<p>Suasana sejumlah pekerja melintas saat jam pulang kerja di kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta, Rabu, 4 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Nasional & Dunia

Permintaan Pembiayaan Diprediksi Bakal Meningkat, Ini Alasannya

  • JAKARTA – Kebutuhan pembiayaan selama tiga bulan mendatang diperkirakan bakal meningkat. Hal ini terlihat dari saldo bersih tertimbang (SBT) pada November 2020 sebesar 12,1%. Angka ini tercatat lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 2,3%. Adapun secara sektoral, peningkatan tersebut terjadi pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Selain itu, mencakup pula sektor perdagangan besar dan eceran, real […]

Nasional & Dunia

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Kebutuhan pembiayaan selama tiga bulan mendatang diperkirakan bakal meningkat. Hal ini terlihat dari saldo bersih tertimbang (SBT) pada November 2020 sebesar 12,1%. Angka ini tercatat lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 2,3%.

Adapun secara sektoral, peningkatan tersebut terjadi pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Selain itu, mencakup pula sektor perdagangan besar dan eceran, real estate, serta jasa pendidikan.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menjelaskan, kebutuhan pembiayaan yang meningkat sebagian besar dipenuhi dari dana sendiri, yakni 53,5%. Sementara itu untuk pinjaman perbankan di dalam negeri sebesar 8,1%, serta utang dari perusahaan induk sebesar 8,1%.

“Responden yang memilih menggunakan dana sendiri dilatarbelakangi oleh kemudahan dan kecepatan perolehan dana,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Jumat, 18 Desember 2020.

Kemudian untuk responden yang memilih perbankan, kata Erwin, mengaku dipengaruhi oleh biaya suku bunga yang lebih murah. Jika dilihat dari sisi penawaran, penyaluran kredit baru di perbankan juga diperkirakan naik pada Desember 2020.

Indikasi tersebut tampak pada SBT sebesar 52,3%, lebih tinggi dibandingkan November 2020 sebesar 13,5%.

Berdasarkan kelompok bank, peningkatan tertinggi akan terjadi pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan bank umum, dengan SBT 56,1% dan 52,0%. Mayoritas konsumen, kata Erwin, berencana menggunakan pembiayaan untuk kredit pemilikan rumah (KPR). Selanjutnya baru diikuti oleh kredit konsumsi, seperti kredit kendaraan bermotor (KKB), dan kartu kredit.

“Prospek kondisi moneter dan ekonomi menjadi faktor makro yang mempengaruhi kenaikan kredit baru,” tambah Erwin. Sementara faktor mikro lebih kepada risiko penyaluran kredit, likuiditas bank, dan ketersediaan informasi calon debitur yang potensial.

Likuiditas Perbankan Aman

Diketahui, pada periode Oktober 2020, BI melaporkan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan tetap tinggi, yakni 23,70%. Selain itu, rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) juga rendah, yakni 3,15% secara bruto dan NPL neto 1,03%.

Meskipun demikian, fungsi intermediasi dari sektor keuangan masih lemah, tercermin dari penyaluran kredit yang terkontraksi. Pada triwulan III-2020, penyaluran kredit hanya tercatat sebesar 0,12% year-on-year (yoy). Angka tersebut terkontraksi 0,47% yoy pada Oktober 2020.

Adapun untuk pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), meski tumbuh positif, tapi juga melambat dibandingkan Oktober 2020 yang sebesar 12,88% yoy. Per November 2020, DPK tercatat 11,55% yoy.