Permintaan Batu Bara China dan India Meningkat, Apa Dampaknya bagi Emiten Emas Hitam RI?
- Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan bahwa Indonesia mendapat keuntungan dari persoalan diplomatik yang terjadi antara China dan Australia.
Pasar Modal
JAKARTA – China dan India menunjukkan permintaan batu bara yang meningkat. Hal ini dipercaya memberikan dampak positif bagi sejumlah emiten tambang batu bara nasional.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan bahwa Indonesia mendapat keuntungan dari persoalan diplomatik yang terjadi antara China dan Australia.
“Indonesia berpeluang besar menjadi salah satu negara pengganti Australia sebagai pengekspor batu bara ke China, ditambah dengan porsi ekspor yang sudah ada saat ini,” ujarnya kepada TrenAsia.com, Senin, 16 Januari 2023.
- Daftar Perusahaan Alutsista Terbesar di Dunia
- Rekomendasi 5 Series Netflix Terpopuler Selama Januari di Indonesia
- Daftar Emiten yang Berekspansi ke Kendaraan Listrik
Di sisi lain, lanjut dia, China sudah tidak menerapkan pengetatan mobilasasi masyarakat, sehingga berpotensi mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Kondisi tersebut membuat kebutuhan energi dalam hal ini batu bara untuk mensuplai pembangkit listrik mengalami peningkatan.
Menurutnya, situasi ini juga terjadi di India. Di mana kedua negara tercatat sebagai negara dengan stabilitas pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat dan tingkat resesi rendah. Kedua negara ini memiliki tingkat resiliansi tinggi dalam menghadapi resesi.
“Kedua negara ini juga tercatat sebagai negara yang tingkat resesinya rendah. Wajar saja demand batu bara dari kedua negara tersebut masih akan terus melonjak,” imbuhnya.
- Penduduk Miskin RI Naik Jadi 26,36 Juta Jiwa, BPS: Imbas Pandemi
- Siap-siap Bunda, Warung Bakal Dilarang Jual Gas LPG 3Kg
- Liga 2 2022/2023 Disetop, Klub Mulai Putus Kontrak Pemain
Kendati begitu, efek komoditas boom price yang telah mereda akibat ancaman resesi global tahun ini menjadi sentimen kurang baik bagi produsen batu bara, termasuk di Indonesia. Namun, Nafan melihat China dan India dapat melewati ancaman resesi global tahun ini.
Dengan begitu, Indonesia dapat fokus melakukan ekspor batu bara pada negara-negara yang membutuhkan pasokan batu bara dengan probabilitas resesi rendah dan stabilitas pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat, yakni China dan India.
“Dengan begitu kita bisa menjaga average selling price (ASP) dan dapat mendorong kinerja emiten batu bara Tanah Air,” jelas Nafan.
Walaupun terdapat potensi yang cukup baik bagi sejumlah emiten batu bara di dalam negeri, Nafan memproyeksikan tahun ini potensinya tidak akan sebaik tahun sebelumnya.
- Outlook Perbankan 2023: Menilik Prospek Bank Digital dan Penyaluran Kredit yang Diperkirakan Masih Positif
- Saham WMUU dan MORA Ambles Berhari-hari, BEI Kapan Suspensi?
- Gegara Avatar: The Way of Water, James Cameron Jadi Sutradara Film Terlaris Sepanjang Masa
Tapi setidaknya jika harga komoditas batu bara terus menunjukkan kestabilan di tengah ketidakpastian global dan volatilitas harga komoditas lain, Indonesia bisa fokus meningkatkan kapabilitas ekspor ke negara-negara yang menbutuhkan pasokan batu bara.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia sendiri memberikan rating neutral terhadap sektor batu bara. Pihaknya fokus terhadap tiga emiten batu bara, seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Indo Tambaraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
“Kalau ADRO rekomendasinya buy. ITMG trading buy, PTBA hold. Untuk target price ADRO jangka panjang ada di level 4.200. ITMG target price 39.400. Sedangkan PTBA 3.650,” pungkasnya.