<p>PT. Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) /Dok. Perusahaan</p>
Korporasi

Permintaan PCR Tinggi, Laba Diagnos Laboratorium (DGNS) Melonjak 4 Kali Lipat

  • PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DNGS) mencatatkan lonjakan pendapatan dan laba bersih pada 2020. Perusahaan meluncurkan produk baru yang digunakan untuk tes PCR COVID-19.

Korporasi
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) mencatatkan lonjakan pendapatan hingga 256% sepanjang 2020. Pendapatan perusahaan penyedia layanan penunjang kesehatan ini melesat dari Rp51 miliar pada 2019 menjadi Rp183 miliar pada 2020.

Kinerja emiten bidang kesehatan ini masih cemerlang meski beban usaha perusahaan membengkak 168% selama 2020. Beban usaha perusahaan pada 2020 tercatat Rp19,72 miliar dari sebelumnya Rp7,35 miliar pada 2019.

Adapun beban pokok pendapatan perusahaan yang ikut melesat dari Rp31 miliar pada 2019 menjadi Rp96,4 miliar. Meningkatnya kebutuhan bahan baku yang sebesar Rp57 miliar pada 2020 dari sebelumnya Rp11 miliar menjadi pemantik beratnya beban pendapatan perusahaan.

Dengan demikian, laba bersih DGNS pada 2020 melonjak hingga lebih dari empat kali lipat dibanding 2019. Laba bersih perusahaan tumbuh 468% dari Rp9,2 miliar pada 2019 menjadi Rp52 miliar pada 2020.

Aset perusahaan semakin menggunung pada 2020 menjadi Rp132 miliar dari sebelumnya Rp59 miliar pada 2019. Padahal, secara beriringan, liabilitas perusahaan ikut melesat pada 2020 menjadi Rp33 miliar dari sebelumnya Rp12 miliar.

Hal ini disebabkan liabilitas jangka pendek perusahaan yang naik 235% dari Rp9 miliar menjadi Rp30 miliar. Sementara liabilitas jangka panjang perusahaan justru menyusut dari Rp3,6 miliar pada 2019 menjadi Rp2,8 miliar pada 2020.

Melesatnya kinerja DGNS selama 2020 tidak lepas dari strategi perusahaan meluncurkan produk biomolecular. Produk ini masif digunakan dalam memeriksa hasil Polymerase Chain Reactions (PCR). DGNS secara keseluruhan mampu menjalankan 148.577 pemeriksaan CPR sepanjang 2020.

Hal ini ditopang dengan aksi Initial Public Offering (IPO) pada 15 Januari 2021. Harga saham perusahaan di bursa terus merangkak hingga 159% dari Rp270 per lembar. Aksi IPO ditempuh perusahaan untuk menghimpun dana pembangunan laboratorium utama dan pembangunan cabang di Makassar, Medan, dan Surabaya. (LRD)