Perbandingan Mobil Listrik Vs Konvensional (Bagian III): Sejauh Mana Eksistensi EV di RI
- Sejauh ini mobilitas mobil listrik di Indonesia sudah mulai terlihat. Lalu lalang mobil tanpa asap dan suara itu menunjukkan eksistensinya. Lalu bagaimana tren mobilitas mobil listrik saat ini, semakin eksis atau justru tidak ada?
Energi
JAKARTA - Ekosistem electric vehicle (EV) di dalam negeri nampaknya terus menjadi perhatian utama pemerintah. Perkembangan industri kendaraan listrik diharapkan mampu mengurangi penggunaaan bahan bakar fosil dan mempercepat target zero emisi 2060.
Sejauh ini mobilitas mobil listrik di Indonesia sudah mulai terlihat. Lalu lalang mobil tanpa asap dan suara itu menunjukkan eksistensinya. Lalu bagaimana tren mobilitas mobil listrik saat ini, semakin eksis atau justru tidak ada?
Menurut Sekjen Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) Rian Ernest jika dilihat dari perkembangan penjualan mobil listrik, justru meningkat dan ditemukan bahwa adanya pergeseran tren dan minat masyarakat ke mobil listrik ini.
- Terbesar dalam Sejarah, Melihat Rumitnya Pertukaran 24 Tahanan antara AS dan Rusia
- Perbandingan Mobil Listrik Vs Konvensional (Bagian II): Memacu SPKLU untuk Imbangi SPBU
- CFO Club Indonesia Beberkan Tantangan dan Peluang di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
"Jika dilihat di pameran-pameran salah satunya GIIAS keberadaan mobil listrik itu paling banyak pendukungnya dan tren pergeseran dari mobil konvensional ke mobil listrik sudah mulai terjadi dan kami terus optimis," katanya kepada TrenAsia.com pada Jumat, 2 Agustus 2024.
Rian menjelaskan, memang tren pergeseran dan peningkatan penjualan mobil listrik belum mencapai titik yang optimal. Namun seiring dengan perkembangan ekosistem kendaraan listrik yang terus digenjot pemerintah bukan tidak mungkin kendaraan listrik akan turut menguasai jalanan.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) volume penjualan wholesale mobil listrik berbasis baterai atau electric vehicle (EV) di Indonesia mencapai 11,9 ribu unit sepanjang semester I-2024.
Di mana penjualan tertinggi pada semester I-2024 diraih oleh Chery, Wuling, Morris Garage dan Hyundai. Jika dilihat dari sisi merek mobil ada 10 merek yang memperoleh wholesale tertinggi di antaranya Chery Omoda E5 sebanyak 2.642 unit, Wuling Binguo 410 KM DC di angka 2.023 unit, disusul Wuling Cloud 460 KM 1.547 unit, Morris Garage 4 EV Magnify sejumlah 1.186 unit dan Wuling Binguo 333 KM DC di angka 1.124 unit
Lalu ada mobil listrik dari Hyundai Ioniq 5 Signature Extended terjual 606 unit, Wuling Air EV Lite di angka 577 unit, Wuling Binguo 333 KM AC sebanyak 468 unit, dan Wuling Air EV Long Range 365 unit serta Morris Garage ZS EV Magnify terjual 267 unit.
lebih lanjut Rian menjelaskan jika pemerintah harus bersinergi dengan semua pihak termasuk investor untuk menggenjot ekosistem kendaraan listrik terutama Stasiun pengisian kendaraan listrik (SPKLU). Pasalnya sebaran SPKLU saat ini hanya menjangkau perkotaan saja sedang di daerah belum terlalu masif.
Sehingga mobilitas pengguna mobil listrik hanya terbatas kegiatan sehari-hari. Sedangkan untuk lintas kota masih belum terlalu banyak salah satunya karena terbatasny SPKLU. Namun jika dilihat dari sisi tarif, Rian mengatakan pengusaha SPKLU sudah cukup kompetitif tinggal memasifkan di daerah-daerah.
"Jadi memang butuh waktu kok untuk terbiasa. Butuh waktu juga untuk memiliki kepercayaan. Butuh waktu juga untuk bisa melihat manfaat dari sisi ekonomi dan manfaat dari sisi lingkungan,"lanjutnya/
Jumlah SPKLU Vs SPBKLU
Kementerian ESDM melaporkan bahwa per Juni 2024 jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Pengisian Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) mencapai 3.457 unit yang tersebar di seluruh Indonesia.
Koordinator Tarif dan Subsidi Listrik Kementerian ESDM, Ario Panggi Pramono Aji mengatakan, jumlah SPKLU ini bertambah sebanyak 195 dibanding data April lalu yang dilaporkan oleh PT PLN (Persero). Ario berharap kedepannya akan lebih banyak lagi SPKLU dan SPBKLU yang terbangun di Indonesia.
Pembangunan SPKLU ditujukan untuk mengalihkan penggunaan BBM ke penggunaan daya listrik. Pembangunan SPKLU juga bertujuan mendukung penghematan energi dan pengurangan emisi. Dia mengatakan, penggunaan kendaraan listrik bisa menghemat energi 70% dan menurunkan emisi 50%.
Kementerian ESDM melaporkan bahwa dari total pembangunan 1.575 unit SPKLU & Charging Station di 1.126 lokasi ini, Provinsi Jawa Barat menjadi wilayah dengan penambahan terbanyak pada 2024 mencapai 86 unit. Melalui penambahan ini, maka total SPKLU yang ada di Jawa Barat hingga Juni mencapai 324 unit.
Bagian I: Perbandingan Mobil Listrik Vs Konvensional (Bagian I): Dari Biaya Operasional hingga STNK
Bagian II: Perbandingan Mobil Listrik Vs Konvensional (Bagian II): Memacu SPKLU untuk Imbangi SPBU