Perekonomian ASEAN Diprediksi Tumbuh 4,7 Persen, Lebih Baik dari 2023
- DBS memproyeksikan bahwa sektor ekspor, khususnya dalam bidang elektronik, akan pulih pada tahun 2024. Sementara itu, pemulihan perjalanan internasional dan industri pariwisata diperkirakan akan berlanjut secara moderat seiring dengan membaiknya situasi global terkait pandemi.
Dunia
JAKARTA - Perekonomian ASEAN diprediksi mengalami pemulihan yang kuat dengan pertumbuhan sebesar 4,7% pada tahun 2024, menurut laporan terbaru dari DBS Macro Research.
Hal ini menyusul perlambatan pertumbuhan menjadi 4,2% pada tahun 2023. Pemulihan ekonomi ini dipicu oleh membaiknya siklus elektronik dan pulihnya sektor pariwisata di wilayah tersebut.
Dilansir Antara, 11 Januari 2024, DBS memproyeksikan bahwa sektor ekspor, khususnya dalam bidang elektronik, akan pulih pada tahun 2024. Sementara itu, pemulihan perjalanan internasional dan industri pariwisata diperkirakan akan berlanjut secara moderat seiring dengan membaiknya situasi global terkait pandemi.
Salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kebijakan ekonomi di wilayah ini meliputi penurunan inflasi sepanjang tahun 2023, terutama pada sektor makanan dan bahan bakar.
- Saham ‘Terbakar’ Jadi Rp2 per Unit, BUMN Genggam 14% Saham SBAT
- Daftar Laporan Awal Dana Kampanye, Pengeluaran PSI Mencengangkan
- Respons Pelni Soal Dugaan Korupsi di Perusahaan
DBS mencatat bahwa pengetatan serangkaian kebijakan moneter sebelumnya dianggap sebagai langkah yang membantu menjaga ekspektasi inflasi dan meredakan dampak gangguan pasokan.
Dalam konteks ini, faktor-faktor seperti inflasi domestik, stabilitas keuangan, dan prospek kebijakan global menjadi kunci dalam penentuan kebijakan ekonomi di ASEAN.
Meskipun adanya penurunan inflasi pada tahun 2023, DBS mengingatkan bahwa pentingnya tetap waspada terhadap perkembangan di pasar keuangan global yang dapat mempengaruhi prospek ekonomi regional.
DBS mencatat bahwa proyeksi mengenai dampak tertunda dari pengetatan moneter dapat memberikan dorongan signifikan terhadap perbaikan kondisi ekonomi di Indonesia dan Thailand.
Seiring dengan penahanan tekanan inflasi inti, kedua negara tersebut diharapkan dapat mengembalikan suku bunga riil yang kembali positif pada akhir tahun 2023. Pengetatan moneter ini diyakini akan berperan dalam menjaga ekspektasi inflasi, menciptakan stabilitas keuangan, dan meredakan potensi dampak negatif dari gangguan pasokan.
Indonesia, sebagai salah satu ekonomi terbesar di ASEAN, diperkirakan akan mendapatkan manfaat signifikan dari peningkatan suku bunga riil.
Langkah ini dapat membantu menjaga daya tarik investasi dan mengendalikan risiko inflasi dalam negeri. Sementara itu, Thailand, dengan sektor pariwisata yang penting bagi pertumbuhan ekonomi, dapat mengalami pemulihan yang lebih mantap dengan suku bunga riil yang kembali positif, menciptakan lingkungan yang lebih menguntungkan bagi sektor bisnis dan investasi.
- Menimbang Nasib HMSP, GGRM hingga WIIM Akibat Kenaikan Cukai dan Pajak Ekspor
- Prakiraan Cuaca Besok dan Hari Ini 05 Januari 2024 untuk Wilayah DKI Jakarta
- Profil Anisha Dasuki dan Ariyo Ardi, Moderator Debat Ketiga Capres 2024
Meskipun proyeksi ini memberikan optimisme terhadap pemulihan ekonomi, DBS juga menekankan pentingnya tetap berhati-hati terhadap dinamika global yang dapat memengaruhi implementasi kebijakan ekonomi dan menggoyahkan stabilitas regional.
Sebagai tambahan, DBS menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, stabilitas keuangan, dan kebijakan moneter.
Proyeksi positif untuk tahun 2024 menandakan langkah-langkah yang telah diambil untuk mengatasi tantangan ekonomi, namun tetap diperlukan kewaspadaan terhadap dinamika global yang dapat memengaruhi prospek ekonomi di masa mendatang.