Ilustrasi produksi minyak mentah
Pasar Modal

Permintaan Bahan Bakar dari China Berpotensi Meningkat, Harga Minyak Dunia Berpeluang Menguat

  • Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, harga minyak secara luas terpantau stabil pada perdagangan Rabu, 11 Januari 2023.

Pasar Modal

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Harga minyak dunia berpeluang menguat pada perdagangan hari ini karena tumbuhnya potensi peningkatan permintaan bahan bakar dari China.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, harga minyak secara luas terpantau stabil pada perdagangan Rabu, 11 Januari 2023.

Menurut Ariston, hal itu disebabkan oleh adanya benturan antara sentimen yang berasal dari Amerika Serikat (AS) dan China.

Di AS, persediaan minyak mentah dan bahan bakar secara tidak terduga telah melonjak sebanyak 14,9 juta barel menurut catatan 6 Januari 2023.

Selain itu, kekhawatiran akan resesi pun masih memicu spekulasi terjadinya penurunan permintaan bahan bakar sehingga mendorong penurunan harga minyak.

Namun, di sisi lain, harapan akan meningkatnya permintaan minyak kembali tumbuh setelah China mengurangi pembatasan COVID-19 dan meningkatkan kuota impor minyak mentah sebanyak 20%.

Ditambah lagi, China yang menjadi negara konsumen minyak terbesar kedua setelah AS pun telah melaporkan kenaikan inflasi pada periode Desember 2022 yang mengindikasikan bahwa permintaan di negeri Tirai Bambu sudah kembali meningkat pascapembatasan aktivitas akibat kasus COVID-19.

"Harga tidak melonjak, tetapi mendapat dukungan dari harapan pertumbuhan permintaan bahan bakar di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia setelah AS," ujar Ibrahim dikutip dari riset harian, Kamis, 12 Januari 2023.

Pada perdagangan Rabu, 11 Januari 2023 pukul 20.00 WIB, harga minyak dunia diperdagangkan di posisi US$75,61 atau setara dengan Rp1,17 juta dalam asumsi kurs Rp15.500 per-dolar AS.  

Kemudian, untuk perdagangan hari ini, Kamis, 12 Januari 2023, Ibrahim memperkirakan harga minyak dunia menguat di rentang US$73,55 (Rp1,14 juta) - US$77,9 (Rp1,2 juta) perbarel.