Pernah Dibentak Jokowi karena Lelet, Pembebasan Lahan Kilang Tuban Kini Capai 78 Persen
- PT Pertamina (Persero) melaporkan bahwa progres pembebasan lahan di Jatipeteng untuk Kilang Tuban telah mencapai 78% sampai dengan September 2021.
Industri
JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui anak usaha PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), yakni PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP) yang mengelola Kilang Tuban, melaporkan bahwa progres pembebasan lahan di area hutan industri Jatipeteng telah mencapai 78% per September 2021.
Presiden Direktur PRPP Kadek Ambara Jaya mengatakan bahwa proses pembebasan lahan inilah yang memperlambat progresivitas pembangunan Kilang Tuban yang berada di Tuban, Jawa Timur.
"Kini, proses land clearing (pembebasan lahan) telah mencapai areal hutan Jatipeteng seluas 125 hektare, di mana 119 hektare di antaranya telah dibebaskan dalam 9 bulan terakhir," ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Kamis, 25 November 2021.
- Valbury Sekuritas: IHSG Potensi Menguat, 6 Saham Ini Layak jadi Pertimbangan
- IHSG Berpotensi Menguat Seiring Meredanya Tekanan Jual, SF Sekuritas Pilih Saham PGAS, ARTO, dan ELSA
- Kurs Dolar Hari Ini: Tunjangan Pengangguran di AS Kian Susut, Rupiah Kian Sulit Rebound
Dia menjelaskan, hutan produksi berisi 40.000 tanaman jati (Tectona grandis) di Jatipeteng semula dikelola PT Perhutani (Persero) namun kini telah mendapat persetujuan dari pemerintah untuk ditukar guling terkait pengadaan lahan Kilang Tuban.
Persetujuan penggunaan lahan hutan dan penebangan areal tanaman jati tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Peraturan Menteri (Permen) Nomor 97 tahun 2012.
Sebagai gantinya, Pertamina wajib mengalokasikan lahan di tempat lain untuk diperuntukkan sebagai hutan industri, yakni di Banyuwangi, seluas 265 hektar, atau dua kali lipat dari luas hutan Jatipeteng.
Kadek menambahkan bahwa saat ini masih dalam tahap pengukuran dan pengadaan lahan di Banyuwangi. Selepas itu, pihaknya bakal melakukan penanaman kembali (reboisasi) di lahan pengganti tersebut sehingga penyerapan emisi karbondioksida di Jawa Timur tidak berkurang.
"Dalam melakukan land clearing hutan Jatipeteng, kami mengikuti ketentuan pemerintah dan wajib memenuhi beberapa persyaratan yakni izin prinsip, kajian teknis dari Perhutani, Dinas Kehutanan, serta tim terpadu terdiri dari 11 institusi yang ditunjuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)," terang Kadek.
- OJK Mau Batasai Pendanaan dari Institusi, KlikA2C: 65 Persen Lender Kami Ritel
- Jangan Pesan Tiket Liburan Sekarang, Cek Daftar Pekerja yang Dilarang Ambil Cuti Akhir Tahun di Sini
- Rolls-Royce Buat Pesawat Listrik Berkecepatan Tinggi
Dia mengatakan, tidak berhenti dengan penggantian areal hutan di Banyuwangi, Pertamina juga menjalankan penghijauan di Kabupaten Tuban, tepatnya di kawasan pesisir lokasi proyek Kilang Tuban, dengan penanaman Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) sebanyak 20.000 bibit.
Dengan demikian, fungsi penyerapan karbondioksida di Tuban tidak hilang meski areal hutan jati dibebaskan.
Menurut penelitian Universitas Sumatera Utara (USU), Cemara Laut memiliki kapasitas penyerapan karbon 154,36 kg/pohon/tahun, atau lebih besar dari penyerapan karbon jati yang hanya 135,27 kg/pohon/tahun.
Kadek memastikan bahwa cetak biru dan desain konstruksi Kilang Tuban dibuat dengan merujuk pada prinsip green refinery (kilang ramah lingkungan) yang berkelanjutan, di mana di dalamnya akan ada jalur hijau untuk vegetasi penyerap karbondioksida dan penggunaan energi terbarukan berupa solar panel.
"Konsep ramah lingkungan tersebut diharapkan menekan jejak emisi Kilang Tuban ke depannya dan membantu tercapainya net zero emission di Kabupaten Tuban," katanya.
Dia menambahkan, saat ini PT PRPP sebagai pengelola proyek Kilang Tuban, fokus pada pelaksanaan pekerjaan Front End Engineering Design (FEED) yang sudah mencapai progres 53,79%, di mana melampaui target sebesar 11,77% per 12 November 2021.
Sejalan dengan itu, PT PRPP juga tengah menyiapkan paket pekerjaan Early Work untuk pembangunan Worker Camp.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo kesal dengan kemajuan pembangunan kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban yang dikerjakan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (Pertamina Rosneft).
"Sudah bertahun-tahun yang namanya Rosneft itu di Tuban ingin investasi. Sudah mulai saya ngerti tapi Rosneft-nya pingin cepat tapi kitanya nggak pingin cepat," katanya di hadapan Direksi dan Komisaris PT Pertamina dan PT PLN (Persero) dikutip dari Youtube Setpres, 22 November 2021.
Jokowi menjelaskan bahwa proyek kilang GRR Tuban memiliki nilai investasi mencapai Rp168 triliun. Sayangnya, saat ini baru dibangun tidak lebih dari 5%, atau baru menghabiskan dana sebesar Rp5,8 triliun.
Karena itu, Kepala Negara menginginkan agar Pertamina bangun dari tidurnya, keluar dari zona nyaman, untuk membuat lompatan yang bisa berkontribusi terhadap negara.
"Problem-nya comfort zone, zona nyaman itu yang ingin kita hilangkan, zona rutinitas itu yang ingin kita hilangkan," katanya.