Perdana di Dunia! Inggris Setujui Distribusi Vaksin Pfizer BioNTech Minggu Depan
INGGRIS – Inggris menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui vaksin COVID-19 yakni Pfizer / BioNTech untuk digunakan secara luas. Regulator Inggris, MHRA, mengatakan, vaksin bakal diluncurkan minggu depan. Diketahui, Inggris telah memesan 40 juta dosis untuk kebutuhan vaksinasi 20 juta orang. Pada 10 juta dosis di tahap awal, sebanyak 800.000 pertama akan tiba di […]
Nasional & Dunia
INGGRIS – Inggris menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui vaksin COVID-19 yakni Pfizer / BioNTech untuk digunakan secara luas. Regulator Inggris, MHRA, mengatakan, vaksin bakal diluncurkan minggu depan.
Diketahui, Inggris telah memesan 40 juta dosis untuk kebutuhan vaksinasi 20 juta orang.
Pada 10 juta dosis di tahap awal, sebanyak 800.000 pertama akan tiba di Inggris pekan depan. Realisasi vaksinasi ini menyimpulkan bahwa dunia medis dan teknologi berkembang sangat signifikan.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Bagaimana tidak, hanya perlu 10 bulan untuk memberikan legalitas bagi sebuah vaksin. Biasanya, kelahiran sebuah vaksin paling tidak membutuhkan waktu satu dekade.
Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock dalam akun Twitternya berkicau, “Bantuan sedang dalam perjalanan.”
Di sisi lain, Kepala Eksekutif NHS, Sir Simon Stevens, mengatakan sejumlah layanan kesehatan sedang mempersiapkan agenda vaksinasi berskala paling dalam sejarah Inggris. Sekitar 50 rumah sakit bersiaga dan pusat vaksinasi di tempat-tempat publik sedang dibangun.
- Ebay Lepas Unit Bisnisnya di Korea Selatan, Mahar US$3,6 Miliar!
- Tiga Mal Jakarta Berintegrasi Menjadi Mall 4.0
- 13,7 juta UMKM Sudah Bergabung ke Ekosistem Digital
Meski vaksinasi sudah di depan mata, para ahli menegaskan kedisiplinan protokol kesehatan tak boleh kendur. Masyarakat masih harus tetap waspada dan mengikuti aturan untuk menghentikan penyebaran.
Vaksin yang akan digunakan pemerintah Inggris minggu depan adalah jenis baru yang disebut vaksin mRNA. Vaksin ini menggunakan sebagian kecil kode genetik dari COVID-19 untuk mengajari tubuh cara melawan virus dan membangun kekebalan.
Faktanya, vaksin mRNA belum pernah disetujui untuk digunakan pada manusia sebelumnya, meskipun sudah diuji coba dalam uji klinis.
Dalam penggunaannya, vaksin harus disimpan pada suhu sekitar minus 70 derajat celcius, diangkut dalam kotak khusus, dan dikemas dalam es kering. Setelah dikirim, vaksin dapat disimpan hingga lima hari di dalam lemari es.
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Nvidia Tanam Uang Rp1,4 Triliun Demi Bangun Superkomputer
- Facebook Lakukan Pengujian, Oculus VR Bakal Tak Lagi Bebas Iklan
Daftar Prioritas
Jelang vaksinasi, para ahli telah selesai menyusun daftar prioritas vaksinasi sementara. Kelompok prioritas adalah orang-orang dengan risiko tertinggi, seperti penghuni dan staf panti jompo, lansia di atas 80 tahun, pekerja medis, dan pekerja sosial lainnya.
Setelah vaksinasi tahap pertama selesai tahun ini, selanjutnya vaksinasi massal akan menyasar pada setiap orang yang berusia di atas 50 tahun. Selebihnya, semua warga Inggris akan mendapat giliran vaksinasi sesuai dengan ketersediaan dan prioritas kesehatan masing-masing individu.
Sebagai informasi, vaksinasi diberikan dalam dua tahap yang berjarak 21 hari. Di mana dosis kedua berfungsi sebagai penguat.
Selain vaksin Pfizer/ BioNTech, terdapat beberapa vaksin menjanjikan lainnya yang menanti untuk segera disetujui. Salah satunya dari Moderna yang menggunakan pendekatan mRNA yang sama dengan vaksin Pfizer dan menawarkan perlindungan serupa.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- Tandingi Telkomsel dan Indosat, Smartfren Segera Luncurkan Jaringan 5G
- Bangga! 4,8 Ton Produk Tempe Olahan UKM Indonesia Dinikmati Masyarakat Jepang
Untuk vaksin dari Moderna, Inggris telah memesan sebanyak 7 juta dosis yang ditargetkan tiba pada musim semi 2021.
Selain itu, Inggris juga telah memesan 100 juta dosis vaksin buatan Universitas Oxford dan AstraZeneca. Vaksin itu menggunakan virus tidak berbahaya yang diubah agar lebih mirip virus yang menyebabkan COVID-19.
Di negara lain, Rusia telah menggunakan vaksin lain yaitu Sputnik dan militer China telah menyetujui vaksin lain yang dibuat oleh CanSino Biologics. Cara kerja kedua vaksin tersebut mirip dengan vaksin buatan Oxford. (SKO)