<p>Karyawan menghitung mata uang Rupiah di salah satu tempat penukaran uang atau Money Changer di kawasan Melawai, Jakarta, Senin, 9 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Finansial

Perlambatan Ekonomi di Kawasan Negara Maju Tingkatkan Selera Emerging Market, Rupiah Berpotensi Menguat

  • Menurut data perdagangan Bloomberg, nilai kurs rupiah pada perdagangan hari ini dibuka menguat 27 poin di posisi Rp14.995 per-dolar Amerika Serikat (AS).
Finansial
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Perlambatan ekonomi di kawasan negara maju meningkatkan selera di pasar negara berkembang atau emerging market sehingga nilai kurs rupiah berpotensi menguat pada perdagangan hari ini, Selasa, 27 Juni 2023.

Menurut data perdagangan Bloomberg, nilai kurs rupiah pada perdagangan hari ini dibuka menguat 27 poin di posisi Rp14.995 per-dolar Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan sebelumya, Senin, 26 Juni 2023, nilai kurs rupiah ditutup ditutup melemah 23 poin di level Rp15.022 per-dolar AS.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, rupiah berpotensi menguat pada perdagangan hari ini seiring dengan penguatan penguatan mayoritas mata uang regional pagi ini.

Menurut Ariston, isu perlambatan ekonomi di kawasan Eropa dan negara maju mendorong pelaku pasar untuk masuk ke negara emerging market karena pertumbuhannya yang masih lebih baik.

"Isu perlambatan ekonomi di kawasan Eropa dan negara maju mendorong pelaku pasar masuk ke negara emerging market yang pertumbuhannya masih relatif lebih bagus dengan tingkat inflasi stabil," kata Ariston kepada TrenAsia, Selasa, 27 Juni 2023.

Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa terhambat karena resesi manufaktur dan sektor jasa yang semakin menekan.

Laporan Flash Composite Purchasing Manager Index (PMI) yang dirilis oleh Hamburg Commercial Bank (HCOB) dan S&P Global  untuk 20 negara di kawasan Euro, turun ke level terendah dalam llima bulan terakhir, yakni di posisi 50,3 pada bulan Juni 2023.

Angka tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian di kawasan Uni Eropa bergerak stagnan dan pemulihan yang terhambat.

Di sisi lain, ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS alias The Federal Reserve (The Fed) masih menjadi variabel yang menahan penguatan kurs rupiah.

Menurut data CME FedWatchTool yang diakses hari ini, Selasa, 27 Juni 2023, 75,6% pelaku pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%-5,5% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Juli 2023.

Sementara itu, 24,4% pelaku pasar lainnya memprediksi bank sentral akan menahan suku bunga di level 5%-5,25% seperti yang ditetapkan pada pertemuan FOMC Juni 2023.

Kebijakan moneter yang agresif di negara-negara maju lainnya pun dapat menimbulkan kekhawatiran pada pelaku pasar sehingga aset-aset yang bersifat safe haven masih berpotensi menarik minat yang tinggi.

Ariston memprediksi, untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah berpotensi menguat ke arah Rp14.950 per-dolar AS dengan potensi resistance di kisaran Rp15.030 per-dolar AS.