<p>Ilustrasi properti. / Id.pinterest.com</p>
Industri

Permintaan Tinggi, Segmen Properti Kelas Menengah Kurang Suplai

  • JAKARTA-Di era new normal ini terjadinya titik keseimbangan baru di industri properti Tanah Air. Hal ini turut menggeser segmen pasar menjadi menengah ke bawah. Apalagi properti segmen menengah dinilai punya potensi besar karena permitaannya yang tinggi, tidak diikuti dengan pasokan yang memadai. Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan pengembang properti sebaiknya lebih […]

Industri
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

JAKARTA-Di era new normal ini terjadinya titik keseimbangan baru di industri properti Tanah Air. Hal ini turut menggeser segmen pasar menjadi menengah ke bawah. Apalagi properti segmen menengah dinilai punya potensi besar karena permitaannya yang tinggi, tidak diikuti dengan pasokan yang memadai.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan pengembang properti sebaiknya lebih membumi di kondisi seperti ini dengan mulai menggeser segmentasi pasarnya ke kelas menengah.

Menurutnya untuk pasar properti Jabodetabek ketika ekonomi jatuh secara nasional, namun permintaan di kuartal II-2020 justru naik hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kurtal pertama tahun ini.

“Jadi ketika kuartal I-2020 jatoh hingga 50 persen, tapi di kuartal II-2020 naik hingga 88 persen dan itu terjadi ketika ada pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB),” kata Ali di Jakarta, Rabu, 12 Agustus 2020.

Kendati demikian, pertumbuhan segmen menengah dengan harga Rp300 juta tidak naik pesat seperti segmen properti harga Rp500 juta hingga Rp1 miliar ke atas. “Setelah kami amati, ternyata ini bukan karena tidak ada daya beli di sana. Tapi sebagian pengembang tidak men-supply di segmen itu,” ujarnya.

Ali menyebutkan konsumen banyak menyasar pasar properti dengan harga sekitar Rp300 juta hingga Rp500 juta. “Artinya itu satu peluang, pasarnya ada tapi supply-nya belum ada,” terang Ali.

Selain menggeser segmentasi pasar, kondisi new normal juga ikut mempengaruhi hal lainnya. Perkembangan teknologi tumbuh lebih pesat dari biasanya, dimana hampir setiap kegiatan harus didukung dengan teknologi digital.

“Proses Transaksi pun akan mengarah ke arah sana semua (digitalisasi), seperti proses pendaftaran, booking, itu akan mengarah ke sana semua. Jadi hal ini yang perlu disiapkan oleh pengembang di era new normal,” tuturnya.

Di sisi lainnya, perubahan perilaku dan pola pikir yang terjadi di masyarakat turut mempengaruhi tren desain properti. “Desain properti akan lebih mengutamakan faktor kesehatan dan keamanan,” jelas Ali.