Perluas Portofolio di Industri Digital, Saratoga (SRTG) Investasi Langsung di SIRCLO
- SIRCLO telah mendapatkan pendanaan senilai US$36 juta atau sekitar Rp515 miliar dari investor yang dipimpin East Ventures (Growth Fund) dan Saratoga, dengan partisipasi sejumlah investor lokal.
Korporasi
JAKARTA – Gelombang investasi ke sektor industri digital Indonesia terus menguat. Terbaru, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) disebut sebagai salah satu investor yang tergabung dalam pendanaan lanjutan di SIRCLO, start up solusi e-commerce di Tanah Air.
Dalam pengumumannya, SIRCLO menyampaikan bahwa perusahaan telah mendapatkan pendanaan senilai US$36 juta atau sekitar Rp515 miliar dari investor yang dipimpin East Ventures (Growth Fund) dan Saratoga, dengan partisipasi sejumlah investor lokal.
Direktur Investasi Saratoga, Devin Wirawan mengakui bahwa perseroan terlibat dalam pendanaan kepada SIRCLO. Keputusan investasi langsung ke SIRCLO telah dilakukan secara matang dengan memperhitungan potensi dan nilai dari perusahaan investasi ini ke depan.
“Ide besar yang bisa diwujudkan SIRCLO dengan membentuk perusahaan solusi e-commerce membuktikan bahwa peluang bisnis di era digital ini menjadi sangat luas dan Saratoga akan terlibat lebih aktif didalamnya,” jelas Devin di Jakarta, Rabu, 15 September 2021.
- BSI Yakin Aturan Rasio Kredit UMKM Kian Cerahkan Ekonomi Umat
- Perusahaan Asal British Virgin Islands Borong Saham Energi Mega Persada Milik Grup Bakrie
- Imbas Larangan Haji dan Umroh, Pendapatan Treasury Bank Syariah Indonesia Anjlok 68 Persen
Dengan pengalaman investasi lebih dari dua dekade, Saratoga optimistis keterlibatan langsung di dalam pengembangan SIRCLO akan mendukung start up teknologi ini untuk dapat mengoptimalkan peluang pertumbuhan bisnis yang ada.
Harapannya, SIRCLO dapat menjadi perusahaan yang semakin bernilai, baik secara bisnis maupun kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia. Strategi ini dinilai akan lebih menjamin keberlangsungan bisnis SIRCLO dalam jangka panjang.
"Sebagai wujud investasi aktif kami, Saratoga akan ikut membantu proses pengembangan bisnis perusahaan portofolio ini ke depan. Dengan strategi yang terukur, disiplin dan konsisten, kami optimis SIRCLO akan mencapai target bisnisnya dengan lebih baik,” kata Devin.
Sebelumnya, Saratoga juga telah berinvestasi di PT Julo Teknologi Finansial (Julo), sebuah fintech peer-to-peer (P2P) lending. Perusahaan yang telah memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) itu mengimplementasikan teknologi big data dan machine learning dalam proses pemberian kredit.
Devin menyatakan, investasi di industri digital ini merupakan bagian dari komitmen perseroan untuk terlibat aktif dalam mendukung penguatan ekonomi Indonesia. Termasuk melalui optimalisasi penggunaan teknologi digital dalam memperkuat sektor usaha mikro, kecil, dan menegah (UMKM).
“Jutaan UMKM yang ada di Indonesia merupakan kekuatan ekonomi yang harus terus dikembangkan untuk mendorong pemerataan ekonomi di berbagai wilayah di Indonesia," imbuhnya.
Founder dan CEO SIRCLO Brian Marshal mengatakan, suntikan dana dari para investor, termasuk Saratoga akan dioptimalkan untuk mengembangkan infrastruktur teknologi dan memperluas layanan bagi pelaku bisnis, baik dari kategori entrepreneur maupun enterprise.
Kolaborasi yang dijalankan ini diharapkan dapat memperkuat pertumbuhan SIRCLO ke depan. Dengan begitu, kontribusi yang diberikan untuk dalam mendukung perekonomian Indonesia akan semakin besar.
“Kami berterima kasih atas dukungan Saratoga yang telah berpartisipasi pada pendanaan ini. Dengan kompetensi dan pengalaman manajemen yang sudah terbukti di bidangnya, kami yakin Saratoga akan menjadi rekan strategis dalam perkuatan fundamental bisnis SIRCLO dan bersama-sama mendorong start up ini masuk ke tahap selanjutnya. Di sisi lain, kami optimis langkah yang diambil akan membawa dampak positif yang berkelanjutan terhadap klien dan pengguna solusi kami,” tutur Brian.
Industri e-commerce di Indonesia telah meningkat dengan pesat sejak pandemi COVID-19. Hampir setengah dari populasi di dalam negeri menggunakan teknologi digital untuk kebutuhan sehari-hari, menjadikan industri ini memiliki potensi tinggi untuk terus bertumbuh.
Bank Indonesia (BI) memproyeksi nilai transaksi e-commerce mencapai Rp395 triliun pada 2021. Sementara, konsultan manajemen McKinsey & Company memproyeksikan pasar e-commerce Indonesia tahun 2022 akan tumbuh menjadi US$55 miliar – US$65 miliar atau setara Rp808 triliun – Rp955 triliun.