<p>Salah satu konglomerat terkaya Asia, pemilik Alibaba, Jack Ma / Reuters</p>
Dunia

Pernah Jadi Orang Terkaya Dunia, Jack Ma Kini Merugi Rp51,8 Triliun

  • Mantan orang terkaya dunia asal China, Jack Ma tampaknya tengah kembali ke titik awal. Pasalnya harta Jack Ma menguap US$3,4 miliar atau sekitar Rp51,8 triliun

Dunia

Rizky C. Septania

BEIJING - Mantan orang terkaya dunia asal China, Jack Ma tampaknya tengah kembali ke titik awal. Pasalnya harta Jack Ma menguap US$3,4 miliar atau sekitar Rp51,8 triliun.

Adapun harta yang menguap merupakan keuntungan dari harga saham Alibaba yang tengah reli sejak awal tahun ini. Sayangnya, saat ini saham Alibaba terseret lebih rendah di tengah kekhawatiran baru atas prospek pertumbuhan perusahaan.

Mengutip Forbes Senin, 27 Februari 2023, kekayaan Jack Ma diketahui telah turun US$3,1 miliar sejak saham perusahaan mencapai 122 dolar Hong Kong pada Januari.

Kala itu, pembukaan kembali China yang telah lama ditunggu-tunggu dari penguncian COVID-19 dan persetujuan peraturan dari rencana pendanaan Ant Group membantu meningkatkan sentimen investor.

Namun, kini optimisme tersebut tapaknya mulai  memudar karena laju pemulihan permintaan konsumen China belum sekuat yang diharapkan.

“Meskipun perusahaan telah melanjutkan produksi dan orang-orang kembali bekerja, masih belum ada keinginan yang kuat untuk membeli barang seperti pakaian dan produk kecantikan,” kata direktur pelaksana di perusahaan riset Blue Lotus Capital Advisors yang berbasis di Shenzhen Shawn.

Belum lagi ditambah dengan kekhawatiran tentang potensi erosi margin karena perang harga baru yang terjadi di sektor e-commerce yang ikut membebani sentimen.

Saham perusahaan e-commerce yang terdaftar di Hong Kong turun 5,3% pada hari Jumat. Meski demikian, hal ini berhasil menambah pendapatan sebesar 2 persen yang naik menjadi 247,8 miliar yuan atau sekitar US$35,9 miliar untuk kuartal Desember di tengah fakta bahwa COVID-19 menyebar luas dan pembatasan terkait masih berlaku saat itu.

Menurut rilis pendapatan perusahaan, pertumbuhan didukung oleh penjualan dari unit internasionalnya yang naik hingga 18 persen year-on-year. Bisnis perdagangan intinya di China, termasuk pendapatan dari situs belanja Taobao dan Tmall, sebenarnya turun 1%.

“Akhir tahun ini akan ada pemulihan di pasar e-commerce China, tetapi itu tidak berarti Alibaba akan mengalami pemulihan yang sangat kuat,” kata kepala penelitian di DZT Research yang berbasis di Singapura Ke Yan.

Ia menambahkan, saat ini pesaing Alibaba seperti Pinduoduo, Douyin, dan Kuaishou saat ini tengah berebut pangsa pasar.

Alibaba Cloud Intelligence, unit komputasi awan yang pernah berkembang pesat, juga kehilangan keharumannya. Pendapatan unit hanya naik tipis 3% menjadi US$2,9 miliar, dibandingkan dengan lonjakan 50% yang terlihat hanya dua tahun lalu.

Unit mengalami pemadaman menjelang akhir tahun lalu ketika layanan tiba-tiba mogok dan mempengaruhi banyak pengguna termasuk pertukaran cryptocurrency OKX di Hong Kong dan Otoritas Moneter Makau. Meskipun sejak itu telah dipulihkan, Alibaba kini tertinggal di belakang Huawei milik miliarder Ren Zhengfei di pasar komputasi awan.

Entitas terkait pemerintah China, seperti biro pajak lokal dan badan usaha milik negara, ingin menggunakan lebih banyak layanan cloud sebagai bagian dari upaya mereka untuk mengembangkan kota pintar, tetapi mereka malah bermitra dengan Huawei.

Menurut sebuah unggahan dari situs terakhir yang mengutip data IDC, Huawei menempati peringkat nomor satu di pasar komputasi awan untuk layanan pemerintah, sebuah segmen di mana Huawei memegang 27 persen saham

Sekadar informasi, meski sudah mengundurkan diri dari pimpinan Alibaba pada 2019, Ma terus mendapatkan kekayaan dari kepemilikannya di raksasa e-commerce tersebut. Sekarang kekayaannya diperkirakan bernilai US$23,6 miliar.