<p>Karyawan menghitung mata uang Rupiah di salah satu tempat penukaran uang atau Money Changer di kawasan Melawai, Jakarta, Senin, 9 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Nasional

Perlambatan Ekonomi dan Anjloknya Komoditas Berisiko terhadap Penerimaan Negara

  • Perlambatan ekonomi domestik dan global serta penurunan harga komoditas berisiko memberikan dampak negatif kepada penerimaan negara tahun ini.
Nasional
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Perlambatan ekonomi domestik dan global serta penurunan harga komoditas berisiko memberikan dampak negatif kepada penerimaan negara tahun ini. 

Hal itu seperti disampaikan oleh Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto. Namun, dirinya tetap optimistis target defisit tahun ini sebesar Rp598,2 triliun atau 2,8% dari PDB akan tercapai.

“Pandangan ini berdasarkan keseimbangan fiskal yang kuat selama tiga bulan pertama tahun ini,” ujarnya melalui riset yang diterima Kamis, 27 April 2023.

Sebelumnya, kondisi fiskal Indonesia mencatatkan surplus yang cukup impresif, mencapai Rp128,5 triliun atau 0,6% dari PDB kuartal I-2023. Angka tersebut meroket lebih dari sepuluh kali lipat dari periode yang sama tahun lalu dengan torehan Rp11,1 triliun atau hanya 0,06% dari PDB.

“Realisasi fiskal yang sangat baik dipengaruhi oleh pendapatan yang cukup tinggi dengan pengeluaran yang terkendali. Pertumbuhan pendapatan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran,” terang Rullu.

Pada sisi penerimaan, pemerintah mencatat total pendapatan dan hibah sebesar Rp647,2 triliun atau 26,3% dari target sepanjang 2023 dan naik sekitar 29% year-on-year (yoy). Sedangkan untuk pengeluaran, pemerintah telah menghabiskan total Rp518,7 triliun atau 16,9% dari target tahun ini, tumbuh hanya sebesar 5,7% yoy. 

Dari sisi pembiayaan, realisasi per triwulan pertama tahun ini mencapai Rp224,8 triliun atau 32,3% dari target tahun 2023. “Kondisi ini karena pemerintah mempertahankan strategi front-loading untuk mengantisipasi ketidakpastian global.”