Sejumlah penumpang pesawat berjalan di area Terminal 2F Internasional Bandara Soekarno Hatta. PT Angkasa Pura II mengoperasikan kembali Terminal 2F untuk kedatangan penumpang internasional guna mengantisipasi penumpukan penumpang setelah sebelumnya hanya Terminal 3 yang digunakan sebagai lokasi ketibaan internasional. Jumat 17 Desember 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Percepat Pemulihan Bisnis, AP II Bakal Manfaatkan Aset Lamanya

  • PT Angkasa Pura II, pengelola 20 bandara di Indonesia, memilih strategi Asset Recycling atau pemanfaatan aset lama guna menghasilkan aset baru guna meningkatkan pendapatan serta mengakselerasi pemulihan bisnis di tengah pandemi COVID-19.

Korporasi

Yosi Winosa

JAKARTA -PT Angkasa Pura II, pengelola 20 bandara di Indonesia, memilih strategi Asset Recycling atau pemanfaatan aset lama. Hal ini guna menghasilkan aset baru untuk meningkatkan pendapatan serta mengakselerasi pemulihan bisnis di tengah pandemi COVID-19. 

President Director AP II Muhammad Awaluddin mengatakan strategi Asset Recycling dijalankan melalui tiga program yakni Asset Optimization program (brown field asset), Asset Acceleration program (asset under construction) dan Asset Utilization program (green field asset) sebagai strategi mempercepat pemulihan bisnis di tengah pandemi.

Program Asset Optimizationmembuat aset eksisting yang sudah menghasilkan pendapatan dapat memiliki nilai tambah untuk meningkatkan pendapatan. Sementara Asset Acceleration membuat aset yang tengah dibangun sudah disiapkan untuk menghasilkan pendapatan sebelum konstruksi 100% selesai. 

"Kemudian, Asset Utilization adalah aset eksisting idle yang akan dikembangkan untuk meraih pendapatan baru,” kata Muhammad Awaluddin dalam website resmi seperti dikutip Sabtu, 5 Maret 2022.

Ditambahkan, pemanfaatan aset dapat dilakukan secara organik dan anorganik. Pemanfaatan aset secara organik melibatkan 5 anak usaha yaitu PT Angkasa Pura Solusi, PT Angkasa Kargo, PT Angkasa Pura Propertindo, PT Angkasa Pura Aviasi, dan PT Gapura Angkasa, serta perusahaan terafiliasi. 

Sementara itu, pemanfaatan aset secara anorganik dilakukan melalui kemitraan bisnis serta kemitraan strategis dengan pihak eksternal (corporate action). 

Selain itu, kemitraan bisnis dan kemitraan strategis yang dilakukan AP II selaku pengelola bandara harus mendatangkan 3E yakni Expansion the traffic (mendatangkan lalu lintas penerbangan), lalu Expertise sharing (adanya transfer knowledge) dan Equity partnership (pemenuhan kebutuhan pendanaan). 

Sementara, manfaat yang didatangkan dari kemitraan strategis antara lain adanya dividend cash, upfront payment, revenue sharing, serta pembangunan aset baru dgn pola BOT. 

“Kerja sama dengan eksternal dapat membuat AP II mereduksi modal kerja dan modal investasi dalam operasional dan pengembangan bandara, serta meningkatkan pendapatan,” tambah Muhammad Awaluddin. 

AP II sendiri telah menggandeng GMR Airport Consortium dalam melakukan kemitraan strategis untuk pengelolaan dan pengembangan Bandara Kualanamu di Deli Serdang, Sumatera Utara. 

Selanjutnya kemitraan strategis antara AP II dengan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau dikenal juga dengan Indonesia Investment Authority (INA) sebagai sovereign wealth fund asal Indonesia. Kemitraan strategisAP II dan INA rencananya akan dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta dan juga kawasan Cargo Village Bandara Soekarno-Hatta.