Perkara MCB, Aset PLN Hampir Susut Rp18 Triliun
- Penyebabnya adalah pengelolaan dan pencatatan aset tetap tidak beroperasi (ATTB) miniatur circuit breaker (MCB) yang acak adul.
Industri
JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sempat terancam merugi akibat potensi penyusutan nilai aset (impairment) hingga US$1,2 miliar setara Rp18 triliun belum lama ini. Penyebabnya adalah pengelolaan dan pencatatan aset tetap tidak beroperasi (ATTB) miniatur circuit breaker (MCB) yang acak adul.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, masalah ini bermula dari tidak rapinya pengelolaan MCB di gudang. Di mana antara MCB yang masih berfungsi hingga yang sudah rusak tercampur dalam satu penyimpanan yang sama.
Seharusnya, dipisahkan antara MCB yang masih bergaransi dan berfungsi (first line), MCB yang rusak namun masih bergaransi (second line), MCB yang rusak garansi habis namun masih bisa diperbaiki (third line) serta MCB yang memang sudah rusak dan harus dilelang (fourth line).
- Berseteru Sejak 2012, Bayan Resources (BYAN) Ungkap Perkembangan Kasus Lawan Perusahaan Singapura
- Top! Laba BUMN Sepanjang 2022 Terbang 142 Persen Jadi Rp303,7 Triliun
- Waduh, Benarkah Punya iPhone Harus Dilaporkan Saat SPT Tahunan? Ini Penjelasannya
“Pas kami sidak datang ke salah satu gudang UP3 di Bekasi, itu penempatan aset (MCB) berantarakan sekali. Gak ada pembagiannya yang harusnya first line disimpan di dalam ini tercampur semua,” kenang Darmawan di sela acara Leader Talks Series : Economic Outlook & Everlasting Transformative Leadership, Senin, 13 Februari 2023.
Ditambahkan, penyebab lain adalah belum tersambungnya sistem pencatatan di aplikasi PLN Mobile dan Yantek (layanan teknis) Mobile. Saat terdapat pengaduan, muncul working order (WO). Para tenaga outsource PLN yang kini jumlahnya sekitar 60.000 lah yang akan menindaklanjuti WO tersebut.
“Triggernya itu sistem kita gak tersambung, yang di PLN mobile maupun Yantek itu aplikasinya tidak nyambung, jadi ya udah ilang itu (tidak tercatat),” tambah Darmawan.
Ditambah lagi, sistem pencatatan di guang-gudang UP3 PLN masih menggunakan layanan dari SAP yang tidak tersambung dengan sistem digital perusahaan. Akhirnya perusahaan memutuskan untuk menyambungkan sistem SAP di gudang UP3 dengan PLN Mobile dan Yantek mobile.
Dengan sistem baru ini, sudah ada penghematan biaya hingga Rp4 miliar rupiah hanya dalam waktu 3 bulan terakhir di salah satu UP3 skala kecil.
“Nyambungin antar aplikasinya ini pak, sakit kepala, menggunakan komunikasi data. Tapi yang terpenting memang perubahan mindset orang-orang PLN bahwa MCB ini adalah aset yang tidak boleh hilang begitu saja, kalau masih bisa digunakan ya jangan sampai itu jadi impairment. Itu salah satu contoh transformasi kecil yang ternyata untuk PLN itu sangat berpengaruh,” kata Darmawan.