<p>Ilustrasi tes darah virus corona (COVID-19). / Pixabay</p>

Perjalanan Panjang Vaksin Remdesivir, Obat Corona Seharga Rp43 Juta

  • JAKARTA – Nama vaksin Remdesivir mulai merebak ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan uji klinis vaksin ini ke pasien COVID-19 pada Februari lalu. Awalnya, vaksin Remdesivir digunakan pada infeksi wabah Ebola di Afrika. Antivirus ini dikembangkan oleh Gilead Sciences Inc., sebuah perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat dengan kode pengembangan GS-5734. Mengutip studi National Institute of […]

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Nama vaksin Remdesivir mulai merebak ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan uji klinis vaksin ini ke pasien COVID-19 pada Februari lalu.

Awalnya, vaksin Remdesivir digunakan pada infeksi wabah Ebola di Afrika. Antivirus ini dikembangkan oleh Gilead Sciences Inc., sebuah perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat dengan kode pengembangan GS-5734.

Mengutip studi National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), vaksin Remdesivir terbukti dapat mencegah penyakit pada kera rhesus yang terinfeksi virus corona sindrom Timur tengah atau MERS-CoV.

Menurut penelitian, Vaksin Remdesivir bekerja dengan dua cara, yaitu menjadi pencegah kala diberikan sebelum infeksi terjadi. Kedua, memperbaiki infeksi pada kera yang sudah terjangkit.

Temuan Efek Samping

Perjalanan vaksin Remdesivir nyatanya bergulir panjang, WHO sempat mempublikasikan hasil uji klinis yang menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara pasien yang menggunakan Remdesivir dengan yang tidak.

Bahkan, pemberian Remdesivir sempat dihentikan sementara karena ditemukan 18 pasien mengalami efek samping. Namun, pihak Gilead mengatakan uji klinis hanya melibatkan sedikit orang sehingga tidak dapat tercermin secara statistik.

Sejak itu, pengembangan vaksni Remdesivir terus berlangsung hingga kini. Setelah melalui berbulan-bulan uji klinis, Gilead mengklaim sukses mengembangkan vaksin Remdivisir.

Saat ini pun, Remdesivir merupakan obat yang telah disetujui penggunaannya pada pasien COVID-19 dengan kasus berat. Metode pemberian Remdesivir sejauh ini melalui injeksi di intravena alias melalui suntikan.

Melansir dari The Health Site, Remdesivir telah mampu mengurangi waktu lamanya gejala COVID-19 menjadi 11 hari dari semula 15 hari.

Tahap Baru Vaksin

Setelah berhasil dengan injeksi Remdesivir, Gilead mengakui tengah mengembangkan Remdesivir versi inhalasi alias hirup. Nantinya, Remdesivir akan diujicoba melalui nebulizer atau alat bantu pernapasan.

Pada 22 Juni lalu, Gilead akhirnya mengumumkan prediksi pasokan Remdesivir akan mencapai dua juta pada akhir tahun. Target ini naik dua kali lipat dari prediksi Gilead sebelumnya yang hanya satu juta vaksin.

Teranyar, Gilead telah merilis harga Remdesivir yang akan dijual seharga US$3.120 atau setara dengan Rp43 juta per pasien untuk pengobatan selama enam hari, harga tersebut berlaku di Amerika Serikat.

Untuk pasar di luar Amerika Serikat, Gilead akan menjual Remdivisir seharga Rp5,4 juta per botol ke negara-negara maju. Sedangkan harga Remdesivir dibandrol Rp7,2 juta untuk perusahaan asuransi swasta.