Perkembangan Inflasi Indonesia Cukup Baik Saat Gejolak Geopolitik Memanas, Rupiah Menguat 29 Poin
- Menurut data perdagangan Bloomberg, Selasa, 27 Juni 2023, nilai kurs rupiah ditutup menguat 28 poin di posisi RpRp14.993 per-dolar AS.
Finansial
JAKARTA - Nilai kurs rupiah menguat 28 poin pada perdagangan hari ini, Selasa, 27 Juni 2023, seiring dengan perkembangan inflasi Indonesia yang diprediksi cukup baik di tengah gejolak geopolitik yang memanas lagi.
Menurut data perdagangan Bloomberg, Selasa, 27 Juni 2023, nilai kurs rupiah ditutup menguat 28 poin di posisi RpRp14.993 per-dolar AS.
Pada perdagangan sebelumnya, Senin, 26 Juni 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 23 poin di level Rp15.022 per-dolar AS.
- Siasat Pemerintah Obati Babak Belur Industri Tekstil
- Sensasi Menikmati Makanan Bertema Kereta di Bogowonto Culinary Center
- Daftar Gaji Pemain Bintang Eropa di Liga Arab Saudi dari Ronaldo Hingga Firmino
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, nilai kurs rupiah menguat pada perdagangan hari ini seiring dengan inflasi di Indonesia yang masih dalam tren menurun.
Sementara itu, konflik Rusia dan Ukraina yang semakin memanas pun memicu kekhawatiran lagi atas perlambatan ekonomi global dan ancaman inflasi.
"Presiden Rusia Vladimir Putin membuat pidator di televisi pada Senin malam (26 Juni 2023), menyatakan bahwa dia sengaja membiarkan pemberontakan jangka pendek akhir pekan oleh kelompok tentara bayaran Wagner," ujar Ibrahim dikutip dari riset harian, Selasa, 27 Juni 2023.
Selain peristiwa di Rusia yang memanas, pergolakan ekoknomi global pun turut dipengaruhi oleh sentimen atas potensi bank sentral, termasuk The Federal Reserve (The Fed), untuk mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lama.
Saat konflik geopolitik memanas lagi, di Indonesia sendiri perkembangan inflasi bisa dibilang cukup baik karena penurunan yang terus terjadi, bahkan Indonesia diproyeksikan mampu menjaga tingkat inflasi di kisaran 2%-4% seperti yang ditargetkan Bank Indonesia (BI).
Bank Dunia memperkirakan inflasi di Indonesia akan terus mengalami penurunan. Pada Mei 2023, tingkat inflasi mencapai 4% secara year-on-year (yoy) dan termasuk ke level yang terendah sejak September 2022.
Bank Dunia pun menyebutkan bahwa inflasi Indonesia sudah kembali ke target BI untuk pertama kalinya sejak Juni 2022, dan tingkatnya diperkirakan akan terus menyusut ke kisaran 3,6% yoy pada akhir tahun ini.
Menurut Ibrahim, pencapaian inflasi di Indonesia yang cukup baik ini pun menjadi indikasi bahwa perlambatan ekonomi global tidak terlalu berdampak terhadap perekonomian nasional.
"Dampak perlambatan ekonomi global tidak terlalu berdampak terhadap perekonomian Indonesia sehingga mata uang rupiah masih sesuai dengan fundamentalnya," kata Ibrahim.
Menurut Ibrahim, untuk perdagangan Senin depan, 3 Juli 2023, nilai kurs rupiah berpotensi menguat di rentang Rp14.970-Rp15.030 per-dolar AS.
- Integrasi GoTo Bantu Mitra Pertahankan Pendapatan Saat Kegiatan Offline Kembali Pulih
- Rugi Rp1,3 Triliun, Anak Usaha BUMN Ini Terancam Pailit Lagi
- BUMN Ini Untung Rp18 Triliun, Tapi Subsidi Pemerintah Juga Naik Hampir Rp11 T
Sebelumnya, analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, rupiah berpotensi menguat pada perdagangan hari ini seiring dengan penguatan penguatan mayoritas mata uang regional pagi ini.
Menurut Ariston, isu perlambatan ekonomi di kawasan Eropa dan negara maju mendorong pelaku pasar untuk masuk ke negara emerging market karena pertumbuhannya yang masih lebih baik.
"Isu perlambatan ekonomi di kawasan Eropa dan negara maju mendorong pelaku pasar masuk ke negara emerging market yang pertumbuhannya masih relatif lebih bagus dengan tingkat inflasi stabil," kata Ariston kepada TrenAsia, Selasa, 27 Juni 2023.
Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa terhambat karena resesi manufaktur dan sektor jasa yang semakin menekan.
Laporan Flash Composite Purchasing Manager Index (PMI) yang dirilis oleh Hamburg Commercial Bank (HCOB) dan S&P Global untuk 20 negara di kawasan Euro, turun ke level terendah dalam llima bulan terakhir, yakni di posisi 50,3 pada bulan Juni 2023.
Angka tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian di kawasan Uni Eropa bergerak stagnan dan pemulihan yang terhambat.