Cerobong asap dari Total kilang minyak Grandpuits terlihat tepat setelah matahari terbenam, tenggara Paris (Reuters/Christian Hartmann)
Energi

Permintaan Minyak Mentah Dunia Makin Lesu, Bagaimana Kinerja Dalam Negeri?

  • Indonesia masih bergantung pada energi fosil dan kebutuhannya akan terus meningkat setidaknya dalam 10 tahun mendatang.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Badan Energi Internasional alias International Energy Agency (IEA) menyebut permintaan minyak mentah dunia akan semakin lesu, bagaimana dampaknya terhadap kinerja perusahaan di dalam negeri salah satunya PT Pertamina (Persero).

VP Coporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengatakan meskipun tren secara global terus menurun, permintaan minyak mentah di Indonesia justru cenderung naik.

"Tren konsumsi di domestik sebenarnya tidak menurun ya, jadi kalau bagi kita melihat tren konsumsi masyarakat yang trennya masih naik," ungkap Fadjar saat ditemui usai Forum Tematis Bakohumas Bandung, dikutip Senin, 16 September 2024.

Pertamina kata Fadjar tetap akan menjaga pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri dan menyeimbangkannya dengan pasokan atau suplai. Di sisi lain, pada dasarnya tren permintaan minyak mentah di Indonesia berfluktuasi. Namun Pertamina tidak terpengaruh sepanjang mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat.

Fadjar juga melihat Indonesia masih bergantung pada energi fosil dan kebutuhannya akan terus meningkat setidaknya dalam 10 tahun mendatang. Pasalnya, Indonesia masih membutuhkan dorongan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi.

Sekadar informasi, harga minyak mentah dunia naik pada perdagangan Senin, 16 September 2024 pukul 9.25 WIB. Minyak Brent ditransaksikan seharga US$ 71,84 per barel, naik 0,32% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Sementara itu untuk minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada harga US$ 68,02 per barel, naik 0,4%. Mengutip Investing.com, harga minyak mulai mengalami kenaikan sejak Senin pagi.

Perdagangan minyak jenis Brent, hari ini diperkirakan bergerak di kisaran terendah US$ 71,57 per barel dan tertinggi US$ 72,27 per barel.

Sedangkan pekan lalu, harga minyak merosot pada perdagangan Jumat, 13 September 2024. Hal ini seiring produksi minyak mentah di Teluk Meksiko kembali lanjut setelah Badai Francine dan data yang meningkat menunjukkan kenaikan mingguan dalam jumlah rig di Amerika Serikat (AS).

Harga minyak Brent ditutup ke posisi US$71,61 per barel. Harga minyak Brent turun 36 sen atau 0,5 persen. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup merosot 32 sen atau 0,5 persen ke posisi US$68,65 per barel.

Sebelumnya, dikutip dari Reuters, IEA memprediksi permintaan minyak global akan mencapai puncaknya pada tahun 2029 dan mulai berkontraksi pada tahun berikutnya. Sementara AS dan negara-negara non-OPEC lainnya menambah pasokan. Hal ini akan mengakibatkan surplus besar di dekade ini.

Pandangannya bertentangan dengan prospek kelompok produsen minyak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang melihat permintaan meningkat lama setelah 2029 sebagian karena peralihan yang lebih lambat ke bahan bakar yang lebih bersih dan belum memperkirakan puncaknya.

Pertumbuhan permintaan minyak akan mencapai titik puncaknya pada 105,6 juta barel per hari (bph) pada tahun 2029, kata IEA dalam laporan tahunannya, sebelum sedikit berkontraksi pada tahun 2030 seiring meningkatnya penggunaan mobil listrik, peningkatan efisiensi, dan pembangkit listrik beralih dari minyak.

IEA juga memperkirakan kapasitas pasokan mencapai hampir 114 juta barel per hari pada tahun 2030, atau 8 juta barel per hari di atas permintaan yang diproyeksikan, dengan produsen non-OPEC+ yang dipimpin oleh AS menyumbang tiga perempat dari peningkatan kapasitas.