<p>Kegiatan Ekspor dan Impor/ Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai</p>
Makroekonomi

Perdagangan Sulsel Surplus Rp12,63 Triliun

  • Nilai ekspor setiap bulan Sulsel selalu melebihi nilai impor sehingga menghasilkan surplus perdagangan.

Makroekonomi

Bintang Surya Laksana

MAKASSAR - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) alami surplus US$811,44 juta atau sekitar Rp12,63 triliun (kurs Rp15.570). Hal tersebut setelah pada Januari-September 2023 provinsi beribu kota Makassar ini mencatatkan nilai ekspor mencapai US$1.682,17 juta (Rp26,19 triliun) dan total nilai impor sebesar US$870,73 juta (Rp13,55 triliun).

"Kita punya beberapa komoditi andalan di Sulawesi Selatan seperti nikel. Permintaan ekspor stabil tiap bulan dan begitu juga dengan komoditi lainnya," ujar Kepala BPS Sulawesi Selatan (Sulsel) Aryanto pada Konferensi pers di Makassar, Senin, 6 November 2023 seperti dilansir Antara.

Hingga saat ini, Aryanto mencatatkan Sulsel terus melakukan ekspor komoditas unggulan dan mengimpor barang-barang penting lainnya. Meskipun demikian, Aryanto menyebutkan nilai ekspor setiap bulan Sulsel selalu melebihi nilai impor sehingga menghasilkan surplus perdagangan. 

Komoditas-komoditas utama yang secara rutin diekspor adalah nikel yang berkontribusi sebesar 47,89% dari total ekspor; besi dan baja dengan kontribusi 23,58%; biji-bijian berminyak dengan kontribusi 7,03%; lak, getah, dan damar dengan kontribusi 5,57%; serta ikan dan udang yang berkontribusi 5,20%.

Aryanto menyebutkan nikel menjadi komoditas dengan nilai ekspor tertinggi dari Sulsel dari Januari hingga September 2023 yang mencapai US$937,90 juta (Rp14,60 triliun), diikuti oleh besi dan baja sebesar US$302,60 juta (Rp4,71 triliun), biji-bijian berminyak sebesar US$164,65 juta (Rp2,56 triliun), lak, getah, dan damar sebesar US$60,94 juta (Rp948,86 miliar), serta ikan dan udang mencapai US$55,43 juta (Rp863 miliar).

Komoditas unggulan Sulawesi Selatan tersebut menyumbang total ekspor sebesar US$1.653,67 juta (Rp25,74 triliun), atau sekitar 98,85% dari total neraca perdagangan, sedangkan 1,15% atau US$28,50 juta (Rp443,75 miliar) berasal dari perdagangan lainnya.