Dunia

Pernah Jadi Kurir Pizza, Pemilik Gymshark Kini Punya Harta Rp16,1 Triliun

  • Siapa sangka, pria yang satu dekade lalu bekerja serabutan menjadi kurir pizza dan pengiriman barang ini kini menjelma menjadi miliarder.
Dunia
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

NEW YORK - Roda berputar dan hasil tak mengkhianati usaha. Pepatah tersebut mungkin cocok disematkan pada Ben Francis.

Siapa sangka, pria yang satu dekade lalu bekerja serabutan menjadi kurir pizza dan pengiriman barang ini kini menjelma menjadi miliarder. Kekayaan yang dimilikinya kini mencapai US$1,1 miliar atau kisaran Rp16,1 triliun.

Di usianya yang saat ini menapak ke-30 tahun, Francis memiliki harta tiga kali lipat dari penyanyi terkenal Inggris, Ed Sheeran yang diketahui memiliki harta sekitar US$300an juta.

Perjalanan karir Francis menjadi miliarder tentunya bukanlah hal yang mudah. Pada awal 2010-an, Ben merupakan mahasiswa di Universitas Aston. Sembari kuliah, ia bekerja sebagai pengantar pizza di wilayah Birmingham.

Namun, di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa sekaligus pekerja paruh waktu, Ia memiliki minat yang besar pada kesehatan, terutama aktivitas di Gym.

Kelahiran Gymshark

Berangkat dari hal tersebut,  Ben bertekat untuk memiliki bisnis yang sesuai dengan dirinya. Ia memulai usahanya dengan membuat gymshark yang awalnya hanyalah menjual perlengkapan latihan dan suplemen. Sayangnya, keuntungan yang didapat tak besar.

Francis kemudian memiliki ide untuk membuat sportswear. Ide untuk menjual sportswear ini muncul ketika Ia kehilangan pakaian olahraga yang ingin dipakainya. Akhirnya dari kejadian tersebut pemuda asal Birmingham, Inggris, ini memutuskan untuk membuat pakaiannya sendiri.

Ben kemudian belajar menjahit dari neneknya. Pada saat itu, ia hanya berhasil membuat 10 produk dalam satu hari.

Semenjak saat itu, Ben pun mulai menekuni bisnis tersebut. Masih bekerja sebagai pengantar pizza, ia menyempatkan waktu untuk membalas email-email bisnis yang masuk. Dia juga menyempatkan untuk merancang produk saat pulang kerja.

Usaha Francis kemudian mulai tampak membuahkan hasil. Gymshark  akhirnya menghasilkan keuntungan besar. Dalam tahun 2014 bisnis tersebut berhasil mencapai US$311 ribu  atau setara dengan Rp 4,6miliar. Merasa telah mendapatkan cuan yang besar, Ben Francis memutuskan untuk keluar dari kuliahnya dan fokus mengembangkan bisnis.

Melansir dalam The Sun, pada 2018 bisnis Ben Francis sudah memiliki 1,2 juta pelanggan dan 215 karyawan di kantor pusatnya yang terletak di Solihull.

Sejak saat itu, Gymshark telah berkembang pesat. Ia menjelma menjadi perusahaan bernilai miliaran dolar pada tahun 2020. Omset Gymshark sendiri dalam empat tahun terakhir naik sepuluh kali lipat, melonjak menjadi US$552 juta atau Rp8,2 triliun pada 2021. Per 2023, nilainya naik menjadi US$1,1 miliar atau kisaran Rp16,1 triliun.  

Bersaing dengan Sportswear Kawakan

Gymshark memang tidak mengungkapkan angka laba setahun penuh terbarunya. Namun, pada akhir Juli 2020 laba perusahaan meningkat menjadi US$30,4 juta (Rp452 miliar)  dari hanya di bawah US$18,6 juta (Rp276 miliar)  pada 2019.

Sebagai perbandingan, merek pakaian olahraga terkenal AS dan dunia, Nike melaporkan pada Juni 2021 bahwa pendapatannya telah tumbuh 19% menjadi US$44,5 miliar (Rp 662 triliun) untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Mei 2021.

Nike melaporkan laba bersih sebesar US$5,7 miliar (Rp84.8 triliun) untuk 2021 ini, lebih dari dua kali lipat labanya untuk tahun tersebut.

Sementara itu, merek pakaian kebugaran Jerman, Adidas melaporkan pada Maret 2021 bahwa pendapatannya telah turun 16% menjadi hanya kurang dari US$23,7 miliar (Rp352 triliun) untuk 2020. Adidas mengatakan penjualannya terdampak secara signifikan oleh pandemi COVID-19.