<p>Sumber foto: Instagram @ayotelusuri</p>
Gaya Hidup

Perempuan Bisa Berbuat Banyak Hal di Industri Pariwisata

  • JAKARTA – Bagaimana perempuan bisa terlibat dalam industri pariwisata? Hal ini mengemuka dalam Pekan Raya Pariwisata, #NgobrolBAreng Perempuan Bisa Apa di Industri Pariwisata? yang diselenggarakan Telusuri pada Selasa, 22 September 2020. Sekretaris Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Riwud Mujirahayu, mengatakan perempuan harus mampu mengatur agar pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah berjalan seimbang.  “Saat […]

Gaya Hidup
Gloria Natalia Dolorosa

Gloria Natalia Dolorosa

Author

JAKARTA – Bagaimana perempuan bisa terlibat dalam industri pariwisata? Hal ini mengemuka dalam Pekan Raya Pariwisata, #NgobrolBAreng Perempuan Bisa Apa di Industri Pariwisata? yang diselenggarakan Telusuri pada Selasa, 22 September 2020.

Sekretaris Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Riwud Mujirahayu, mengatakan perempuan harus mampu mengatur agar pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah berjalan seimbang. 

“Saat harus melaksanakan tugas pokok dan fungsi untuk membantu pimpinan dalam mencapai target, kami saling mendukung hingga tugas selesai,” kata Riwud.

Riwud bersama timnya memprioritaskan pegawai dengan anak kecil atau pegawai pascamelahirkan untuk bekerja dari rumah. Langkah tersebut merupakan apresiasi bagi pegawai perempuan. 

Demikian pula dengan perempuan yang dilibatkan dalam pengembangan pariwisata, seperti pemberdayaan pokdarwis di destinasi wisata. 

“Kebanyakan penggerak pariwisata di daerah itu 50% wanita dan 50% pria,” tutur Riwud. 

Berbagai kegiatan diadakan Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf untuk memajukan perempuan dalam industri pariwisata. Sebut saja, pelatihan pemberdayaan masyarakat, pendidikan pariwisata, pelatihan untuk mahasiswa pariwisata, dan pengenalan pariwisata ke kampus. 

Tujuannya, agar pariwisata semakin dikenal di seluruh Indonesia serta menciptakan SDM unggul dan berdaya saing. 

Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf juga menyelenggarakan  acara kepariwisataan. Harapannya, perempuan bisa berperan secara langsung. 

“Perempuan tidak hanya pekerja di balik layar, tetapi juga seorang entrepreneur. Mereka terlibat pula dalam pengambilan keputusan. Semakin banyak pemimpin perempuan yang menduduki posisi penting di industri pariwisata,” ujar Riwud. 

Perempuan dan Ekowisata

Lita Hutapea dari Conservation International Indonesia memaparkan, pariwisata berbasis masyarakat dapat diartikan bahwa masyarakat adalah tuan rumah yang mengetahui sumber dayanya. 

Namun, saat ini pariwisata cenderung dipandang sebagai ancaman ketimbang solusi dari masalah yang terjadi. 

“Banyak sekali turis yang puas ketika menyentuh  hewan. Padahal, itu sangat tidak menyenangkan,” kata Lita. 

Fakta tersebut mendorong Lita untuk melestarikan satwa yang terancam sampah, perdagangan, sampai periklanan. Ia berharap generasi mendatang tetap bisa melihat satwa tersebut. 

Lita mencoba mengimplementasikan community based tourism dengan basis strategi dan rekomendasi yang tepat sasaran. Sebagai contoh, proyek di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh yang bekerja sama dengan Komunitas Adat Talang Mamak. Komunitas tersebut memiliki  pengetahuan mengenai hutan, berikut flora dan fauna. 

Di taman nasional tersebut, Lita dan timnya membuka kegiatan ekowisata. Mereka  memanfaatkan 150 gajah sebagai alat transportasi mengingat medan yang sulit dan perjalanan yang jauh. 

Selain itu, Lita berinisiatif membuat proyek konservasi penyu di Yogyakarta. Ia bergandengan tangan dengan masyarakat, baik pokdarwis maupun pembatik. Lita melihat, perempuan juga punya kesempatan untuk maju. 

Lita berkomitmen mendampingi masyarakat. Ia selalu mendorong perempuan untuk dilibatkan dalam setiap proyek. Sebagai ilustrasi, kaum ibu di Raja Ampat mandiri secara ekonomi dengan membuat VCO, sabun dari kelapa, abon, dan anyaman. Bahkan mereka terlibat dalam patroli laut. 

Lita juga melakukan kajian ekonomi untuk memberikan pengertian kepada mitra bahwa wisata berbasis masyarakat itu betul-betul memberi kontribusi secara ekonomi dan berkelanjutan. 

Lita menilai, pandemi Covid-19 ini sebetulnya tidak mengubah pola bekerja, melainkan menjadi kesempatan untuk belajar dan meningkatkan kapasitas sebagai praktisi di industri pariwisata. 

Perempuan perlu memanfaatkan keterampilan dan peluang yang ada.

“Perempuan di pesisir tidak hanya sebagai IRT, juga bisa menjual ikan agar kehidupan rumah tangga tetap berjalan,” kata Lita.