Sejumlah petugas tengah melakukan pengisian tabung oksigen medis di komplek Puspem Kota Tangerang, Kamis 15 Juli 2021.
Nasional

Perlu Akses Keberlanjutan Oksigen Medis di Indonesia

  • Kementerian Kesehatan pada 2021 memaparkan kapasitas produksi oksigen di Indonesia per tahunnya mencapai 866.000 ton dengan utilisasi produksi 638.900 ribu per tahun. Sebanyak 75% di antaranya digunakan untuk industri dan hanya 25% yang dipakai medis.
Nasional
Rizanatul Fitri

Rizanatul Fitri

Author

JAKARTA - Merebaknya COVID-19 varian Delta pada tahun 2021 menyebabkan terjadinya lonjakan pasien yang dirawat di rumah sakit. Pasokan oksigen medis pun sulit mencukupi karena butuh oksigen hingga 2.000 ton per hari. 

Belajar dari kasus tersebut, perlu adanya pembenahan dalam manajemen oksigen Indonesia, mulai dari industri, perencanaan, hingga pelayanan. Hal itu agar ke depan Indonesia lebih siap menghadapi pandemi atau fenomena bencana non alam lain. 

Kementerian Kesehatan pada 2021 memaparkan kapasitas produksi oksigen di Indonesia per tahunnya mencapai 866.000 ton dengan utilisasi produksi 638.900 ribu per tahun. Sebanyak 75% di antaranya digunakan untuk industri dan hanya 25% yang dipakai medis. Melalui konversi ini, jumlah oksigen yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan nasional mencapai 575.000 ton.

Karena kelangkaan oksigen yang terjadi pada 2021, muncul gagasan dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) pada 2022 yang didukung Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes dan Satgas COVID-19 untuk memperkuat akses keberlanjutan oksigen medis di Indonesia. 

MDMC kemudian mengemas idenya ini menjadi sebuah program yang dikenal sebagai Program “Sustainable Access to Medical Oxygen” atau disingkat dengan program SAM O2. Asisten Deputi Kedaruratan dan Manajemen Pasca Bencana Kemenko PMK Nelwan Harahap menyampaikan rencana aksi penguatan akses oksigen medis di Indonesia.

Nelwan mengatakan pemerintah perlu mengambil tindakan yang lebih antisipatif dan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi outbreak di masa yang akan datang salah satunya dengan menjamin akses oksigen medis yang berkelanjutan, berkemajuan, baik dari segi kualitas hingga keterjangkauan. 

Menurutnya, diperlukan juga penguatan regulasi, sistem, dan rencana kesiapsiagaan untuk meningkatkan, mengelola, dan mempertahankan suplai logistik kesehatan yang berkaitan dengan pasokan oksigen medis. 

“Ke depan, kita bisa berdiskusi dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian dan Pusat Krisis Kesehatan, untuk mendorong oksigen medis sebagai bahan pokok penting,” ujarnya dikutip dari laman Kemenko PMK, Jumat 4 Agustus 2023. 

Dengan demikian, Nelwan mengatakan ada garansi bagi pelaku-pelaku kemanusiaan, pelaku-pelaku kesehatan dan pasien untuk mendapatkan oksigen medis secara mudah dan cepat.

Fenomena El Nino

Dari kajian-kajian yang telah dilakukan, tercapai sejumlah output berupa Peta Jalur Akses Oksigen berkelanjutan dan Pedoman Rantai Pasok Oksigen, kesadaran komponen pemerintah, lembaga masyarakat dan dunia usaha yang bergerak di bidang kesehatan dan industri akan pentingnya oksigen medis di fase darurat bencana.

Untuk menjalankan output tersebut, dibutuhkan komitmen bersama berbagai pihak dalam mengimplementasikan Peta Jalur Akses Oksigen berkelanjutan dan Pedoman Rantai Pasok Oksigen.

Nelwan mengatakan kebutuhan oksigen relevan dengan kondisi Indonesia saat ini yang dilanda fenomena El Nino. Menurut Nelwan, Indonesia memiliki 10 wilayah potensial dengan ancaman kebakaran hutan cukup besar.  “Kita harus antisipasi jika terjadi kebakaran hutan dan lahan, karena akan terjadi bencana asap. Oksigen menjadi salah satu hal yang perlu disiapkan saat ini," ujarnya. 

Lebih lanjut, Nelwan mendorong Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perindustrian agar menjadikan peta jalan dan rantai pasok oksigen medis di masa darurat sebagai salah satu dokumen pedoman dalam penanganan kondisi darurat. Dirinya juga meminta Kementerian Kesehatan membantu mensosialisasikan hasil Program SAM O2 ke rumah sakit dan fasilitas kesehatan di daerah.