<p>Warga mengakses logo Bukalapak melalui website di Jakarta, Kamis, 24 Juni 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Tekno

Perjalanan Bukalapak: Dari E-commerce Terbesar hingga Beralih ke Produk Virtual

  • Didirikan pada tahun 2010 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhamad Fajrin Rasyid, Bukalapak lahir dengan tujuan mulia: memberdayakan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) melalui platform digital.

Tekno

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA  - Bukalapak, salah satu pionir e-commerce di Indonesia, mengumumkan perubahan besar dalam strateginya. 

Pada Selasa, 7 Januari 2025, melalui blog resmi mereka, Bukalapak menyatakan akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace-nya. Langkah ini merupakan bagian dari transformasi perusahaan untuk lebih memfokuskan diri pada layanan produk virtual. 

Berikut perjalanan panjang Bukalapak sejak didirikan hingga memutuskan langkah besar ini.

Awal Berdiri dan Visi Membantu UKM

Didirikan pada tahun 2010 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhamad Fajrin Rasyid, Bukalapak lahir dengan tujuan mulia: memberdayakan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) melalui platform digital. 

Berawal dari komunitas kecil penggemar sepeda yang sedang menikmati tren sepeda lipat dan fixed-gear, Bukalapak menjadi tempat favorit untuk menjual sepeda dan aksesori terkait. Popularitasnya terus tumbuh, dan pada 2013, Bukalapak mencatat transaksi harian rata-rata sebesar Rp 500 juta, dengan lebih dari 80.000 penjual bergabung di platform ini.

Perkembangan Pesat dan Perubahan Kepemimpinan

Memasuki dekade kedua, Bukalapak mengalami transformasi signifikan, termasuk perubahan kepemimpinan. Pada Januari 2020, Achmad Zaky mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO. Zaky, yang menjadi salah satu wajah utama Bukalapak, menyerahkan kepemimpinan kepada Rachmat Kaimuddin. 

Perubahan ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk memperkuat posisinya dalam industri e-commerce yang semakin kompetitif. Zaky kemudian menjadi penasihat perusahaan sekaligus pemimpin Yayasan Achmad Zaky, di samping berfokus pada dunia modal ventura melalui init-6, perusahaan yang didirikannya bersama Nugroho Herucahyono.

Tidak hanya Zaky, dua pendiri lainnya, Nugroho Herucahyono dan Muhamad Fajrin Rasyid, juga meninggalkan Bukalapak pada 2020. Nugroho, yang sebelumnya menjabat sebagai Chief Technical Officer (CTO), mendirikan init-6 bersama Zaky. Sementara itu, Fajrin bergabung dengan Telkom Indonesia sebagai Direktur Digital Business. Pergantian ini menandai era baru bagi Bukalapak dengan tim kepemimpinan yang dipimpin oleh Rachmat Kaimuddin sebagai CEO.

Bukalapak Melantai di Bursa Efek Indonesia

Pada 27 Juli 2021, Bukalapak mencatatkan sejarah dengan menjadi salah satu perusahaan teknologi Indonesia yang sukses melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Dengan kode emiten BUKA, langkah ini tidak hanya memperkuat posisi Bukalapak sebagai salah satu pemain utama di industri teknologi, tetapi juga menunjukkan komitmen perusahaan untuk terus tumbuh dan berkembang.

Fokus pada Produk Virtual dan Penghentian Penjualan Produk Fisik

Namun, pada awal 2025, Bukalapak mengumumkan keputusan besar untuk menghentikan penjualan produk fisik di marketplace mereka. Keputusan ini dilakukan secara bertahap hingga Februari 2025. Manajemen Bukalapak menjelaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk memprioritaskan layanan produk virtual, seperti pulsa prabayar, paket data, token listrik, dan voucher digital emas.

Dengan fokus pada produk virtual, Bukalapak berharap dapat lebih efisien dalam mengelola bisnisnya dan memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang. Perubahan ini juga mencerminkan adaptasi perusahaan terhadap dinamika pasar yang semakin mengarah pada digitalisasi layanan.

Peran Penting Para Pendiri Bukalapak

Achmad Zaky

Achmad Zaky adalah salah satu pendiri utama Bukalapak yang memiliki pengaruh besar dalam perjalanan perusahaan. Lahir di Sragen pada 1986, Zaky dikenal sebagai sosok yang berprestasi sejak muda. Ia menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Informatika dan aktif dalam berbagai kompetisi teknologi. Setelah mengundurkan diri sebagai CEO Bukalapak pada 2020, Zaky mendirikan init-6 dan tetap menjadi mentor bagi berbagai startup teknologi di Indonesia.

Nugroho Herucahyono

Sebagai Chief Technology Officer (CTO), Nugroho Herucahyono memegang peran penting dalam pengembangan teknologi Bukalapak. Lulusan ITB ini membantu membangun sistem pembayaran yang aman dan terpercaya di platform Bukalapak. Setelah meninggalkan perusahaan pada 2020, Nugroho bersama Zaky mendirikan init-6 untuk berinvestasi di startup-startup potensial.

Muhamad Fajrin Rasyid

Muhamad Fajrin Rasyid dikenal sebagai co-founder yang memiliki latar belakang bisnis yang kuat. Setelah lulus dari ITB dengan predikat Summa Cum Laude, Fajrin bekerja di Boston Consulting Group sebelum bergabung kembali dengan Zaky dan Nugroho untuk mendirikan Bukalapak. Hingga 2020, Fajrin menjabat sebagai Presiden Bukalapak sebelum bergabung dengan Telkom Indonesia.