<p>PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN sebagai subholding gas PT Pertamina Persero) mencatat peningkatan kinerja penjualan sepanjang kuartal I-2021.<br />
Pada periode ini, PGN berhasil membukukan pendapatan sebesar US$733,15 juta atau setara Rp10,3 triliun (asumsi kurs Rp14.147 per dolar Amerika Serikat). / Perseroan</p>
Korporasi

Peringkat Moody&#8217;s PGN Positif, Analis: Bakal Berdampak pada Kinerja PGAS

  • Ditengah kondisi ekonomi yang masih sangat menantang akibat pandemi COVID-19, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dinilai memiliki kekuatan finansial yang tetap kokoh. Hal itu tercermin dari peringkat utang perseroan yang semakin positif.

Korporasi

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Di tengah kondisi ekonomi yang masih sangat menantang akibat pandemi COVID-19, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dinilai memiliki kekuatan finansial yang tetap kokoh. Hal itu tercermin dari peringkat utang perseroan yang semakin positif.

Pada akhir pekan lalu, Moody’s Investors Service merilis peringkat terhadap status emiten berkode saham PGAS ini dengan prospek stabil. Selain itu, peringkat utang senior tanpa jaminan adalah Baa2.

“Konfirmasi tersebut mencerminkan profil keuangan PGAS yang solid dan likuiditas yang kuat, yang seharusnya mampu menyerap dampak dari penurunan permintaan gas akibat pandemi dan penurunan margin distribusi,” kata Vice President and Senior Credit Officer Moody’s Abhishek Tyagi, dalam keterangan resmi, Jumat, 18 Juni 2021.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Marolop Alfred Nainggolan menilai level peringkat Moody’s untuk perseroan yang tetap dipertahankan di level Baa2, menunjukkan bahwa perseroan mampu mempertahankan posisi keuangan dan likuiditas yang baik. Sementara, pandemi telah berdampak sangat berat terhadap ekonomi Indonesia, termasuk pada konsumen gas yang menjadi pasar PGN.

“Pada Juni 2020, Moody’s juga memberikan rating yang sama, Baa2. Artinya PGN mampu menjaga performanya di tengah tekanan ekonomi yang kuat dan realisasi penurunan harga gas menjadi US$6 per mmbtu yang memangkas margin perseroan,” ujar Marolop di Jakarta, Senin, 21 Juni 2021.

Marolop mengatakan harga gas US$6 menjadi salah satu tantangan utama PGN saat ini. Pasalnya, 7 kelompok industri yang mendapat hak istimewa harga dari pemerintah itu mengonsumsi 60-70% dari total penjualan gas PGN. Itu sebabnya, lanjut Marolop, jika program subsidi harga itu tidak optimal, seharusnya pemerintah melakukan evaluasi.

“Dengan program harga US$6 per mmbtu mestinya tujuh sektor itu bisa memberi dampak ekonomi yang lebih besar. Di tengah pandemi saat ini pemerintah butuh lapangan kerja, pajak dan motor pertumbuhan ekonomi dari tujuh sektor penerima subsidi gas itu,” kata Marolop.

Likuiditas Kuat

Abhisek menjelaskan peringkat Baa2 PGN mencerminkan profil kredit standalone (mandiri), dan peningkatan satu tingkat, berdasarkan ekspektasi Moody’s bahwa perusahaan akan menerima dukungan dari Pemerintah Indonesia (Baa2 stabil) dan kemungkinan melalui Pertamina pada saat dibutuhkan.

Moody’s mengatakan, karena serangkaian intervensi pemerintah untuk menurunkan harga gas untuk beberapa industri, termasuk arahan untuk membatasi harga gas pada US$6 per mmbtu, harga gas PGN juga ikut terpangkas.

Ditambah dengan pertumbuhan permintaan gas yang lemah akibat pandemi, Moody’s memperkirakan metrik kredit PGN akan jauh lebih lemah dibandingkan dengan level 2017 – 2019. Namun, metrik tersebut akan tetap berada di atas ambang batas untuk profil kredit mandiri PGN.

Profitabilitas bisnis hulu PGN dinilai Moody’s masih akan melemah karena penurunan volume produksi dan pemotongan belanja modal, yang akan menyebabkan penurunan produksi lebih lanjut dari aset produksinya.

Selama 12 hingga 18 bulan ke depan, arus kas ditahan (RCF)/utang PGN kemungkinan akan 15%-20% dan cakupan bunga sekitar 4,0x-4,5x. Oleh karena itu, PGN memiliki penyangga keuangan untuk mengelola metrik kreditnya dalam ekspektasi peringkat.

Prospek stabil pada peringkat mencerminkan likuiditas PGN yang kuat dan ekspektasi Moody’s bahwa PGN memiliki ruang gerak dalam hal keuangan yang akan mendukung kemampuannya untuk menavigasi melalui kondisi industri yang menantang.

“Moody’s berharap PGN dapat mempertahankan posisinya yang strategis dan penting sebagai perusahaan transmisi dan distribusi gas yang dominan di tanah air, dan perannya dalam mengimplementasikan keputusan kebijakan pemerintah Indonesia,” jelas Abhisek.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, hingga kuartal I-2021, PGN mencatatkan laba bersih sebesar US$61,5 juta atau setara dengan Rp870 miliar.

Angka ini naik dari periode yang sama tahun lalu US$ 47,7 juta. Sementara, pendapatan PGN tercatat sebesar US$733,15 juta dengan EBITDA sebesar US$191,24 juta.

Pada periode tiga bulan pertama tahun ini, rata-rata penjualan gas bumi PGN sebesar 916 BBTUD atau naik sebanyak 7,86% di atas target triwulan I-2021.

Dengan total aset sebesar US$7,52 miliar dan total liabilitas US$4,50 miliar, perseroan mencatat ekuitas sebesar US$3,02 miliar per akhir Maret 2021. Adapun rasio lancar sebesar 1,8 kali. (LRD)