester I tahun ini, NOBU menghimpun DPK sebesar Rp21,78 triliun. Angka tersebut melonjak 40% yoy dari Rp15,5 triliun yang tercatat pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

5. PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) – Eka Tjipta Widjaja

PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) berhasil mencatatkan performa keuangan yang mengesankan pada semester I-2024, dengan laba bersih konsolidasian mencapai Rp199,20 miliar. 

Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 41,96% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp140,32 miliar.

Kinerja positif ini didukung oleh peningkatan pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp1,36 triliun pada semester I-2024, naik 3,03% yoy dari Rp1,32 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi intermediasi, Bank Sinarmas menyalurkan kredit dan pembiayaan syariah sebesar Rp16,67 triliun pada semester I-2024, mengalami peningkatan sebesar 5,57% yoy dibandingkan dengan Rp15,79 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu, kualitas kredit Bank Sinarmas juga menunjukkan perbaikan yang signifikan, terbukti dari penurunan rasio NPL gross dari 5,96% menjadi 0,68% per Juni 2024.

Dari sisi pendanaan, Bank Sinarmas berhasil menghimpun DPK sebesar Rp42,23 triliun pada semester I-2024, meningkat 8,56% yoy dari Rp38,90 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

6. PT Bank INA Perdana Tbk (BINA) – Anthony Salim

Pada semester I-2024, PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) melaporkan laba bersih sebesar Rp68,89 miliar, menurun signifikan sebesar 40,26% dibandingkan dengan laba bersih di semester I-2023 yang mencapai Rp115,32 miliar.

Bank milik Anthony Salim ini berhasil mencatat pendapatan bunga sebesar Rp975,71 miliar. Jumlah ini mengalami kenaikan 19,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp814,46 miliar. 

Namun, beban bunga yang harus ditanggung BINA selama enam bulan pertama tahun ini mencapai Rp623,59 miliar, meningkat 37,59% yoy. Akibatnya, pendapatan bunga bersih pada semester I-2024 turun 2,53% menjadi Rp352,11 miliar.

Selain itu, pada paruh pertama 2024, BINA hanya mampu menghasilkan pendapatan operasional lainnya sebesar Rp16,2 miliar, turun 32,16% dari Rp23,88 miliar yang dicapai pada periode yang sama di 2023. 

Di sisi lain, beban operasional lainnya justru meningkat 18,57% yoy menjadi Rp280,39 miliar pada semester I-2024.

Per-30 Juni 2024, Bank Ina mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp12,94 triliun dengan peningkatan tipis 5% yoy dari Rp12,26 triliun.

Kredit Perseroan naik tipis, rasio NPL Gross BINA pun mengalami kenaikan yang signifikan dari 1,84% pada semester I-2023 menjadi 3,65% atau naik hingga 181 basis poin secara tahunan. 

Dari sisi pendanaan, Bank Ina Perdana mencatat DPK sebesar Rp19,34 triliun, naik 4% yoy dari Rp18,49 triliun yang dibukukan pada semester I tahun sebelumnya. 

7. PT Bank Jago Tbk (ARTO) – Jerry Ng

PT Bank Jago Tbk berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp50 miliar pada semester I tahun 2024. Pencapaian ini menunjukkan peningkatan sebesar 23% yoy dibandingkan dengan periode yang sama pada Juni 2023, di mana laba bersih yang diperoleh sebesar Rp41 miliar.

Peningkatan tersebut berhasil dicapai walaupun Bank Jago mencatat penurunan pendapatan bunga dan syariah bersih sebesar 14% yoy dari Rp832,46 miliar menjadi Rp708,07 miliar. 

Pasalnya, seiring dengan penurunan tersebut, beban operasional bersih yang menukik 18% yoy dari Rp787,74 miliar menjadi Rp642,92 miliar. 

Selain membukukan kenaikan laba bersih, Bank Jago juga mencatat pertumbuhan yang signifikan dalam penyaluran kredit. Hingga akhir kuartal II-2024, bank ini telah menyalurkan kredit senilai Rp15,7 triliun, naik 40% dibandingkan dengan Rp11,2 triliun yang disalurkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari sisi penghimpunan dana, Bank Jago berhasil mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp14,8 triliun pada semester I-2024, yang menunjukkan peningkatan sebesar 47% yoy dari Rp10,1 triliun pada semester I-2023.

8. PT Bank Panin Tbk (PNBN) – Mu’min Ali Gunawan

PT Bank Panin Tbk (PNBN) atau Panin Bank mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,36 triliun pada semester I-2024. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 34,93% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana laba bersih tercatat sebesar Rp2,09 triliun.

Penurunan laba bersih ini disebabkan oleh penurunan pendapatan bunga bersih yang mengalami penurunan sebesar 6,48% yoy, dari Rp4,78 triliun pada semester I-2023 menjadi Rp4,47 triliun pada semester I-2024. 

Selain itu, beban bunga Panin Bank juga mengalami kenaikan sebesar 19,84% yoy, dari Rp2,57 triliun pada tahun lalu menjadi Rp3,08 triliun pada periode yang sama tahun ini.

Meskipun demikian, penyaluran kredit Panin Bank mengalami peningkatan. Pada semester I-2024, penyaluran kredit mencapai Rp147,63 triliun, naik 6,24% yoy dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar Rp138,96 triliun.

Namun, kualitas kredit Panin Bank mengalami penurunan, terlihat dari rasio NPL gross yang meningkat dari 3,93% menjadi 4,08% pada Juni 2024.

Dari sisi pendanaan, Panin Bank berhasil mengumpulkan DPK sebesar Rp143,54 triliun, sedikit menurun 0,56% yoy dari Rp144,35 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

9. PT Bank Mega Tbk (MEGA) – Chairul Tanjung

PT Bank Mega Tbk. (MEGA), yang dikendalikan oleh konglomerat Chairul Tanjung, mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 37,67% yoy pada semester I-2024, dengan laba bersih mencapai Rp1,22 triliun. 

Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan laba bersih yang berhasil diraih pada periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp1,97 triliun.

Penurunan laba ini dipicu oleh merosotnya pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 8,08% yoy, menjadi Rp2,69 triliun pada semester I-2024. 

Beban operasional Bank Mega turut mengalami lonjakan, dari Rp495,98 miliar pada Juni 2023 menjadi Rp1,19 triliun pada Juni 2024.

Dalam hal penyaluran kredit, Bank Mega mencatatkan total kredit sebesar Rp64,11 triliun pada semester I-2024, mengalami penurunan 12,25% yoy. 

Dari sisi pendanaan, Bank Mega menghimpun DPK sebesar Rp89,48 triliun pada semester I-2024, turun 6,73% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Peringkat Berdasarkan Pertumbuhan Laba Bersih, DPK, Kredit, dan NPL

1. Pertumbuhan Laba Bersih:

  1. PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU): 105,37%
  2. PT Bank Jago Tbk (ARTO): 23%
  3. PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM): 41,96%
  4. PT Bank Central Asia Tbk (BCA): 11,1%
  5. PT Bank Mega Tbk (MEGA): -37,67%
  6. PT Bank Mayapada Tbk (MAYA): -52,74%
  7. PT Bank INA Perdana Tbk (BINA): -40,26%
  8. PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP): -25,34%
  9. PT Bank Panin Tbk (PNBN): -34,93%

2. Pertumbuhan DPK:

  1. PT Bank Jago Tbk (ARTO): 47%
  2. PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU): 40%
  3. PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM): 8,56%
  4. PT Bank Mayapada Tbk (MAYA): 7,76%
  5. PT Bank INA Perdana Tbk (BINA): 4%
  6. PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP): 11,95%
  7. PT Bank Central Asia Tbk (BCA): 5%
  8. PT Bank Mega Tbk (MEGA): -6,73%
  9. PT Bank Panin Tbk (PNBN): -0,56%

3. Pertumbuhan Kredit:

  1. PT Bank Jago Tbk (ARTO): 40%
  2. PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU): 14%
  3. PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM): 5,57%
  4. PT Bank Mayapada Tbk (MAYA): 6,09%
  5. PT Bank Panin Tbk (PNBN): 6,24%
  6. PT Bank INA Perdana Tbk (BINA): 5%
  7. PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP): 3%
  8. PT Bank Central Asia Tbk (BCA): 15,5%
  9. PT Bank Mega Tbk (MEGA): -12,25%